Share

14 – Kejadian di Arena Douzheng

Suara para penonton pecah ketika Zhou Fu meneriakkan janji kemenangannya. Kecongkakan Zhou Fu membuat taruhan yang dilakukan penonton menjadi semakin ramai. Jika yang bertanding adalah Wang Ling, penonton biasanya enggan melakukan taruhan sebab Wang Ling nyatanya sudah menuai kemenangan entah berapa ratus atau berapa ribu kali dalam sepuluh tahun terakhir. Momen menebak siapa pendekar yang akan menjadi pemenang dalam arena biasanya hanya dilakukan penonton pada pertandingan-pertandingan biasa.

Tapi tidak dengan hari itu. Kepercayaan diri Zhou Fu yang totalitas membuat beberapa gelintir orang menaruh rasa optimis juga padanya. Meski penonton mulai membuka taruhan, tetap saja suara terbanyak masih ada di pihak Wang Ling.

“Paman Wang Ling, di mana dirimu? Apa itu artinya kau sedang ketakutan?” Zhou Fu berteriak ke arah jalan masuk milik lawan. Wajar saja Zhou Fu meneriaki musuhnya yang tak kunjung muncul, sebab nyatanya ia sudah menunggu sekitar sepuluh menit dengan sia-sia.

Suara gelak tawa yang berat terdengar lantang dan disambut dengan riuh penonton yang mengelilingi arena pertandingan.

“Kakak Wan! Kakak Wan! Habisi penantang! Habisi penantang!” Para penonton bersorak menyambut suara tawa yang sepertinya milik Wan Ling.

Benar saja, seorang pria tinggi besar dengan kumis dan janggut tebal memasuki arena pertandingan. Garis wajah pria itu tegas dengan ditambah bentuk alis yang lurus meninggi ke samping semakin memberi kesan jika pria tersebut, garang. Dilihat dari wajahnya, orang-orang menebak jika Wang Ling adalah pendekar yang baru menginjak usia 50an tahun. Terkait berapa usia Wang Ling yang sebenarnya, tak ada stu orang pun yang mengetahui secara pasti.

Menurut pengamatan Zhou Fu, kualitas Wang Ling memang jauh berbeda dengan Tang Quwo. Setidaknya Zhou Fu yakin bisa menang telak dari Tang Quwo dengan hanya mengandalkan satu jari tangan atau sentilan kerikil kecil. Sementara untuk mengalahkan Wang Ling, Zhou Fu memperkirakan jika dia hanya butuh satu tangan saja. Tak lebih.

“Ha ha ha… Bagaimana ini, musuhku ternyata bocah ingusan! Apa kau belum bangun dari tidur, Nak?” Wang Ling melangkah mendekati Zhou Fu sembari memilin jenggot tebalnya.

“Tidak, Paman. Tidurku nyenyak semalam dan aku sudah siap bertanding saat ini,” Zhou Fu membungkuk memberi hormat sebagai formalitas seorang junior kepada senior.

“Anak kecil, bagaimana kalau kau kuberi pilihan, memohon maaflah pada anggotaku dan kuampuni sikap aroganmu ini!”

“Maaf paman, apa bisa kita mulai saja pertandingannya?” Zhou Fu melemaskan tangannya, ia ingin memberi satu pukulan tunggal dan menang setelahnya.

“Oh, menarik juga omonganmu. Ngomong-ngomong, kudengar kau tak memiliki uang sepeser pun? Itu artinya, bayaran untuk kemenanganku adalah dirimu sendiri, kau sudah mengerti aturan itu?” Wang Ling, sebagai seorang senior yang baik mencoba mengingatkan musuh kecilnya.

“Tentu. Untuk bayaran kemenanganku, rekanku tadi memberitahu berapa jumlahnya. Kurasa itu adalah jumlah yang terlalu banyak, aku bisa berbagi sedikit denganmu nantinya.”

“Ha ha ha!!!” para penonton dan Wang Ling tertawa terbahak-bahak. Wang Ling pun meminta wasit pertandingan untuk membacakan aturan permainan.

Pertandingan pun dimulai. Wang Ling mengaraghkan tangan kanannya ke depan, memberi izin pada Zhou Fu untuk unjuk diri terlebih dahulu. Tanpa membuang tempo, Zhou Fu pun tersenyum penuh kemenangan.

“Pukulan Bayangan!!!”

Zhou Fu melesat dengan menggunakan 20% kekuatannya. 20% dari kekuatan pukulan bayangan milik Zhou Fu pernah mengguncang sebuah gunung di pulau Youhi hingga membuat gunung itu meletus premature.

Whussss!!!

Sebuah angin berhembus seperti menghantam wajah Zhou Fu, bersamaan dengan itu Zhou merasakan tenaga di dalam kepalannya menyusut dari 20% menjadi 0%. Tak bertenaga sama sekali.

Pukkk!!!

“Kau kira ini permainan anak kecil, heh?” Tangan Wang Ling yang berukuran satu setengah kali lebih besar dari Zhou Fu, dengan mudah mampu menangkap kepalan tangan Zhou Fu yang ringan dan tak berenergi.

Tidak mungkin!

Zhou Fu tergeragap kebingungan sebab ia belum pernah mengalami kejadian kehabisan tenaga ketika bertanding. Para penonton yang melihat kebingungan Zhou Fu, kian meledak tawanya dan sekaligus memperjelas olokan-olokan mereka.

Zhou Fu mengulangi jurusnya, tetapi sama saja, semua jurusnya dapat ditangkis atau diterima Wang Ling dengan sangat mudah. Seperti seorang ayah yang sedang meladeni anak kecil yang bermain lempar-lemparan. Wang Ling menikmati kebingungan di wajah musuhnya. Para penonton pun bertepuk tangan untuk Wang Ling yang bahkan dua kakinya tak bergeser sejengkal pun.

Zhou Fu memundurkan langkah. Ia yakin ada yang tidak beres. Tapi terlalu dini jika ia menuduh musuhnya begitu saja. Zhou Fu pun mengatur strategi untuk membuktikan kecurigaannya, baik kepada penonton sekaligus kepada dirinya sendiri.

Zhou Fu melesat maju lagi, kali ini ia tak memberi serangan atau pukulan tetapi tangannya menarik jubah Wang Ling sekuat tenaga sehingga jubah tersebut terbang melayang-layang di udara.

Kini nampaklah dada Wang Ling yang bidang dan berotot. Melihat tubuh bagian atas Wang Ling yang sudah tak terbalut kain sehelai pun, Zhou Fu menggeleng-gelengkan kepala bingung. Kecurigaannya tak terbukti. Zhou Fu mengamati seluruh tubuh musuhnya, tetap saja ia tak menemukan sesuatu yang mencurigakan.

Kakek Li Xian pernah bercerita pada Zhou Fu jika suatu ketika Zhou Fu bertarung dengan seseorang dan hal aneh terjadi, maka ada kemungkinan musuh Zhou Fu menggunakan bantuan pusaka. Sejak kecil Zhou Fu belum pernah mengenal pusaka, tetapi kakek Li Xian telah menjelaskan banyak hal tentang pusaka.

“Apa yang ingin kau temukan, Bocah kecil? Ha ha ha!”

Bukannya menjawab, Zhou Fu justru tersenyum lebar mendengar jawaban dari Wang Ling. Bukan. Ternyata senyuman Zhou Fu adalah untuk hal lain.

Melihat ekspresi Zhou Fu yang penuh kemenangan padahal tak satu pun dari serangan Zhou Fu yang mengenai Wang Ling, Wang Ling tiba-tiba merasa sedikit khawatir. Wang Ling mundur dua langkah, ia ingin bermain serius. Jika beberapa waktu sebelumnya Wang Ling tidak memberi serangan, kini ia ingin mengakhiri permainan dengan segera. Ia pun menunggu Zhou Fu menyerang.

Zhou Fu mulai menyadari sesuatu. Wang Ling memang selalu menunggunya untuk menyerang terlebih dahulu, dan hal tersebut semakin membuatnya curiga.

“Baiklah, biar kau senang, Paman! Rasakan ini!”

Zhou Fu maju lagi menggunakan jurus yang pertama, tetapi kali ini ia hanya menggunakan 10% saja dari kekuatannya. Dan, seperti sebelum-sebelumnya, angin berhembus berbarengan dengan hilangnya kekuatan miliknya. Tetapi, sebelum pukulannya mendarat di tubuh Wang Ling, Zhou Fu melakukan manufer sehingga gerakannya membuat bingung semua orang. Sebab, Zhou Fu tampak seperti memukul angina lewat.

“AAAAAAAAAAAAAAHHHH….. AAAAAAAAAAAAHHHHH…..”

Suara jeritan yang cukup keras membuat seluruh penonton menyisir segala sisi untuk menemukan sumber suara. Semua orang gaduh karena jeritan itu terus terdengar berulang kali dan disambut dengan suasana di sekitar arena pertandingan menjadi tidak kondusif. Zhou Fu memanfaatkan hal tersebut untuk menghabisi Wang Ling.

“Sekarang, mari bermain serius, Paman Wang Ling!” Zhou Fu tersenyum licik. Wang Ling menyadari siasat Zhou Fu dan ia pun mulai merasa jika keselamatannya sedang terancam. Wang Ling membuat gerakan cepat untuk kabur dari arena pertandingan tetapi Zhou Fu dengan sigap menangkapnya.

Zhou Fu mencengkeram bahu kiri Wang Ling yang berotot. Tubuh Wang Ling bergetar. Konsentrasi penonton pecah, sebagian penonton lebih tertarik untuk menemukan fakta dibalik suara jeritan yang berulang-ulang. Sementara sebagian yang lain memilih untuk menonton pertandingan antara Zhou Fu dengan Wang Ling.

“Rasakan ini!” Zhou Fu memundurkan sikunya untuk membuat persiapan memukul, tangannya mengepal kuat dan sebuah pukulan ia daratkan tepat di pipi kanan Wang Ling. Wang Ling jatuh ke tanah dengan satu pukulan.

“Huh, padahal itu hanya berisi setengah persen dari tenagaku! Ha ha ha! Aku menang!!!”

Zhou Fu berteriak lantang hingga membuat kegaduhan penonton berhenti. Suara jeritan yang tadinya terdengar juga mendadak berhenti. Jauh di sudut kanan, seorang perempuan cantik tengah melambai-lambaikan tangan pada Zhou Fu dan Zhou Fu pun mengangguk tersenyum sebagai ucapan terima kasih pada perempuan itu.

Ya, suara jeritan itu tak lain tak bukan adalah suara Shen Shen. Shen Shen berteriak di tengah ramainya penonton pria bahwa bajunya kemasukan kelabang. Tentu saja para penonton kebingungan dan sekaligus menikmati pemandangan seorang perempuan yang menggeliat kebingungan karena ada binatang menyusup di dalam bajunya.

Shen Shen melakukan hal tersebut demi mengacaukan konsentrasi salah satu komplotan Taoqi yang bertingkah mencurigakan. Shen Shen memang seorang perempuan yang tanggap dan teliti, selama melihat pertandingan, ia juga merasakan bahwa ada yang tidak beres di dalam arena pertandingan. Shen Shen pun mengerti, tindakan Zhou Fu merobek paksa jubah Wang Ling adalah untuk menemukan keberadaan pusaka rahasia yang barang kali menempel di tubuhnya.

Akan tetapi ternyata tubuh Wang Ling steril dari benda pusaka apapun. Hal tersebut membuat Shen Shen berinisiatif untuk menemukan orang yang mungkin turut campur pada pertandingan. Dan saat itulah Shen Shen memberi sinyal kepada Zhou Fu dan Zhou Fu memahami sinyal yang diberikan Shen Shen.

Para penonton yang melihat kekalahan Wang Ling, tidak ada yang berani bersorak. Bagaimanapun Wang Ling adalah pria terkuat di desa Dozhu. Mereka tak boleh sembarangan mengejeknya.

“Paman, jika kau ingin selamat, segera serahkan uang hadiahku dan ditambah dengan pusaka yang dibawa oleh anak buahmu!”

Wang Ling tak berkutik. Kemenangannya selama sepuluh tahun terakhir memang dibantu oleh sebuah pusaka penyedot kekuatan yang berbentuk kendi kecil. Meski Wang Ling juga memiliki ilmu bela diri yang lumayan, tetapi ia lebih senang menggunakan cara cepat untuk mengalahkan musuh.

“Anak muda, tolong jangan minta pusakaku. Itu adalah kehormatan bagiku…

“Tidak! Itu adalah kenistaan bagimu, Paman. Kalau kau ingin menang dalam pertandingan, setidaknya kau harus berlatih lebih serius!” Zhou Fu mengulurkan tangan pada Wang Ling, sebuah sikap ksatria yang baru pertama kali dijumpai oleh Wang Ling. Wang Ling pun menerima uluran tangan Zhou Fu dan bangkit berdiri, karena memang taka da pilihan lain.

***

Zhou Fu dan Shen Shen keluar dari Arena Douzheng dengan wajah sumringah. Mereka mendapat banyak uang dan satu pusaka yang sangat bermanfaat bagi Shen Shen yang tak memiliki ilmu bela diri.

“Kau tak ingin tahu bagaimana aku bisa memasuki Arena Douzheng tanpa harus membeli tiket?” Shen Shen bertanya pada Zhou Fu ketika mereka berjalan menuju penginapan.

“Tidak. Aku sudah tahu. Kau pasti merengek dan memelas di depan para penjaga!” Zhou Fu menjawab singkat, ia tak begitu tertarik dengan pertanyaan Shen Shen.

Shen Shen sedikit kecewa karena Zhou Fu tidak terkejut dengan pertanyaannya.

=====================

Follow author di IG: @Banin.sn

Y0utube Channel: iPus Channel

Di kanal Y0utube author juga sering bikin konten tentang rekomendasi novel-novel bagus lho... Salam, terima kasih...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mukhsin Aceh
Banyak kali koin yg di butuhkan untuk baca , jadi gk minat lagi deh sama novel kamu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status