Ani memberi isyarat untuk meminta Sunny keluar.Sunny membawa baki air keluar lalu menutup pintu.“Ibu, jangan khawatir, aku pernah belajar medis dan akupuntur sebelumnya. Aku sangat percaya diri,” kata Ani lembut.Diana mengangguk pelan lalu mengulurkan tangannya untuk meluruskan rambut anaknya, "Anakku, aku sungguh menyusahkanmu, kau hidup dalam tubuh Ani, dan kau dirugikan oleh penderitaan yang seharusnya dia derita."“Aku rela!” Ani tersenyum kecil.Setidaknya, dia bukan lagi yatim piatu.Kemarin, Diana tahu bahwa dia bukan putrinya, masih ada di ingatannya, Diana memegang tangan Ani yang sedingin es.Kemudian dia berkata, "Aku ingin membalaskan dendam putriku."Suaranya samar, tapi menggertakkan gigi, seperti suara kebencian.Sekarang, yang perlu mereka waspadai adalah mereka mungkin akan dibunuh oleh orang-orang kediaman Xia dalam beberapa hari.Dua pelayan di Paviliun Diana, yaitu Sunny melayaninya dan Yuna melayani ibunya, tetapi Yuna memiliki hati yang sombong dan sangat aro
Ani mendengar langkah kaki Lanny menjauh dengan cepat dia membuka pintu toilet. Untungnya bunga dan pohon tumbuh lebat di halaman sehingga beberapa pelayan pria di pintu depan tidak melihatnya.Dia berjingkat ke tepi dinding lalu melompati dinding, mendarat dengan tepat. Meskipun vitalitasnya belum pulih tapi dia tidak kehilangan keterampilannya.Dia berlari ke Pavilium Diana dengan cepat, karena hari ini Perdana Menteri Xia, Laura dan yang lainnya berada di Pavilium Nyonya Besar, dan para pelayan secara otomatis pergi ke sana untuk berkumpul, sehingga walaupun berlari sepanjang jalan tidak akan ada yang melihatnyaKetika berlari ke danau, terlihat Yura memimpin tiga orang menuju Paviliun Diana, diikuti oleh kepala pelayan.Ani berteriak keras dalam hatinya. Ketiga orang ini memegang kain dan satin. Mereka pasti penjaga toko penjahit sutra dan satin.Ketiganya adalah orang luar, jika mereka melihat sesuatu di Pavilium Diana, pasti akan tersebar ke mana-mana. Ini sungguh kejam!Ani meng
Diana berkata dengan acuh tak acuh, "Sampaikan ucapan terima kasihku pada Nyonya Besar."Kemudian, dia menghadap penjaga toko Zhou sedikit membungkuk, "Terima kasih!"Penjaga toko Zhou tersenyum dan berkata, "Nyonya, kau terlalu sopan.”Yura memberi isyarat pada penjahit untuk maju mengukur tubuh Diana, lalu kemudian berkata, "Kali ini aku membawa beberapa potong bahan sutra dan satin. Setelah mengukurnya, Nyonya bisa memilih model yang Nyonya sukai, kalau ada yang disuka maka aku akan simpan untukmu, kalau ada yang tidak Nyonya sukai, aku akan pisahkan.""Yang sederhana saja,” kata Diana.Ani diam-diam keluar dari pintu, dan Kepala pelayan mengikutinya ketika dia melihat gerakannya.Kepala pelayan melihat sekeliling sebentar, lalu berkata kepada Ani, "Bukankah Nona Tertua akan kembali ke paviliun Nyonya Besar untuk melayaninya? Mengapa masih belum kembali ke sana?" Ani bersandar di tembok dengan ekspresi sulit dibaca, "Aku akan kembali nanti saja, aku juga ingin penjaga toko Zhou m
Pintu toilet yang terbuat dari jerami terbuka dengan keras, celah di pintu itu perlahan melebar, lalu ada sosok keluar dari dalam.Kepala Pelayan sangat gembira ketika dia melihat seseorang ada di sana, dan hendak menarik orang itu dengan satu tangan, dia melihat kepala hitam perlahan menyembul keluar.“Tuan Muda?” Kepala Pelayan buru-buru menarik tangannya, menatap Tuan Muda Lucas Xia dengan takjub.Lucas Xia adalah saudara kembar Wanda XiaLucas mengalami demam tinggi ketika dia masih kecil. Setelah dia sembuh, IQ-nya menjadi rendah. Meskipun telah diperiksa oleh banyak tabib selama bertahun-tahun, bahkan Tabib Istana mengatakan bahwa IQ-nya berhenti berkembang sehingga IQ-nya setara dengan anak delapan tahun.“Kau kurang ajar bahkan Tuan Muda sedang berjongkok di toilet kau mengintipnya? Aku akan adukan kepada ayahku!” Lucas Xia sangat marah lalu melemparkan setumpuk jerami dari sana, semuanya dilemparkan ke wajah Kepala pelayan.“Tuan Muda maafkan saya. Semua ini adalah salah saya
Ani kembali ke kamar dan melihat Yuna sedang membuat teh, sementara Diana sedang tertidur di atas meja.Efek obat tidur belum berakhir, hanya saja tadi dia berhasil bertahan.“Nona, Nyonya sedang tidur.” Yuna tampak sedikit bersalah ketika melihat Ani masuk, berjalan ke pinggir."Ehm …!" respon Ani lalu berjalan keluar, meletakkan kap lampu di atas meja, dan berkata, "Keluarlah denganku. Mawar di sudut dinding tumbuh, bersihkan tanaman tersebut.““Ya!” Yuna terlihat sangat patuh lalu pergi bersama Ani.Memang ada mawar di sudut dinding, dan sekarang baru mekar, Ani berkata dengan keras, "Yuna, setelah kau mencabut mawar ini, kau akan harus mengambil kap lampu yang rusak ini dan memperbaikinya."Yuna menjawab, "Saya mengerti, Nona."Seseorang masuk dari pintu, Ani mengangkat kepalanya, dan orang itu menghilang di sisi lain dinding.Ani mencibir, seperti yang diharapkan, dia masih menunggu.Setelah Yuna mengusir Kepala Pelayan, Ani memintanya untuk kembali melayani ibunya.Begitu Yuna m
Ani tersenyum dengan wajahnya yang pucat, menatap Nyonya Tua dengan sinis, "Apa yang bisa aku lakukan? Aku, putri keluarga Xia, harus melawan nasib buruk sendiri dengan kepintaranku yang sedikit ini, dan nasib burukku adalah milikku sendiri."Wanda berkata dengan dingin, "Kau mengeluh dengan siapa? Di rumah ini, kau sudah menikmati banyak kemuliaan dan juga kekayaan keluarga selama enam belas tahun. Kalau bukan karena kau menolak untuk menikah, kau tidak akan berakhir seperti ini."Ani memandangnya dengan dingin, "Benarkah? Berapa banyak penghinaan dan juga luka-luka yang ibu dan aku terima dalam enam belas tahun di dalam kemuliaan dan kekayaan itu?"Itu adalah tuduhan yang paling menohok, tetapi tidak ada yang tergerak, bahkan ayah kandungnya sendiri memandangnya dengan jijik, apalagi Laura.Wanda mendengus, "Tidak ada yang pernah melecehkanmu. Itu karena kau tidak bersyukur. Apa ibuku jahat kepadamu? Di kediaman Xia ini, kau harusnya bersyukur kalau kau sudah memiliki cukup makanan d
Otot-otot di wajah permaisuri bergetar beberapa kali, sorot matanya dipenuhi dengan kemarahan membuat orang takut untuk melihat padanya. “Selamatkan Pangeran Brandon."“Ya, ya!” Tabib istana ketakutan, lalu buru-buru berbalik dan meminta orang-orang pergi ke rumah sakit lagi untuk memanggil semua tabib.Semua tabib istana datang, dan bahkan kasim juga datang.Ada kekacauan di aula. Permaisuri sedang duduk di kursi tahtanya. Keanggunan yang pernah ada padanya hilang oleh ketakutan. Dia memegang rosario di tangannya, dan membaca tulisan suci. Mulutnya komat kamit, hatinya tidak bisa tenang, dan matanya terus melihat ke tempat tidur.Putra Mahkota juga berdiri, tetapi ekspresinya cukup santai, yang sangat kontras dengan kepanikan di ruangan ini.Tampaknya orang yang akan kehilangan nyawanya di tempat tidur bukanlah adik laki-lakinya.Tabib istana dari rumah sakit istana tampak sangat serius, menyaksikan obat terus direbus, tetapi Pangeran Brandon hampir berhenti bernapas, dan dia tidak b
Oleh karena itu, dia berkata kepada kepala tabib, "Tuanku, sekarang adalah hidup dan mati Pangeran Brandon, makanya mau tak mau harus dicoba, kalau tidak, begitu kondisinya memburuk, tidak mungkin untuk mencoba pada waktu kondisinya buruk."Permaisuri marah ketika mendengarnya, mengambil juzu lalu berjalan ke tempat tidur, menatap wajah pucat Pangeran Brandon. Dia kesulitan bernapas dan membuka mulutnya. Meskipun dia dalam keadaan koma, tubuhnya bergetar, dan masih ada air liur yang mengalir keluar dari sudut mulutnya. Dia tidak tahu keterampilan medis, tetapi dia juga tahu bahwa ini juga bukan cara yang baik.Putra Mahkota kemudian membujuk ibunya, "Ibu, karena dia sudah memanggil paman, dia mungkin juga memanggil Ani ke istana. Bahkan kalaupun dia tidak tahu ilmu tentang medis, dan juga tidak mengenal ahli akupuntur, tidak akan ada manfaatnya juga terhadap situasi sekarang, tapi kalau dia sungguh mengenal seorang ahli akupuntur maka adik bisa diselamatkan.”Permaisuri memikirkannya s