Share

Bab 10

Pria itu mengenakan pakaian kasual, tapi dia mengenakan jam tangan pria Cartier yang mengesankan di pergelangan tangannya yang juga berharga.

Adapun wanita di sebelahnya, dia memintanya untuk membelikannya gelang.

“Felix, kenapa kamu tidak membelikan ini untukku? Harganya tidak mahal. Hanya sedikit lebih dari 30.000. Kamu menghabiskan lebih dari itu dalam permainan kartu.”

Felix mengabaikan wanita di sebelahnya dan menatap tajam ke arah Wendy.

"Wendy Schuler?" Felix memanggil.

Felix tidak menyangka jika setelah lulus SMA, dia masih akan bertemu dengan kekasih impiannya di sini.

Dia dan Wendy adalah teman sekelas di sekolah menengah. Saat itu dia mengejar Wendy mati-matian, tetapi sayang sekali Wendy tidak memberinya kesempatan.

Setelah kuliah, Wendy langsung pergi ke ibukota untuk belajar di universitas dengan nilai yang sangat baik. Meskipun keluarga Felix juga memiliki uang, mereka tidak dapat mengirimnya ke universitas semacam itu, jadi dia bersekolah di luar negeri.

Setelah bertahun-tahun tak bertemu, Wendy menjadi sangat cantik. Meskipun Wendy sedikit lebih tua dari yang dia ingat, wanita itu lebih dewasa dan feminin!

Jantung Felix melonjak tak karuan. Dia ingin segera mendapatkan Wendy.

Menatap Felix, Wendy sedikit mengernyit dan kemudian mengatakan sesuatu yang membuat Felix sangat tertekan.

"Kamu siapa?"

Tanpa ragu, Wendy telah melupakan semua hal tentang dia.

“Aku Felix West. Dulu kita teman sekelas di sekolah menengah. Saat itu, aku mengirimimu surat cinta setiap hari.”

Felix berjalan ke arah Wendy dan berkata sambil tersenyum. Mendengar namanya, Jasper juga teringat siapa dirinya.

Semasa SMA, memang ada seseorang yang bernama Felix West. Dia adalah tipikal generasi kedua dari keluarga kaya. Felix pergi ke luar negeri untuk kuliah dan mereka tidak pernah bertemu lagi setelah itu.

Alasan Jasper memiliki kesan yang mendalam padanya adalah karena Felix sering mengganggunya ketika dia masih di sekolah menengah!

"Felix West, itu kamu?"

Wendy akhirnya ingat dan tersenyum sopan. Pada saat yang sama, dia juga ingat kalau dulu Felix sering mengganggu Jasper ketika mereka sedang belajar. Dia dengan cepat berkata, "Aku tidak mengira bertemu denganmu di sini, tetapi aku masih punya banyak urusan yang harus aku lakukan hari ini, jadi lain kali saja ngobrolnya!"

Setelah berbicara, Wendy menarik Jasper dan berkata, “Jasp, ayo pergi. Jangan belikan aku hadiah. Aku benar-benar tidak membutuhkannya.”

Kata-kata Wendy yang berbarengan dengan tindakan mesra dan sapaannya kepada Jasper, membuat Felix langsung fokus pada Jasper.

Melihat Jasper, Felix merasa lebih mengenalinya dengan setiap detik yang berlalu.

"Jasper Laine?"

Felix tiba-tiba teringat siapa Jasper, dan ekspresinya menjadi sangat bersemangat. “Bukankah ini si malang dari SMA? Kenapa kalian berdua bisa dekat sekali?”

Di kalimat terakhirnya, nada dan sikap Felix nyaris mencela. Seolah-olah Jasper telah menodai dewinya hanya dengan berdiri di samping Wendy.

Pada saat ini, Lindy Manson, pendamping wanita yang dibawa oleh Felix, juga mendekat.

"Felix, siapa orang ini?" Lindi bertanya.

“Teman sekelas waktu SMA!”

Felix mencibir dengan jijik, “Dia adalah pria termiskin di seluruh sekolah menengah, mengenakan seragam sekolah yang sama setiap hari dan hanya makan dua kali sehari dengan roti dan selai. Dia juga sering diganggu. Aku pikir dia terlihat sangat menyedihkan, jadi aku kadang-kadang membiarkan dia mengerjakan tugasku dan memberinya beberapa dolar.”

Setelah berbicara, Felix menatap Jasper dengan senang. Dengan merasa superior dalam tatapannya, Felix terus meremehkan Jasper di depan Wendy. "Jasper, apakah aku benar?"

"Ya, benar!"

Tanggapan langsung Jasper di luar dugaan Felix. “Keluargaku selalu kesulitan, jadi aku tidak mungkin punya banyak uang jajan saat sekolah. Masih bagus aku punya cukup makanan, jadi aku sangat berterima kasih atas kerja keras orangtuaku.”

Dalam pandangan Jasper, menjadi miskin bukanlah suatu kesalahan, apalagi hal yang memalukan. Karena kemiskinan mereka harus bekerja keras untuk menghasilkan uang. Tepatnya, sosok besar yang benar-benar mencapai puncak adalah mereka yang memulai dari titik terendah.

Keterbukaan pikiran Jasper membuat Wendy memandangnya dengan jauh lebih hormat, dan tatapannya tertuju pada Jasper.

Adegan ini membuat Felix semakin marah.

Sambil tersenyum mengejek, Felix berkata dengan sinis, “Setelah beberapa tahun, si pendiam rendah diri yang membosankan telah menjadi banyak bicara dan pamer. Aku dengar kamu sedang mencari kalung dari koleksi tincelle de Cartier tadi saat baru datang? Aku tahu kalung itu, tapi harganya sangat mahal. Apa kamu bisa membelinya?”

Sambil berkata demikian, Felix menggoyangkan pergelangan tangannya dan berkata, “Lihat arloji ini? Aku membelinya di sini seharga 200.000. Apa kamu pernah melihat begitu banyak uang dalam hidupmu? Aku saja tidak berani bilang kalau aku bisa membeli kalung itu, apalagi kamu!

“Wendy, meskipun dulu dia juga teman sekelas kita, kamu harus melihat semuanya dengan jelas. Masa depan apa yang bisa kamu miliki dengan pria malang ini? Dia hanya akan menyusahkanmu. Dengan penampilan dan kemampuanmu, kamu bisa menemukan pria yang jauh lebih baik darinya.”

Lindy sudah sangat membenci Wendy hanya karena sikap Felix terhadapnya.

Segera, dia menyombong, “Ya, sebagai seorang wanita, kita harus melihat sekeliling dengan hati-hati saat mencari pacar. Lihat saja aku yang mesra dengan Felix.

“Beberapa hari yang lalu, dia memberiku tas tangan LV yang harganya lebih dari 10.000. Dan hari ini, dia akan membelikanku gelang Cartier. Orang miskin seperti ini, apa yang bisa dia belikan untukmu? Saat kamu pergi keluar untuk sarapan, dia tidak mampu membeli telur dan ham untuk roti panggangnya, kan?”

Wendy tidak mengatakan apa-apa dan hanya melirik Lindy dengan kasihan.

Menurut Wendy, ketika seorang wanita mencapai titik di mana dia harus menyombongkan diri pada pria yang dia andalkan untuk mendapatkan uang, itu merupakan hal yang sangat menyedihkan.

Tatapan mengasihani ini membuat Lindy, yang merasa rendah diri setelah dihancurkan oleh penampilan dan temperamen Wendy, menjadi marah.

“Ini bukan tempat untuk orang miskin sepertimu. Keluar!" Lindy langsung berteriak.

Jasper berkata kasar, “Apakah toko Cartier ini milikmu? Apa hakmu untuk menyuruh kami keluar?”

Sambil berkata demikian, Jasper menoleh ke penjual yang bingung bagaimana menangani dua jenis pelanggan ini. Dia berkata, "Apa kau memiliki kalung dari seri tincelle de Cartier di sini?"

Felix mendengus. “Masih berpura-pura? Sangat menjijikkan."

Sang penjual berkata, "Ya, dan itu juga merupakan yang terakhir di seluruh wilayah ini."

Sambil berkata, penjual itu buru-buru mengeluarkan kalung tersebut.

Seri tincelle Cartier adalah koleksi yang lebih terkenal.

36 berlian yang dipotong dengan sempurna mengelilingi kalung itu, dan di bagian tengah, ada berlian merah muda yang tidak bisa ditolak oleh wanita manapun!

Nilai berlian ini saja melebihi 400.000 dolar.

Begitu kalung ini terlihat, Wendy sekali pun yang sudah biasa melihat perhiasan terkagum-kagum, belum lagi Lindy yang menatapnya dengan bengong.

Sebaliknya, gelang yang tadi dia minta untuk dibelikan Felix hanyalah sepotong sampah di pinggir jalan.

Namun, Felix masih enggan membelikan gelang sampah itu untuknya.

“Kalung itu ada di sini, tetapi apa orang malang sepertimu sanggup membelinya?” Lindy mencibir.

Felix mendengus dan berkata, “Kamu tidak perlu membayar untuk melihatnya. Mungkin gelandangan ini hanya ingin melihat-lihat. Karena dia bertemu kita, dia tersudut dan tidak bisa membalikkan keadaan!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status