"Apa? Mengapa ini bisa terjadi?!” Michael tercengang. Michael bahkan bisa melihat wajah si wanita bayangan hitam lebih jelas dalam kepanikannya karena jarak mereka sangat dekat. Wajahnya pucat tanpa darah seperti hantu. Sorot matanya merah membara mengolok-olok Michael. "Kamu sendirian?” tanyanya sambil tersenyum dingin. Lalu dia membuka mulutnya dengan kasar. Mulut kecilnya memperlihatkan gigi gergajinya yang tajam dan rapi. Pada saat bersamaan, dia berteriak mengeluarkan suara melengking seperti monster yang keluar dari neraka. Michael terkejut dengan auman yang keluar dari tenggorokan si wanita bayangan hitam. Napas hitam darah tiba-tiba menyebar ke seluruh tubuhnya lalu mengikat tangan dan kakinya. Cakar elang si wanita bayangan hitam mencekik leher Michael kemudian mengangkatnya ke udara saat Michael masih belum tersadar dari kekagetannya. "Sekarang kamu mengerti kalau aku tidak main-main?” si wanita bayangan hitam tersenyum dingin. Wajahnya kembali normal. Mich
Wajah Pam semakin merona. Pam menggoda Michael dengan matanya saat Michael meminta sesuatu. Di sini? Saat ini juga? Apa tidak akan jadi masalah? Isi pikiran Pam berlarian ke segala arah. Walaupun terdengar gila tapi Pam tidak mungkin menolak permintaan Michael. Tarikan napas Pam tak beraturan. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Akhirnya dia menutup mata seolah-olah sedang menunggu sesuatu. Kulit kepala Michael membeku. Apa yang Pam lakukan? Dan lagi, Michael tidak tertarik pada Pam walaupun Pam sangat cantik hingga banyak pria sulit mengontrol diri saat di dekatnya. "Aku minta Pedang Sakti Pembunuh Iblis,” ungkap Michael tak berdaya. Mata Pam terbelalak mendengarnya. Wajahnya merah padam karena malu. Pam ingin sekali menjatuhkan diri ke tanah! Pam menarik tangannya. Sebuah pedang panjang berwarna merah pun telah ada di genggamannya. "Bagus!” Michael membalikkan tubuhnya setelah menerima Pedang Sakti Pembunuh Iblis dari Pam. "Boom!"Sebuah c
"Anak muda, mengapa keinginan membunuhmu sangat kuat sekali? Padahal kamu bisa memperpanjang umurmu hanya dengan merawat kehidupanmu.” Seorang pria tua berpakaian sederhana tertawa pelan di sudut kamar sambil menyapu lantai dengan perlahan. Aron terkejut mendengar suaranya. Dia bingung karena tidak ada orang lain lagi selain mereka berempat di kamarnya. Kapan orang tua itu masuk? Terlebih lagi, mereka semua tidak menyadari kedatangan si pria tua tersebut. Pria tua itu bernama Barkah. Aron terakhir kali bertemu dengannya saat perang terakhir usai. Sungguh lama sekali. Aron pun menurunkan kewaspadaannya. "Pria tua bau, itu semua bukan urusanmu. Pergi dari sini!” usir Aron dengan marah. Barkah tersenyum. Dia menggelengkan kepala dan lanjut menyapu lantai. Aron mengalihkan pandangannya pada si wanita bayangan hitam dan berkata, “Jangan pedulikan pria tua buruk rupa itu. Targetmu pria itu. Dan targetku adalah wanita itu.” Si wanita bayangan hitam menatap Barkah dala
"Di mana mereka?” Aron celingukan dengan cemas saat melihat tidak ada orang lain di hadapannya. Dia cepat-cepat menuju pintu depan dengan perasaan tidak percaya. Tidak ada lagi yang tertinggal di kamarnya selain noda darah Michael di lantai. Pupil mata si wanita bayangan hitam mengerut seketika. Apa yang terjadi di hadapannya membuat dirinya terkejut. Kejadian berpindahnya Barkah dari tempatnya padahal dia terus mengawasinya saja telah membuat si wanita bayangan hitam terkejut. Dan kini, kejadian mengejutkan kedua terjadi. Mereka semua menghilang. Peristiwa ini sangat di luar nalar si wanita bayangan hitam. Si wanita bayangan hitam berkaca pada pengalaman sebelumnya. Dia fokus untuk menggunakan seluruh energinya saat angin berhembus kencang. Dia tidak menggunakan kedua tangannya untuk menutup mata seperti Aron agar bisa terus mengawasi setiap gerakan Barkah. Meskipun begitu, tetap saja Barkah lepas dari pengawasannya. Si wanita bayangan hitam bahkan tidak tahu bagaimana dan
Pam bersimpuh dan menangis tersedu-sedu saat melihat Michael meninggalkannya. Dia membuka hati dan jatuh cinta pada seorang pria untuk pertama kalinya. Namun dia tidak menduga akhir cerita cintanya akan tragis seperti ini. Sementara itu, Michael berdiri di ambang pintu. Dia ingin pergi meninggalkan rumah itu tapi dia tidak menemukan tanah untuk dipijak. Yang ada hanya gulungan awan putih. Angin pun tidak berhembus tapi awan putih melayang cepat di bawah kakinya. Rumahnya melayang di angkasa dan bergerak sangat cepat. "Ini ... ini ...” Michael terkesiap. Michael tidak tahu apa yang terjadi. Dia juga tidak tahu sedang berada di mana. "Bebaskan hatimu dari kekacauan walaupun angin terus berhembus membawa debu.” Michael mendengar sebuah suara saat dirinya dalam kebingungan. Dia mencari sumber suara ke segala arah karena dia tidak tahu dari mana datangnya suara tersebut. Namun yang dia lihat hanyalah hamparan langit biru yang dihiasi awan putih. "Master? Apakah i
"Kamu boleh saja gigih memperjuangkan keinginanmu. Tapi kegigihanmu tidak boleh mengganggu orang lain. Kamu tidak akan mampu melihat hasilnya jika kegigihanmu mengganggu orang lain. Kamu mengerti?” Pam mengangguk. Bibirnya ditekuk sedih. Tidak lama kemudian, Pam tersenyum pada Michael, “Adik seperguran!” "Seorang anak bisa dilatih. Seorang anak bisa dilatih,” Barkah terkekeh dan meminum tehnya. Michael menatap Barkah dengan penuh rasa terima kasih. Walaupun Barkah buruk rupa tapi dia bijaksana. Michael dan Pam mulai terbuka hatinya hanya dengan sedikit nasihatnya. "Terima kasih telah membantuku hari ini. Boleh aku tahu siapa namamu?” Michael bangkit dan mengisi cangkir Barkah sebagai bentuk rasa terima kasihnya. Barkah sedikit termenung. Kemudian dia tertawa terbahak-bahak, “Aku hidup sudah lama sampai lupa namaku sendiri.” Michael dan Pam saling berpandangan mendengarnya. Mereka tidak melihat kebohongan dari sikap Barkah. Hanya saja Barkah tidak peduli dengan naman
Istana Gunung Qishan Di kediaman Puncak Gunung Biru. Rahel berpakaian putih duduk dalam diam di depan jendela seperti peri. Sebuah bayangan hitam melompat mendekati Rahel. Dia memegang dadanya kemudian bersandar, “Aku datang, Nona.” Tatapan mata Rahel dingin seperti es. Dia menerawang ke luar jendela tanpa bergerak sedikitpun tapi jemarinya mengetuk-ngetuk daun jendela. Si bayangan hitam berlutut seketika. Tubuhnya bergerak menahan sakit. "Kamu terlambat setengah jam dari yang aku minta,” ucap Rahel dingin. "Aku sial hari ini. Aku datang terlambat karena aku melihat sesuatu di tengah jalan. Mohon maafkan aku,” si bayangan hitam tidak berani mengecewakan Rahel. Dia pun menjelaskan dengan penuh ketakutan sosok sombong yang dilihatnya yang menjadi penyebab keterlambatannya. "Lanjutkan,” ujar Rahel tenang. Si bayangan hitam menceritakan semua yang terjadi di kamar Aron. Rahel mendengarkan dengan cermat semua cerita si bayangan hitam. Dia kemudian melirik si bayan
"Sebuah rumor tersebar di antara para murid perguruan. Rumor itu mengatakan mereka kadang kala bertemu dengan pria tua pendiri Perguruan Gunung Qishan yang sedang menyapu lantai. Namun semua itu hanyalah rumor. Aku dan para adik seperguruan telah mengambil alih kekuasaan istana ini lebih dari seribu tahun tapi kami tidak pernah bertemu dengan pendiri perguruan.” "Terlebih lagi, Istana Gunung Qishan telah berdiri sejak awal terbentuknya Dunia Bafang yaitu puluhan juta tahun lalu. Tidak mungkin leluhur kami masih hidup dan tiba-tiba muncul begitu saja,” Gustav terkekeh. Rahel dan Theo mengernyit saat mendengarnya. Bahkan dewa pun tidak akan sanggup hidup selama itu. Mungkin rumor itu benar adanya. Tapi kalau begitu, siapa pria tua itu? Namun Theo percaya dengan ucapan Aron. Begitu pula dengan Rahel, dia juga percaya dengan cerita Ava yang tidak mungkin berbohong padanya. Ditambah pula, dua keluarga datang secara bersamaan menanyakan keberadaan pria yang sama. Semua ini sem