Share

So? There are two of you?

Nana menutupi wajahnya dengan kedua tangan, masih tidak percaya dengan apa yang dia alami beberapa saat yang lalu itu.

"Na, akan kakak hitung. Kalo sampai hitungan ke tiga kamu masih nggak keluar, kakak dobrak pintunya."

"Satu... Dua... T..."

Pintu kamar Nana terbuka.

"Kamu di panggil kok diam saja? Kamu nggak apa-apa kan?"

"Kakak?"

Nana kembali merasa kebingungan ketika melihat pria yang ada di balik pintu itu adalah pria dengan wajah yang sama dengan pria yang dia temui di dalam kamarnya, namun dengan pakaian berbeda dan sesuatu yang berbeda.

"Iya, ini kakak. Katakan ada apa? Mengapa terlihat begitu kebingungan?"

Nana teringat ucapan pria tadi yang dia temui di kamarnya, yang dengan tiba-tiba menanyakan siapa namanya.

"Siapa, namamu kak?"

Nana bertanya dengan ragu-ragu.

"Na-namaku? Kau bertanya namaku? Ada apa Na?"

"Apa sulit menjawab pertanyaanku, kak?"

'Sepertinya Nana sudah bertemu dengan Taeyang.' batin Taeyong.

"Aku Taey..."

"Anak-anak, ayo segera turun. Yang kita tunggu sudah datang."

"Yang di tunggu? Siapa?"

"Ayo segera turun kamu nanti akan mengerti, tapi sebelum itu. Aku mohon berjanjilah padaku, saat kau tahu segalanya. Kau tidak akan berubah sikap padaku?"

Nana benar-benar bingung, karena enggan menjanjikkan sesuatu yang belum pasti. Akhirnya Nana memilih untuk tidak menjawab dan segera pergi turun.

"Nana..."

"Sudah, biar aku saja yang akan mengatakannya padanya."

"Lee kembar, masuklah kalian berdua."

Sesaat kemudian, kedua pria bermarga Lee itu keluar dan duduk bersama di ruang tamu. Tepat di hadapan Nana.

"Hah?! Astaga, jadi sebenarnya aku memiliki kakak kembar?"

Papa Yunho hanya bisa di menganggukkan kepalanya.

"Jadi, jadi yang selalu bersama denganku disini, adalah kak Taeyang atau kak Taeyong?"

"Itu aku Na, Lee Taeyong. Maaf tidak mengatakannya sejak awal padamu."

"Hah, dia pasti sangat senang bisa jadi diriku..."

"Apa yang kau katakan Taeyang? Kalian itu bagai pinang di belah dua, tidak ada yang benar-benar berbeda kecuali sifat kalian."

"Apa Nana sudah menyukaimu saat kau menjadi diriku?"

Taeyong mengepalkan tangannya, merasa malu sekaligus kesal pada kakaknya.

"Ekhem... Sudah, sudah... Bagaimana jika kita makan saja daripada berdebat seperti ini?"

"Sudah kuduga jika mommy bisa memahami situasinya dan apa yang harus di lakukan, bukan malah terus mengajakku berdebat."

***

"Kim Nana, makanlah dengan baik. Aku ingin agar kamu cepat lulus dan segera menikah denganku."

Seketika ucapan Taeyang membuat semua orang menghentikan makan mereka dan menatapnya, entah mengapa dia mengatakan hal seperti itu.

"Hahaha, lihat wajah kalian semua. Lucu sekali," Taeyang terkekeh.

"Astaga, putra mommy ya... bercandanya bikin mommy hampir salah paham deh..."

"Jangan bicara sembarangan, kau punya tugas untuk melindunginya sekarang karena dia sudah menjadi adikmu."

"Dan, Taeyang... Tinggalah disini, jangan pergi lagi," Yunho.

"Wah, kehadiran mommy Yoona benar-benar membawa hal yang baik untuk papa sepertinya "

"Lihat saja, baru kali ini aku mendengar papa perhatian padaku."

"Taeyang, jangan seperti itu ya nak. Papa sudah bekerja begitu keras selama ini untuk merawat kalian..." Yoona dengan senyum dan nada keibuannya.

"Apapun, apapun yang mommy mertuaku inginkan," Balas Taeyang sambil tersenyum manis.

Nana yang sudah tidak tahan lagi melihat tingkah Taeyang langsung tertawa geli sendiri, kemudian diikuti semua orang di ruangan itu yang melihatnya  tertawa.

***

Nana terlihat mengetuk-ngetuk meja belajarnya dengan sebuah bolpoin hitam yang biasanya dia gunakan untuk belajar.

'Pinang di belah dua?'

'Astaga, jadi ternyata selama ini Lee Taeyang itu memiliki saudara kembar identik. Bagaimana bisa aku tidak tahu?'

"Karena si kutu buku itu membosankan, siapa yang peduli dengan keberadaannya?"

Nana menoleh pada sesosok pria yang duduk di ujung tempat tidurnya.

"Astaga kak! Kau membuatku terkejut lagi."

Taeyang beranjak dari duduknya dan mendekati Nana, bersandar di meja belajarnya.

"Jadi, rencananya berapa kali dalam sehari kau akan kaget karena aku?" Taeyang tersenyum.

Nana nyengir kuda.

"Hehehe, terlalu sering ya..."

Sesaat kemudian Nana mulai mengalihkan perhatiannya dengan membuka buku pelajarannya dan mulai mengerjakan tugas sekolahnya.

Taeyang hanya memperhatikan Nana yang sedang sibuk dengan bolpoin dan buku tugasnya, rambutnya yang hitam tergerai itu di belai oleh hembusan angin dari luar, aroma tubuhnya yang menenangkan.

Sesaat kemudian netranya tertuju pada buku tugas yang sedang Nana kerjakan.

"Jawabanmu kurang tepat, jawabannya akan lebih tepat jika kamu menjawab seperti ini," Nana memperhatikan Taeyang yang mulai meraih buku tugas sekolahnya dan menuliskan ulang cara penyelesaian tugas Nana dengan tepat.

Perlahan, tatapan Nana yang awalnya pada buku yang ada di hadapannya itu beralih pada wajah tampan Taeyang.

Nana menatap Taeyang intens, kini tidak ada lagi jarak antara Taeyang dan Nana. Ini tidak lagi seperti biasanya, seperti saat Nana yang hanya bisa menatap Taeyang dari jendela kelas, atau dari sudut lapangan saja.

"Berhentilah menatapku, aku tahu memang aku tampan. Tapi, masih banyak waktu nanti. Sekarang, selesaikan dulu tugasmu..."

"Maaf kak, aku rasa, aku tidak bisa berkonsentrasi belajar disini. Aku akan pergi dan belajar di luar saja."

Ketika Nana hendak beranjak pergi, tangan Nana secara tiba-tiba ditarik begitu saja oleh Taeyang. Sontak membuat Nana jatuh di pangkuan Taeyang, mata mereka berdua saling bertemu.

Perlahan Taeyang kembali mendekatkan bibirnya pada Nana, Nana memejamkan matanya dan mereka kembali berciuman.

"Kau gadis yang sangat manis Nana, mulai sekarang kau milikku."

"A-apa kau menyukaiku kak Taeyang?"

"Sudah sejak lama, sejak kau sering berada di lapangan basket saat aku latihan, di kantin, bahkan di tangga, aku tahu semuanya."

"K-kau tahu semua itu kak? Astaga... Aku pikir kau tidak pernah tahu."

"Ini sungguh memalukan..." wajah Nana memerah, menunduk. Tidak lagi berani bertatap mata dengan Taeyang.

"Apa kau juga menyukaiku Kim Nana?"

"Ma-maafkan aku, aku tidak bisa, Maaf..." Nana keluar dari kamarnya.

Taeyong baru saja keluar dari kamarnya dan melihat Nana yang keluar dengan tergesa-gesa dari kamarnya.

'Apa yang terjadi?' Taeyong.

Perlahan Taeyong melihat Taeyang yang baru saja keluar dari kamar Nana.

"Berhentilah mengganggunya, atau aku, yang akan menghentikanmu."

"Bacot!" 

Taeyang melenggang pergi ke kamarnya.

Taeyong perlahan turun, keluar mencari Kim Nana.

"Apa kak Taeyang, melakukan sesuatu yang buruk padamu?"

Nana menggelengkan kepalanya.

"Tidak kak, hanya sedikit salah paham saja."

"Katakan saja padaku jika dia mengganggumu, aku akan melindungimu sebagai seorang kakak."

"Kak Taeyong, dia juga kakakku. Jadi tolong, jangan perlakukan dia seperti seorang yang jahat."

"Kau benar Kim Nana, bahkan hanya aku yang mengenalinya dengan baik."

"Maksud kak Taeyong bagaimana?"

"Ah, sudahlah. Lebih baik kamu kembali ke kamar dan kembali belajar, aku akan pergi dulu."

"Bye kak Taeyong..."

Taeyong hanya mengangguk sambil mengangkat tangannya.

***

Pagi ini, Nana merasa sangat lapar dan mommy Yoona masih pergi berbelanja. Nana akhirnya mengambil beberapa lembar roti, dan membuat telur setengah matang kesukaannya.

Tiba-tiba, Taeyang datang dari arah belakang Nana. Aroma parfum yang sangat sensual dengan aura yang dingin yang sangat terasa saat Taeyang mulai berjalan mendekat pada Nana.

Deg!

'Astaga, ini masih pagi. Aroma parfum ini, benar-benar membuatku menggila.'

"Selamat pagi sayang?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status