Share

Main Belakang

Part 10

Dengan elegan Airi turun dari mobil barunya. Faisal terpana melihat sikap istri pertama. Ia merasa jatuh cinta pada gadis itu. Airi sekarang berbeda dengan yang dulu. 

Airi mulai merawat wajah dan tubuhnya. Ia ingin menikmati hidup sebelum semuanya berakhir. Faisal semakin terbuai oleh paras wajah cantik Airi. Ia tidak lemah dan cengeng seperti dulu.

"Mulai hari ini, jangan panggil aku Airi kalau aku tak bisa melakukan semuanya," ucapnya kepada mereka yang berdiri di depan.

Airi mengandeng lengan Faisal dengan mesra tatapan mereka saling beradu. Ririn dan Bella hanya memandangnya sinis.

"Dasar udik, sombong!" maki Bella setelah mereka sudah berada dalam rumah. 

"Awas kamu!" Bella menendang mobil baru milik Airi. 

"Aw, sakit Ma!" ringisnya. Memegang jari kakinya yang masih mengenakan sepatu high heel. 

"Kamu benda mati dilawan," kelakar mertuanya. Bella melirik ke arah Ririn. Tatapannya matanya memerah suhu terasa panas. Ririn mengelus tubuh menantunya agar wanita itu lebih tenang. 

Ririn tak bisa berkata apa-apa, saat ini hatinya kagum dengan penampilan Airi."Mengapa ia bisa secantik dan pintar begitu, ya?" ucapnya dalam hati.

Di dalam kamar Airi dan Faisal sedang bermesraan. Airi menyandarkan kepala di bahu suaminya. Mereka bercerita dan tertawa hingga tawa mereka terdengar di kamar Bella. 

Bella geram, ia bangkit dari duduknya dan mengetuk pintu dengan kencang. Airi menoleh ke arah Faisal. 

"Itu pasti Bella, cepat kamu temui dia," ucap Airi tanpa cemburu. 

"Biarkan saja, Abang malas dengannya. Lebih baik di sini bersama kamu," ungkap Faisal dengan gombalannya. Ia mengecup pipi wanita itu.

Airi mencubit hidung Faisal yang mancung. 

"Temui dia, nanti dia berubah jadi banteng," gurau Airi. Mendorong tubuh Faisal agar bangkit. 

"Biarkan saja. Masih galakkan mama daripada Bella." Faisal berbaring dan menutup tubuhnya dengan selimut. Tak mau mengikuti ucapan Airi.

"Katakan saja kalau aku sudah tidur." 

Airi mengeleng dan bangkit dari ranjang. 

Airi membuka pintunya tanpa hijab, sebelum itu dia membuka baju kancingnya lebih banyak rambut ia acak-acak dan wajahnya diberi sedikit air. 

Menggigit bibirnya dan bergaya seksual di depan Bella. Bella terkejut melihat wajah Airi berkeringat. Wajah yang terlihat menuntaskan hasrat.

Napas Bella naik turun jantungnya tak kalah dengan motoGp yang sedang berlomba, darah terasa mendidih sampai ke ubun-ubun.

"Berisik tahu, ganggu aja!" pekik Airi. Menampilkan gaya seksual yang tak pernah Bella lihat. 

"Mana Bang Ical?" Mata Bella hendak mengintip, Airi sengaja membuka separuh pintu. 

"Sudah tidur, tuh." jawab Airi datar." Tertidur setelah ...." Airi sengaja tak melanjutkan perkataannya.

"Bohong kamu!" ucapnya tak terima.

"Terserah. Ia lelah langsung tertidur setelah berolah raga," ujarnya.

Wajah Bella merah padam mendorong pintu kamar Airi kasar. Airi terhuyung ke belakang. 

"Abang! Bangun!" menarik selimut di tubuh suaminya. 

"Ada apa, sih?" geram Faisal. 

"Abang bilang kalau gak akan tidur dengan kami berdua. Mengapa tidur di sini?" 

"Siapa yang tidur di sini?" jawabnya tak kalah sengit. Faisal bangkit dan keluar kamar menarik lengan istri mudanya. 

Terdengar suara pintu tertutup samping kamar dan suara perdebatan mereka. Airi hanya tersenyum sinis dan menggelengkan kepala. Ia memilih berbaring di ranjangnya dan menatap layar gawainya. 

Notifikasi pesan masuk di gawai Airi.

[Sayang, udah tidur] pesan yang dikirim Faisal.

[Belum] jawab Airi singkat.

[Kamu jangan khawatir, Abang akan memilih kamu] dengan emot tanda cinta.

[Iya] jawab Airi hanya pendek. 

[Abang di mana?]

[Abang sudah di kamar bawah. Selamat malam bidadariku]

Airi merasa lega ternyata suaminya sudah keluar dari kamar madunya."Sepertinya ia sudah berubah," lirihnya.

Di dalam kamar Bella, Faisal menyuruh Bella diam. Ia membawa istri mudanya ke kamar bawah. Mereka berpelukkan dan memadu kasih hingga subuh menjelang. Bella tersenyum puas ternyata, lelaki itu masih mau menyentuh tubuh sexynya. 

Airi menyiapkan sarapan untuk dirinya. Nasi goreng sosis dan omelet. Ia membawa piring ke ruang TV. 

Ririn mendengar suara orang yang sedang tertawa di dalam kamar. Ia keluar dengan muka bantal."Berisik banget kamu! Ganggu orang tidur," maki Ririn. 

"Eh, Mama. Sarapan, Ma," tawar Airi menyodorkan piringnya. 

"Kamu bukannya beres-beres malah nyantai," bentak Ririn. 

"Ini hari Minggu," jawabnya datar mata Ai masih menatap layar televisi. 

"Mumpung hari Minggu, baju kotor sudah menumpuk kayak gunung. Kamu cuci semua!" 

"Baju siapa?" tanya Airi heran. 

"Kamu kebanyakkan nanya. Cepat sana cuci bajunya!" 

"Cucian bajuku sudah aku cuci dari subuh," jawabnya datar. Airi tertawa menonton kartun kesayangannya. 

"Itu baju kotor punya Mama dan mantu kesayangan Mama." Airi bangkit dan meninggalkan mertuanya begitu saja.

"Sejak kecelakaan kamu ngebantah aja. Dasar udik miskin!" makinya. 

Airi meletakkan piring di meja makan. Ia kembali ke kamarnya. Ririn masih menghina mantunya dengan perkataan kotor. 

Ririn melirik televisi,"Sejak kapan Airi suka film kartun," ucapnya lirih. 

Beberapa hari ini Faisal berubah pendiam dengan Airi. Entah apa yang terjadi dengan dirinya. Keputusan memilih tinggal tiga hari lagi. Faisal semakin dilema. 

Beberapa kali Airi memergoki Faisal keluar dari kamar Bella. Lelaki itu terlihat terkejut melihat istri pertamanya. 

"A-ai .... Abang abis bangunin Bella," ucap Faisal ketika ketangkap basah. Wajahnya menunduk dan tersenyum kikuk. Terlihat pelu di wajah suaminya.

"Ka-kamu mau ke mana?" tanyanya.

Airi hanya diam tak menanggapinya. Ia turun ke dapur mengisi gelasnya. Gadis itu melirik jam yang menempel di dinding.

"Jam tiga pagi, bangunin Bella. Alasan," lirihnya menahan gemuruh dalam dada. 

Faisal memeluk tubuh sintal wanita itu, perasaan Airi jijik dan muak. Pelu di tubuhnya masih terasa basah. Airi mencoba melepaskan tubuhnya dari Faisal. 

"Maaf Bang, badan kamu lengket," ucap Airi menyindirnya.

"Eh, iya tadi ...." 

"Sudah sana tidur, sepertinya kamu lelah." Airi kembali ke kamar dengan membawa air putih di gelasnya.

"Ternyata dia hanya manis di mulut lain di hati. Puasa dua minggu aja sudah tak tahan." Airi hanya menghela napas. Dadanya terasa nyeri, ia sudah pasrah.

Pintu kamar di ketuk Suaminya. Sebelum berangkat bekerja ia ingin berbicara dengan Airi.

"Sayang ...," panggilnya dengan lembut.

"Panggil aku Airi bukan sayang," tungkasnya cepat. Ia merasa muak dengan panggilan tersebut.

"Ada apa? Kamu pagi-pagi sudah masuk," ucapnya dingin.

"Apa bisa kita hidup bertiga dengan damai. Aku, kamu, dan Bella. Aku tak bisa memilih. Abang begitu mencintai kalian. Beri Abang kesempatan. Abang akan berubah," ungkap hatinya. Selama ini ia tak tahu siapa yang ada di hatinya. 

Airi adalah wanita yang selalu mengurusnya dengan baik walaupun selama setahun tak pernah menyentuhnya lagi. Bella, wanita seumuran dirinya memiliki gairah yang membara. 

"Tidak! Abang harus memilih. Abang tak bisa seperti Rasul yang bisa berlaku adil. Ibadah saja masih bolong." 

Perkataan istrinya menusuk ke dalam dada. Ia sadar dengan ucapan Airi. Untuk bertakwa kepada Allah saja ia lalai apalagi memiliki dua istri. Bisakah ia adil, Airi masih bisa mengalah sedangkan Bella, gadis itu tak mau berbagi. 

Semalaman Faisal tak tidur, pagi ini lelaki itu tak tahu jawaban yang harus ia pilih. Hatinya semakin galau. 

Airi menghubungi papa mertua, hanya dia yang menyayangi Airi selayaknya putri sendiri. Airi dan Joko bertemu di sebuah cafe pinggir kota. Cafe tersebut tempat yang strategis bagi keduanya. 

"Airi, kamu sudah lama?" tanya papa mertua yang baru saja tiba. Lelaki itu terlihat tampan dan bebas setelah bercerai dengan Ririn. Wanita yang selalu membuat dirinya bagaikan budak.

"Baru saja, ini Pa kopi punya Papa," tawarnya. Kopi ekspresso dengan sedikit krim. Pak Joko menyeruput kopi tersebut.

"Maaf Pa, sudah ganggu," ucapnya dengan suara bergetar. 

"Ah, kamu kayak sama siapa aja. Papa lagi ada waktu. Ini juga jam makan siang. Bagaimana kabar kamu?" 

Airi hanya menangis ia terisak ketika pak Joko menanyakan keadaannya. Lelaki paruh baya itu tahu perasaan mantunya. Apa yang dirasakan oleh Airi pernah ia alami. 

Pak Joko mendekati mantunya, ia berpindah tempat duduk di samping gadis itu. 

"Menangislah, jika itu menenangkanmu," ucapnya. 

Pak Joko pun meneteskan air mata. Kekejaman istrinya, penghianatan Faisal, dan dirinya yang memberi restu pernikahan Faisal dan Bella. 

"Maaf' kan Papa, kamu sudah banyak menderita," ucapnya lirih menahan sesak di dada.

"Papa, Airi!" teriak Ririn. Wanita itu sedang melewati cafe tersebut melihat mantu dan suaminya sedang duduk berdua di sebuah cafe.

Mereka monelah mendengar nama mereka dipanggil dengan notasi tinggi. Joko berdiri melihat Ririn dengan wajah yang memerah. Ririn mendorong tubuh lelaki tersebut, lelaki yang menalaknya beberapa minggu lalu. 

Manampar Airi dengan keras."Dasar kamu jal*ng! Mertua kamu digoda juga," teriaknya. Semua orang melihat pertengkaran tersebut. 

Ririn menarik hijab menantunya seolah-olah Ia seorang pelakor. Sebuah tangan kekar menarik tubuh Ririn. Menjauhkan wanita tersebut darinya. 

"Lepaskan! Jangan sentuh saya!" teriaknya. 

Ririn hendak memaki laki-laki yang menarik tubuhnya. Ia terdiam ketika melihat wajah pemuda itu. 

Comments (14)
goodnovel comment avatar
Ratih Hasmiana
kerenĀ² bget saya suka ceritanya
goodnovel comment avatar
Elisabeth Sayu
dari episode ke episode buat penasaran
goodnovel comment avatar
Zulfikar Amir
sy SDH membaca sampai bab terakhir,tapi pas error' kemaren HP,jadi kembali dari awal,bgm tuk membuka ke halaman yg terakhir baca?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status