Share

PLAYING VICTIM

Bab4

"Tuan, Tones enterprise dalam keadaan krisis. Mereka merengek memohon bantuan." 

"Tolak!" sahut Jeremy, sambil menatap layar monitornya.

Debara Hwang mengangguk patuh. 

_____

Di perusahaan Tones. Mike Tones, memanggil Esmeralda, masuk ke dalam ruangannya.

"Aku tidak melakukan itu!" sahut Esmeralda, ketika Mike menuduhnya, melakukan konspirasi jahat.

"Jangan berbohong Esmeralda. Kalau kakek sudah tidak sabar lagi, maka Kakek tidak segan-segan, membuat kalian jadi gelandangan."

Air mata meluncur bebas, di wajah Esmeralda, mengapa kakeknya nampak selalu begitu membenci dia dan keluarganya.

"Kamu harus membantu perusahaan!" tekan Mike Tones.

Esmeralda masih terdiam.

"Datang ke perusahaan Giant Company Group. Dan, dapatkan kontrak kerjasama dengan mereka. Agar, perusahaan kita, keluar dari masa krisis ini."

"Kenapa harus aku? Bukankah ada Khan, Albert. Seorang cleaning service yang hina ini, tidak mungkin diutus ke perusahaan besar itu, apakah kakek sangat ingin mempermalukanku?"

"Aku tidak terima penolakan! Kamu paham?" bentak Mike Tones. Lelaki tua itu membelakangi Esmeralda. "Kalau perlu berlutut dan memohonlah pada petinggi perusahaan itu."

Hati Esmeralda semakin sakit. Semua bukan salahnya, tapi mengapa dia yang tertuduh. Semua bukan tanggung jawabnya, tapi mengapa dia yang harus membereskannya.

Kakeknya pun semakin menunjukkan ketidaksukaannya.

Kalau bukan karena menjadi tulang punggung, mungkin Esmeralda tidak mau berada di Tones enterprise lagi. 

Rasa sakit hati dan hinaan yang terus mereka layangkan, sudah terlalu sesak dihati wanita muda itu.

______

Jeremy pulang, dengan mengendarai motor tuanya. Esmeralda menunggunya, di depan pintu rumah.

"Dari mana?" tanya Esmeralda.

"Kerja, membantu teman mengantarkan barang jualannya," dusta Jeremy.

Lelaki itu pun mengeluarkan uang sakunya. Yang berjumlah $10, kepada istrinya.

"Itu dari temanku, maaf cuma sedikit." 

Esmeralda menyambutnya dengan gembira. "Terimakasih, ini uang pertama darimu. Aku sangat bersukur," ungkap Esmeralda dengan bahagia.

Jeremy pun mengulas senyum. 

Mereka berdua masuk, dan Esmeralda mulai menceritakan, kejadian hari ini di perusahaannya.

"Kenapa harus kamu?"

"Sepertinya, Khan memfitnahku."

Esmeralda menarik napas. "Kakek tidak mempercayaiku. Aku dipaksa mereka, membereskan yang bukan perbuatanku."

Jeremy semakin marah, namun dia juga tidak mungkin bertindak gegabah.

"Ikuti saja mau mereka," sahutnya.

"Kenapa? Nanti mereka semakin seenaknya kepadaku."

"Ikuti saja, kamu percaya denganku kan?" tanya Jeremy, sembari tersenyum nakal pada istrinya.

Esmeralda pun mengangguk. Kekuatannya, memang selalu ada pada  lelaki berhidung mancung di depannya ini.

___

Esmeralda mengenakan taksi menuju gedung tinggi pencakar langit itu.

Dengan langkah gugup, Esmeralda, memasuki gedung Giant Company Group, dengan membawa file perjanjian.

Suasana gedung di desain sangat mewah, membuat Esmeralda berkali-kali berdecak kagum melihatnya. Ini pertama kali, dia membawa langkah ke gedung tinggi dan terbesar di kota Monarki ini.

Esmeralda berjalan mendekati meja resepsionis. Kedatangan Esmeralda, di sambut manis oleh salah satu resepsionis.

"Maaf, boleh kah saya bertemu dengan  nona Hwang?" 

"Nona Hwang sedang meeting pagi ini, apakah anda sudah membuat janji?" tanya resepsionis yang berambut pendek.

"Sudah, saya dari Tones enterprise, perusahaan saya membuat janji pertemuan jam 10.30."

Resepsionis berambut pirang melirik jam tangan, sembari memindai penampilan Esmeralda yang nampak tidak begitu rapi di matanya.

"Anda yakin, anda dari Tones enterprise?" tanya wanita berambut pirang bersanggul itu, dengan tatapan meremehkan.

"Iya itu benar, ada apa?" Esmeralda kebingungan, mendapat tatapan dan pertanyaan seperti itu.

"Tones enterprise perusahaan maju nomor 4 di kota ini. Bagaimana mungkin, mengirim seorang berpenampilan sangat sederhana begini," cibir wanita itu dengan berani.

Esmeralda merasa malu dan sakit hati. Tapi kenyataannya, dia memang berpenampilan sangat sederhana, dan nampak tidak menarik sama sekali. 

Sudah beberapa bulan ini, dia tidak mampu lagi membeli pakaian kantor yang baru dan lebih fresh. Sebab harus terus menerus membayarkan hutang sang Ibu, yang suka sekali bermain judi.

"Sudah tidak apa-apa, yang penting rapi." Wanita anggun di sampingnya melerai.

"Rapi sih rapi, kalau dia memang ke sini untuk melamar kerjaan menjadi petugas kebersihan. Dia kesini, untuk bertemu bos besar kita," celetuk wanita pirang itu.

"Sudah, biarkan itu menjadi urusan nona ini." Wanita berambut pendek hitam itupun mulai kesal dengan teman di sampingnya.

"Nona, silahkan menunggu di tempat itu, saya akan menghubungi Ibu Hwang terlebih dahulu!" katanya. "Secepatnya, saya akan memberitahukan pada anda."

Esmeralda pun memaksakan senyum, dan berjalan menuju kursi tunggu. Perasaannya campur aduk dan merasa semakin tidak percaya diri.

Di ruang kerjanya, Jeremy Mose, memantau istrinya dari laptop, melalui cctv. Dadanya bergemuruh hebat, melihat karyawannya yang rendahan itu, berani sekali menghina istri kesayangannya.

Jeremy Mose menghubungi Nona Debara Hwang. "Halo Tuan," jawab Nona Hwang, yang memang masih meeting dengan para bawahannya. 

Sedangkan Jeremy memang tidak pernah mau memunculkan diri, hanya menyerahkan kepercayaannya pada Debara Hwang.

"Kau sudah selesai?" 

"Sudah, ada tugas?" 

"Seseorang yang kumaksud sudah datang, minta anak buahmu menjemputnya."

"Baik, serahkan pada saya," tutup Debara Hwang. 

Wanita itu menarik napas. "Oke rekan-rekan, meeting hari ini telah selesai, saya ada tamu penting. Saya harap, kalian sudah mengerti tentang pembahasan hari ini."

"Baik, Bu." Team yang ada di ruangan menyahut serentak.

"Kamu!" tunjuk Debara Hwang. "Jemput tamu saya di depan ruang tunggu, bawa dia ke ruangan saya," titah Debara Hwang pada salah satu rekan kerjanya.

"Siap." 

"Namanya Esmeralda Tones, dari perusahaan Tones enterprise," terang Debara Hwang sebelum keluar ruang meeting.

___________

"Tones enterprise memiliki karyawan kumal sekali," desis wanita pirang itu, sembari sesekali melirik jijik pada Esmeralda.

Esmeralda pun tahu, dirinya sedang di perhatikan dengan mata penuh cibiran. Namun dia berusaha tidak perduli, dan tidak mau tahu juga.

"Nona Tones," panggil seseorang, membuat Esmeralda Tones menoleh, begitu juga dengan kedua recepsionis itu.

"Nona Tones," bisik wanita berambut pendek, pada teman di sebelahnya.

"Kamu kan belum menghubungi Ibu Hwang, bagaimana bisa dia datang menjemput wanita itu."

Wanita berambut pendek itu melirik jam. "Baru jam 10.10. Kupikir Ibu Hwang masih meeting."

Wanita berambut pendek itu mulai tidak nyaman hati. "Kalau Bu Hwang tahu, bisa habis kita berdua," gumam wanita itu. 

Si wanita berambut pirang terkekeh. "Tenang saja, kalau Bu Hwang melihat wanita itu, aku yakin, wanita itu pasti langsung diusir," ucap wanita itu penuh dengan keyakinan.

________

Esmeralda Tones pun berjalan dengan gugup, mengikuti langkah lelaki di belakangnya. Hingga mereka berdiri, di depan ruangan Direktur.

Panas dingin kini suhu tubuh wanita itu, kala pintu ruangan wakil Direktur itu terbuka. Seorang wanita berpakaian rapi, modis dan terlihat sekali, setiap jengkal yang dia gunakan, semua barang bermerk mahal.

Esmeralda Tones menelan salivanya, dan tersenyum tipis, kala mata Debara Hwang bertatapan dengannya.

"Masuk, Nona Tones," ucap Debara Hwang dengan intonasi ramah, namun terkesan tegas.

Esmeralda Tones mengangguk kecil, dan berjalan pelan menuju kursi. Di depan, Debara Hwang berdiri, dan mempersilahkan Esmeralda Tones untuk duduk.

Esmeralda Tones pun mulai menjelaskan maksud kedatangannya.

"Apa?" Esmeralda terkejut, ketika mendengar jawaban dari Debara Hwang.

"Ada apa? Anda keberatan?" tanya Debara Hwang tegas.

"Ah, maafkan sikap saya, Nona Hwang. Jujur, saya sangat terkejut dengan jawaban anda."

"Jadi?" Debara Hwang menatap tajam Esmeralda Tones.

"Maafkan saya, bisakah anda memberikan saya alasan, mengapa harus saya yang bertanggung jawab dengan jalannya proyek perjanjian ini?" 

Debara Hwang tersenyum tipis. "Saya tidak pernah membuat perjanjian, dengan orang yang tidak saya yakini. Jika kamu keberatan dengan syarat saya, maka lupakanlah perjanjian ini."

Esmeralda menahan saliva, dan kebingungan dengan semua ini.

"Nona Hwang ...." Esmeralda Tones menatap wanita di depannya denga ragu.

"Jawab! Atau saya tidak akan menanda tangani ini." Debara Hwang berkata tegas, membuat Esmeralda Tones pun akhirnya mengiyakan persyaratan itu dengan terpaksa.

Setelah tanda tangan selesai, Esmeralda Tones pun keluar.

"Bagaimana?" Jeremy Mose mengirim pesan ke ponsel Debara Hwang.

"Beres, Tuan."

"Minta dia keruangan saya!" 

"Sudah Tuan, barusan dia menuju ruangan anda bersama staff umum."

_________

Pintu ruangan diketuk, Jeremy Mose mengukir senyum. 

"Masuk!" titah lelaki itu sambil duduk di kursinya.

Lelaki tampan itu membelakangi kedatangan Esmeralda di ruangannya. 

"Ada perlu apa?" tanya Jeremy, dengan suara yang dia rubah sedikit besar, setelah pintu ruangan di tutup kembali. 

Lelaki itu bertanya, dengan posisi yang masih membelakangi Esmeralda Tones.

"Maaf, Tuan. Saya datang kemari, untuk meminta tanda tangan anda," sahut Esmeralda pelan.

"Hhmmm."

"Maaf, Tuan. Saya, Esmeralda, dari Tones enterprise."

"Oh."

Esmeralda mengernyit, mendapat jawaban seperti itu.

Esmeralda mengernyit, mendapat jawaban seperti itu.

"Apa yang akan kamu berikan, jika aku menandatangani itu?"

"Hah?" Esmeralda semakin tercengang dan bingung.

"Kudengar, keluarga Tones yang bernama Esmeralda, adalah wanita yang paling cantik di kota Monarki."

Esmeralda hanya terdiam, dan menganggap orang di depannya ini tidak sopan. Sebab, berbicara sambil membelakanginya.

"Apakah kamu mau, memberikan satu malam untukku?"

"Maaf Tuan, saya rasa, Anda salah orang." Esmeralda berniat meninggalkan ruangan.

"Tunggu!"

Esmeralda menghentikan langkahnya.

"Kamu yakin melakukan ini? Perusahaan keluargamu, sedang dalam masalah serius."

"Saya yakin, dan saya tidak akan menyesal dengan keputusan ini. Saya wanita yang telah menikah, dan saya tidak akan menjual pernikahan saya, demi kontrak sialan ini," bentak Esmeralda Tones dengan berani.

Jeremy tersenyum.

"Sehebat apa suamimu? Sehingga kamu begitu berani, menolak orang sepertiku," pancing Jeremy.

Esmeralda semakin kesal.

"Suami saya orang biasa. Tapi saya mencintainya, dengan cara yang luar biasa."

Jeremy semakin tersenyum, dia yakin, istrinya adalah wanita setia.

Jeremy membalikkan badan, membuat Esmeralda sangat terkejut.

"Kamu, apa maksudnya semua ini?" teriak Esmeralda, semakin kesal.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rusdiono
dibikin asik aja sambil ngupi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status