Share

9 – Bangsawan Kelas Dua

Kesalahpahaman antara Zhou Fu dan perempuan yang baru ia temui pada akhirnya harus terhenti ketika Zhou Fu mendengar suara langkah kaki mendekat. Suara itu adalah suara pergerakan beberapa orang yang cukup gesit dan lincah. Didengar dari laju pergerakannya, Zhou Fu yakin jika kecepatan langkah tersebut melebihi singa jantan yang kelaparan.

“Itu dia nona Shen Shen! Jangan biarkan nona Shen Shen lolos!”

Tiga orang pendekar laki-laki menyergap Zhou Fu dan perempuan yang ternyata bernama Shen Shen. Shen Shen bersembunyi di balik tubuh Zhou Fu dan memohon agar Zhou Fu bersedia menolongnya.

“Tenang, akan kuhadapi mereka semua!” Insting Zhou Fu memang mengatakan jika Shen Shen memang sedang membutuhkan pertolongan. Zhou Fu pun mengambil sikap siap untuk memberi serangan pada tiga pendekar yang kini berdiri tak jauh darinya.

“Minggir kau, Bocah! Jika tidak aku akan membelah tubuhmu menjadi dua bagian!” salah seorang dari tiga pendekar itu menarik pedang dari pinggangnya. Tanpa basa basi, ia menyerang Zhou Fu yang berniat melindungi Shen Shen. Pendekar tersebut menghantamkan pedang miliknya tepat di atas kepala Zhou Fu. Zhou Fu menggeser satu kakinya ke belakang, ia sepertinya hendak mempraktikkan jurus yang telah ia pelajari dari kakek Li Xian.

“Awas… Kepalamu akan terbelah!” Shen Shen memekik melihat Zhou Fu tidak bereaksi memberi perlawanan.

Zhou Fu yang tadinya menggeser satu kaki ke belakang, kini menggerakkan tua tangannya yang mengepal membentuk sebuah tanda silang. Bertepatan dengan Zhou Fu mengembuskan napas keluar, sebuah gelombang kejut menghantam ujung pedang si pendekar, membuat pedang itu mengalami keretakan yang parah. Gelombang kejut itu juga menjalar ke tangan si pendekar dan memberinya efek dorongan yang kuat.

“Aaaaaargh!!!” Pendekar itu terpelanting dan jatuh dengan darah keluar dari hidung dan mulutnya.

“Jurus apa itu? Aku bahkan tidak sempat melihatnya mengeluarkan sebuah jurus!” satu pendekar yang lain mundur beberapa langkah. Ia tak menyangka jika rekannya akan jatuh dengan begitu mudahnya. Zhou Fu bahkan tidak menggunakan satu senjata pun.

“Wah, kau lumayan juga!” Shen Shen bersorak sebab ia akhirnya dipertemukan dengan penolong yang kuat.

“Itu belum apa-apa, nanti kutunjukan yang lain!” Zho Fu kembali berdiri tegap dan menarik napas sedikit panjang lalu menghempaskannya pelan-pelan. Ia memang tidak sedang mengeluarkan jurus, yang barusan itu hanyalah sebuah teknik. Kata kakek Li Xian, teknik tersebut hanya diketahui oleh beberapa gelintir pendekar saja, dan Zhou Fu termasuk anak yang beruntung karena memiliki kakek sekaligus guru yang berpengalaman.

“Kita harus pergi! Kita harus melaporkan ini pada ketua!” satu pendekar lainnya memberi inisiatif begitu melihat rekannya yang tadinya terpelanting kini sudah kehilangan nyawa.

“Kalian mau pergi ke mana?” Zhou Fu memanggil sambil mengulang gerakannya.

“Apa-apaan ini? Mengapa kakiku terasa berat? Mengapa tubuhku tidak bisa digerakkan?”

“Brengs*k! Apa yang kau lakukan pada kami? Cepat lepaskan atau ketua kami akan menghabisimu!”

Zhou Fu hanya tersenyum mendengarkan ocehan dua manusia yang sebentar lagi kehilangan nyawa. Zhou Fu menoleh ke belakang untuk memberi tahu Shen Shen,

“Namamu Shen Shen, ‘kan? Jadi, apa mereka yang telah membuat kedua dad*amu membengkak? Jika ia, sekarang lakukan sesukamu pada mereka selagi mereka tak bisa melawan!”

Shen Shen melotot sebentar tapi kemudian ia mengangguk dan merasa setuju untuk melakukan sesuatu pada dua pendekar itu. Shen Shen maju mendekat, ia mengamati dua pendekar itu dengan tatapan marah dan berapi-api,

“Mengapa kalian ingin membunuhku? Siapa yang menyuruh kalian? Cepat katakan atau pedang ini akan menggores leher kalian perlahan!” Shen Shen menarik satu pedang musuhnya, ia menodongkan pedang tersebut tepat di bawah dagu salah satu musuhnya.

“Mmm… maafkan kami nona, kami hanya menjalankan tugas!”

“Tugas apa? Dari siapa? Aku memiliki hak istimewa sebagai bangsawan Caihong kelas dua! Siapa yang berani merencanakan hal buruk padaku?”

“Aku tidak mengerti, Nona! Sungguh! Tanyakan saja padanya!” pendekar tersebut melemparkan lirikannya pada rekannya sendiri, ia tak mau hanya dirinya saja yang diinterogasi oleh Shen Shen.

“Aaaa… aku juga tidak tahu, Nona. Tapi, jika kau bersedia melepaskan kami, akan kuberitahu siapa pimpinan kami!”

“Baiklah aku setuju! Cepat katakan siapa pimpinan kalian?” Shen Shen menjawab dengan cepat.

“Patriark Sun. Sun Mingjin, dari sekte Sungai Utara.”

“Sekte Sungai Utara? Aku tidak pernah mendengar nama sekte itu selama tinggal di Caihong. Katakan dengan jujur atau kau…

“Benar, Nona! Sekte Sungai Utara tidak berada di daratan Caihong. Itu adalah sekte yang menduduki wilayah di pulau Sungai Utara. Pulau yang berdekatan dengan dengan daratan Shamo. Aku berkata apa adanya nona, tolong ampuni kami.”

“Begitu rupanya… Lalu, apa urusan mereka denganku? Aku tidak pernah melakukan keributan apapun baik di dalam tembok raksasa maupun di luar tembok raksasa!”

“Lama sekali, kenapa tidak segera dibunuh saja! Nanti kita cari tahu sendiri soal itu!” Zhou Fu mulai merasa jika pertanyaan Shen Shen terlalu bertele-tele. Zhou Fu pun terbang mendekat dan memberi masing-masing satu pukulan di dada kepada musuh-musuhnya.

Dua pendekar itu pun tumbang tanpa sempat berkata-kata. Mereka mati seketika begitu pukulan Zhou Fu mengenai ulu hati mereka. Melihat musuh-musuhnya kini sudah tak bernyawa, Shen Shen menghentakkan kakinya karena kesal.

“Mengapa kau bunuh mereka?!! Aku belum selesai bertanya!”

“Mereka bisa saja memberi tahu informasi yang tidak benar, kakekku sudah pernah bercerita tentang hal-hal tersebut! Jika memang ingin tahu kebenaran, kita harus mencarinya sendiri! Ah, kalau tidak percaya nanti biar kupertemukan kau dengan kakekku!”

***

Karena memang tak mungkin meninggalkan Shen Shen sendirian di pulau terpencil, Zhou Fu membawa Shen Shen pulang ke tempat tinggalnya di pulau Youhi. Di dalam perjalanan di atas laut, Shen Shen bercerita panjang lebar soal daratan Caihong yang menjadi tempat tinggalnya. Ia juga menyebutkan jika keluarganya merupakan keluarga yang terpandang karena mereka merupakan keluarga bangsawan kelas dua, sebuah kasta kebangsawanan yang menunjukkan jika keluarga Shen Shen merupakan orang penting di Caihong.

“Aku yakin kau akan senang bertemu dengan adikku! Ia seumuran denganmu, dan dia juga sangat senang bertarung,” Shen Shen berucap sambil tetap mengawasi Zhou Fu yang mengendalikan perahu. Shen Shen yang saat itu sudah berusia 21 tahun merasa sedang bersama dengan adiknya yang mungkin saat ini sedang bersedih menunggui kepulangannya.

“Oh ya, apakah adikmu kuat?” Zhou Fu bertanya.

“Tentu, ia telah berhasil melewati banyak ujian kependekaran di Caihong. Kukira, dia akan sangat senang jika bertemu denganmu. Oh ya, adikku juga perempuan. Sama seperti diriku!”

Zhou Fu berhenti sejenak,

“Perempuan???!” Zhou Fu mengingat-ingat kata tersebut. Sepertinya ia sudah pernah mendengarnya dari mulut kakek Li Xian.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
Hahaha bukit Kembar yang bengkak.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status