Share

Mak comblang with the boss
Mak comblang with the boss
Penulis: Ade Tiwi

1. Kencan buta

Artan Narendra melihat dengan seksama secara jeli wanita yang kini duduk di depannya. Malam ini, untuk yang ke-sekian kalinya ia melakukan kencan buta atas permintaan sang mama.

Seperti malam-malam sebelumnya, kencan buta yang ia jalani gagal begitu saja akibat ulah dan ucapannya sendiri yang tak bisa terkontrol. 

Artan sendiri adalah sosok pria dingin dan terkenal angkuh. Keras kepala, mulutnya juga terkenal pedas dalam berucap. 

Tapi tak di pungkiri jika ia sosok pria yang sangat tampan dan perfeksionis. Sikap rasa kurang percaya terhadap orang lain yang di miliknya lah yang membuat ia sampai saat ini masih melajang. 

Cinta? 

Oh, jangan pernah tanyakan pada Artan apa itu cinta? Karena sepertinya ia sendiri pun tak mengerti apa arti dari kata cinta itu.

Apakah Artan pernah jatuh cinta dan menjalin sebuah hubungan dengan wanita? 

Ya, Artan tentu saja pernah menjalin suatu hubungan yang di sebut berpacaran. Tapi, bagi Artan itu hanyalah sebatas rasa saling suka dan cinta-cintaan. Alias cinta monyet.

Sudah lama sekali Artan tak pernah merasakan hal itu lagi. Terakhir kali

Artan menjalin sebuah hubungan saat dia duduk di bangku SMA kelas dua. 

Selebihnya Artan lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri. Melajang adalah pilihan terbaiknya sampai kini umurnya menginjak 30 tahun ia tetap sendiri.

Rasanya Artan tak bisa lagi merasakan perasaan saat seperti waktu sekolah dulu. Entah saat itu mungkin bisa di sebut sebagai kenakalan remaja. Tetapi, yang pasti ia sangat menikmatinya.

Lalu, apakah Artan tak menikmati kehidupannya yang sekarang? Tentu saja tidak, ia bahkan sangat suka hidupnya yang seperti ini.

Namun ketenangan Artan akan terus di ganggu sang mama yang terus merengek memintanya untuk segera menikah dan memberinya cucu. Artan juga sudah bolak-balik menegaskan jika ia tak ingin terikat ataupun menjalin komitmen yang namanya pernikahan.

Kerena prinsip hidup Artan sekarang ialah sendiri dalam ketenangan. 

Apakah Artan punya masalalu buruk yang menyakitkan sehingga membuat ia tak ingin mengenal cinta dan wanita? 

Tidak, sama sekali tidak. Intinya, pilihan hidup Artan sekarang adalah melajang menikmati hidup dalam kesendirian.

"Artan!" panggilan itu menyadarkan Artan dari lamunannya dan kembali pada kenyataan saat ini.

"Ya?" tanyanya cuek.

"Apa kamu melamun?" 

"Tidak!" lagi Artan menjawab singkat dan terkesan sangat cuek. Kentara sekali aura dingin yang keluar dari nada bicaranya sehingga membuat wanita teman kencannya itu terdiam seraya menggigit bibirnya.

"Ehmm, siapa namamu? Aku lupa." kata Artan enteng, karena sebenarnya ia memang lupa nama wanita itu.

"Suzan," 

"Ah iya, Suzan. Sejak tadi kita duduk di restoran ini tapi hanya diam dan tak memesan makanan. Apa kau tidak lapar?" 

Suzan terkekeh. "Sebenarnya, aku belum makan dari tadi pagi."

"Oh ya?" kaget Artan bertanya. "Bagaimana mungkin kau bisa melupakan makan. Apakah kau tidak merasa lapar dari pagi belum makan?"

"Aku tipe orang yang jarang makan sebenarnya."

"Kau sedang dalam program diet?" Suzan menggeleng.

"Aku kadang suka kelupaan waktu. Seperti makan saja aku bahkan sampai lupa jika ke asyikan melakukan hal yang ku suka." 

"Uhm, begitukah? Pantas saja tubuhmu kurus sekali seperti orang yang kekurangan gizi."

Sengaja Artan mengeluarkan kata ultimatum pertama yang menyakitkan. Hal itu tentu saja agar Suzan marah dan membenci dirinya serta membatalkan acara kencan buta gila ini.

Sialnya Suzan malah tertawa menanggapi ucapan Artan. "Aku bersyukur dengan diriku seperti apa. Aku juga tak suka gendut Artan."

"Sayang sekali, padahal orang gendut itu menurutku enak. Badannya terasa montok untuk di peluk, iya kan?"

Suzan tersenyum. "Sepertinya begitu."

"Jadi, apakah kau tidak suka bentuk tubuh seperti diriku?" tanya Suzan. 

Artan menatap perhatian penuh pada diri Suzan seraya mengelus-elus dagunya. Gaya dan tatapannya seakan sedang menilai penampilan orang tersebut. Suzan harap-harap cemas menunggu reaksi dari penilaian Artan padanya. 

Disaat Artan sedang mencari celah dari diri Suzan, saat itu juga mata Artan menangkap sosok wanita yang sepertinya malam ini bisa di jadikannya sebagai alat bantu untuk dirinya keluar dari lingkaran kencan buta ini.

Oke, Artan selesai pada penilaiannya dan bersiap untuk menjawabnya.

"Suzan, aku harus bagaimana mengatakannya padamu?" ucap Artan dengan wajah sendu.

"Tak apa, katakanlah Artan." pinta Suzan penasaran.

Artan melirik wanita yang sedari tadi telah ia incar, wanita itu seperti sedang mencari-cari keberadaan seseorang. Terlihat dari gaya celingak-celinguknya yang menatap ke segala arah tempat di restoran ini.

Artan menunggu wanita itu yang berjalan hampir dekat dengan mejanya sekarang. 

"Kau tidak membuatku bernafsu padamu, Suzan. Oh, maafkan aku." kata Artan dengan mimik wajah sedih dan penuh penyesalan.

"APA?!!!" teriak Suzan kuat seraya berdiri dari duduknya.

Suzan marah sekali mendengarnya, ini termasuk penghinaan atas harga dirinya. Berani sekali pria ini merendahkannya, apakah ia pikir kencan buta ini dilakukan agar Suzan bisa membuatnya bernafsu pada dirinya. 

Shitttt!

Plakkkk.

Dengan rasa amarah yang luar biasa merasuki diri Suzan, wanita itu melayangkan kuat tangan kanannya menampar pipi kiri Artan.

"Berengsek kau! Apa kau pikir aku seorang jalang, huh? Dasar bedebah." 

Segala cacian, makian, dan umpatan pun berhasil Suzan keluarkan untuk Artan. Dengan cepat dan tak ingin membuang waktu lagi karena saat ini mereka sedang menjadi tontonan para pengunjung restoran lainnnya. Suzan meraih tasnya dan bersiap pergi, namun suara Artan menghentikan langkahnya di tambah suara pekikan seorang wanita.

"Dasar kau wanita gila!" itu suara Artan yang sengaja memancing kemarahan Suzan. 

Suzan berbalik dan melihat senyuman seringaian Artan yang sedang menggenggam tangan seorang wanita. Wanita itu sendiri yang belum di ketahui namanya meronta-ronta minta untuk di lepaskan.

"Jika kau berpikir aku menyesal maka kau salah. Karena wanita ini!" tunjuk Artan ke arah wanita yang memang sudah di incarnya itu.

"Dia adalah kekasihku!!!" teriak Artan mengumumkan jika wanita yang tak di kenalnya itu adalah kekasihnya.

Suzan geleng-geleng kepala dan langsung melesat pergi dari tempat itu tanpa mempedulikan apapun lagi. Ini jauh lebih menyakitkan dan Artan tersenyum puas penuh kemenangan.

Tanpa Artan sadari, inilah awal dari segala kekacauan selanjutnya.

Tbc...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status