Share

4. Bertemu

Aletha memandang pada pria yang baru saja bersuara itu, belum sempat Aletha menjawab, sopir taksi tadi sudah menyela duluan.

“Ini pak, dia naik taksi udah muter-muter sampai 1 jam tapi pas ditagih uangnya dia tidak punya, jika tidak punya sebaiknya jangan naik taksi, jalan kaki kan bisa. Menyusahkan orang saja," ucap sopir taksi tadi.

Aletha menggelengkan kepalanya menatap memelas pada pria tersebut. “Bukan, bukan begitu. Aku juga tidak tahu dompetku di mana. Sungguh aku benar-benar kecopetan tadi, sekarang pun aku bingung, aku baru pertama kali ke kota ini.” Ucap Aletha.

“Halah pasti kau cuma cari alasan agar kau bisa kabur tanpa membayar taksi kan," ucap sopir tadi lagi.

“Berapa biayanya?“ tanya pria tersebut yang tak lain adalah Aksa.

“270 ribu pak,” kata sopir tadi singkat.

Aksa mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang, dia menyerahkan 4 lembar uang ratusan dan menyerahkannya pada sopir tadi. “Ini buat bapak, dan tolong segera bubar. Jangan membuat kerumunan seperti ini,“ kata Aksa yang melihat kesekelilingnya.

Akhirnya semua yang ada di sana membubarkan diri masing-masing. Sopir taksi tadi mengeluarkan koper beserta tas Aletha dan melemparkannya di hadapan Aletha. Dia memandang Aletha tak suka. Setelahnya dia masuk ke dalam mobil taksinya dan berlalu pergi dari sana.

Aletha mengambil tas gendongnya lalu memakainya di pundaknya. Dia memandang Aksa dan tersenyum pada pria itu. Dia membungkukan badannya sambil berkata. “Terimakasih tuan, terimakasih telah membantuku, aku tidak tahu harus membalas kebaikan anda dengan apa.” 

Aksa hanya melihat Aletha, dan dia mengangguk. Setelahnya dia meninggalkan Aletha dan berjalan ke arah mobilnya. Belum sempat dia membuka pintu teriakan gadis tersebut mengusiknya.

“Tuan.... Tuan tunggu. Bolehkah aku meminta tolong pada Tuan,” kata Leta berlari menyusul Aksa.

“Hem, ada apa?“ kata Aksa mengangkat salah satu alisnya menatap Leta.

“Aku masih baru di sini dan aku mengalami kesusahan karena kecopetan tadi. Bolehkah aku menumpang mobil Tuan. Aku ingin ke alamat ini untuk menyusul bibiku,” kata Aletha sambil menyerahkan secarik kertas pada Aksa.

“Kau yakin ini alamat bibimu. Sepertinya tidak ada alamat ini di sini,” kata Aksa.

“Tapi tuan, ini alamat yang di berikan oleh bibiku semalam. Saya tidak bisa menelefonnya, karena handphone saya sepertinya ikut kecopet,“ kata Aletha.

“Aku sedang buru-buru sekarang, bagaimana jika kau ikut aku dulu. Nanti setelahnya akan ku antarkan kau mencari alamat rumah bibimu.” Kata Aksa sambil membuka pintu mobilnya dan melihat ke arah Aletha.

Awalnya Aletha ragu tapi jika dia di sini bagaimana nanti dia mencari alamatnya, sedangkan Leta tak punya apa-apa sekarang.

Akhirnya Leta menganggukan kepalanya dan tersenyum pada Aksa. “Baik tuan, terimakasih.” Dia berjalan ke arah samping dan membuka pintu mobil tersebut. Setelahnya dia masuk ke dalam.

Aksa yang melihat Leta sudah masuk segera melanjukan mobilnya. Dia melihat ke arah jam tangan yang bertengger di tangannya. Melihat jam yang ternyata dia sudah 40 menit sejak kepergiannya dari kantornya tadi. Dia segera menancapkan gas, menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di rumah. Pasti sekarang putri kecilnya itu akan cemberut melihat dia yang terlambat seperti ini.

Aletha hanya diam, dia sebenarnya ingin bertanya siapa nama orang yang sudah menolongnya. Tapi melirik orang yang ada di sampingnya itu kelihatan sekali memang sedang terburu-buru. Aletha pun hanya diam. Mungkin nanti jika diberi kesempatan berbincang, dia akan menanyakannya.

Beberapa menit berkendara akhirnya mobil tersebut memasuki rumah yang mewah bagi Aletha. Gerbang itu di buka dan di sepanjang jalan menuju rumahnya saja ditumbuhi pepohonan palem yang menambah sejuk pemandangan mata. Di sisi kiri terlihat taman dengan banyak bunga yang ditanam di sana. Terdapat ayunan dan kolam ikan terletak di pojokan antara taman dan batasan tembok luar.

Leta memandangnya dengan terkagum-kagum. Dia bahkan sampai tidak sadar jika mobil sudah berhenti tepat di depan rumah besar yang terlihat bak bangunan gedung, menurut Aletha. Sampai suara dari Aksa mengagetkan Leta.

“Kau akan tetap di sini? “tanya Aksa yang ternyata sudah membuka pintu mobil dan ingin keluar.

Aletha yang melihat hal itu pun langsung cepat-cepat melepaskan sealtbetnya dan membuka pintu mobil, sedikit berlari mengikuti Aksa yang sudah berjalan jauh di depannya.

“Papa,” teriak gadis kecil dengan rambut di bawah bahu, memakai bando mawar dengan rok senada dengan hiasan rambutnya, berlari ke arah Aksa.

“Hai sayang," kata Aksa sambil mensejajarkan badannya pada putri kecilnya itu, memeluk dan menciumi kepala gadis kecil itu.

“Kenapa Papa lama sekali,” ucap Kyra setelah melepas pelukan ayahnya.

“Maaf sayang, Papa tadi sedang menolong orang. Jangan cemberut lagi ya, Papa membawakan kamu ice cream cocholate kesukaanmu,” ucap Aksa menyerahkan bingkisan ice cream yang dibelinya tadi di minimarket.

Aletha hanya memandang adegan di depannya itu dengan tersenyum. Ternyata pria yang menolongnya tadi sangat sayang pada anaknya. Terlihat sekali dengan cara dia memperlakukan putrinya ketika pertama kali bertemu. Pasti keluarganya sangat harmonis, pikirnya. 

Saat Aksa akan menggandeng tangan Kyra untuk masuk ke dalam. Dia tiba-tiba menoleh ke arah belakang dan melihat Leta yang masih berdiri di sana. Dia menggendong putrinya dan berjalan ke arah Leta.

“Kyra, kenalkan ini kakak yang Papa tolong tadi,” ucap Aksa sambil melihat wajah putrinya yang masih tersenyum.

“Hallo tante, namaku Kyra,” ucap Kyra sambil melambaikan tangan.

“Hallo Kyra, kenalin nama kakak, Aletha. Kyra bisa memanggil kakak dengan sebutan kakak Leta,“ ucap Leta tersenyum ke arah Kyra.

Kyra hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum melihat Leta. Setelahnya Aksa menyuruh Leta masuk ke dalam.

Leta mengikuti langkah Aksa yang membawa mereka ke arah dapur. Leta masih mengagumi bentuk dari rumah ini yang terkesan elegan dan tak terlalu banyak furnitur.

Sesampainya di dapur Aksa menurunkan Kyra ke kursi, dan menyuruh Leta untuk duduk juga. Dia melonggarkan dasinya dan membuka kancing paling atas kemejanya itu.

“Bibi, tolong siapkan mangkuk untuk Kyra makan ice cream,“ teriak Aksa.

“Iya tuan,” jawab suara dari arah belakang.

Saat bibi itu hampir menyerahkan mangkuk yang akan digunakan untuk majikan kecilnya itu, dia berteriak kaget saat melihat keponakannya ada di sini.

“Aletha.”

**

Hayoo... Siapa nih yang manggil Aletha 😅😅

Sinokmput

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Bue Azzam
Aihh ternyta si bibi prima krj, jd ART. Di rumah aksa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status