Share

4. Bertemu kembali

Reva meminta Aldi untuk menemaninya menemui kliennya yang bernama Johan. Sudah sepuluh menit mereka sampai dan duduk menunggu di cafe yang menjadi tempat janji temu kali ini.

 

Johan yang baru sampai di cafe terlihat celingak-celinguk mencari keberadaan Mak comblang untuk Artan. Tersenyum saat menemukan Mak comblang tersebut, Artan melambaikan tangannya pada Aldi dan Reva seraya berjalan mendekat ke meja mereka.

 

"Maaf, lama menunggu." kata Johan merasa tak enak.

 

"Ah, tidak apa-apa pak Johan. Kami juga baru sampai." sahut Aldi tersenyum.

 

Johan duduk di kursi yang menghadap ke arah Aldi, sedangkan kursi yang menghadap ke arah Reva kosong.

 

Aldi menoleh ke arah Reva, kemudian terlihat ia membisikkan sesuatu di telinga Reva. Reva awalnya menggelengkan kepalanya pada Aldi, lalu ia melihat ke arah Johan yang menatap mereka dengan tersenyum. Akhirnya Reva mengangguk dan Aldi langsung berpamitan pada keduanya.

 

"Kalian berpacaran?" tanya Johan setelah Aldi melesat pergi dari hadapan mereka.

 

Reva terbelalak kaget, sedetik kemudian ia tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. 

 

"Kami hanya teman." jawab Reva malu-malu bercampur geli karena kliennya salah mengira hubungan antara ia dan Aldi.

 

"Oh, benarkah? Maafkan aku nona." 

 

"Tidak apa-apa, pak...?"

 

"Pak Johan," kata Johan mengingatkan.

 

"Ah, iya, pak Johan." kekeh Reva merasa malu. "Jadi, pak Johan ini ingin di carikan wanita yang kriteria seperti apa." 

 

Johan tertawa renyah. "Aku?" tunjuknya pada diri sendiri.

 

Reva mengangguk. "Bukankah bapak yang ingin mencari jodoh lewat jasa Mak comblang ini?" 

 

"Astaga, bukan!" kekeh Johan merasa geli.

 

Reva mengernyit. "Lantas, siapa yang ingin mencari jodoh?" 

 

"Sahabatku?" 

 

"Sahabat bapak?" Johan mengangguk.

 

"Dimana sahabat bapak?" tanya Reva penasaran.

 

"Dia tidak bisa datang hari ini, ya maklumlah, sahabat saya itu adalah orang yang super sibuk dan pekerja keras." 

 

"Waaaww!" puji Reva takjub.

 

"Sekeras hati dan jiwanya," sambung Johan yang membuat Reva terkekeh.

 

"Hmm, aku jadi penasaran dengan orangnya." kata Reva tersenyum membayangkan sosok sahabat dari Johan itu.

 

Johan terkekeh mendengarnya, Reva penasaran dengan sosok Artan? Yakin? 

 

Lalu, bagaimana reaksinya nanti jika bertemu dan melihat langsung sosok kliennya?

 

"Besok bisa bertemu?" tanya Johan memastikan

 

"Besok?" ulang Reva seakan tengah berpikir.

 

"Iya, bisa?" 

 

"Belum tahu, tapi akan saya usahakan datang. Karena banyak kliennya juga yang harus di perhatikan." jelas Reva mencoba memberikan pengertian pada Johan.

 

Johan mengangguk dan ingin mengatakan sesuatu lagi, namun suara ponselnya yang berdering mengalihkan perhatiannya. Johan mengangkat panggilan telepon itu setelah terlebih dulu melihat nama si penelpon.

 

Terlihat Johan berbincang dengan orang yang di seberang telepon, mata Johan menatap spontan ke arah Reva yang kini tampak sibuk dengan ponselnya. Kemudian, setelah Johan menganggukkan kepalanya, sambungan telepon pun berakhir.

 

"Siapa pak?" tanya Reva setelah Johan selesai bicara.

 

"Bos saya yang merangkap sekaligus jadi sahabat saya." sahut Johan mengedipkan sebelah matanya.

 

"Maksud bapak, orang yang ingin mencari pasangan itu?" Johan mengangguk.

 

"Dia akan datang,"

 

"Apa?!" pekik Reva kaget.

 

"Ya, tadi dia menelponku dan mengatakan akan datang. Eh, kenapa nona Reva kaget begitu?" 

 

"Ah tidak, aku hanya syok." kata Reva gugup.

 

"Sekitar sepuluh menit lagi dia sampai katanya." beber Johan memberi tahu seraya melirik ke arah arlojinya. Reva menganggukkan kepalanya.

 

Untuk menunggu waktu sepuluh menit sebelum Artan datang, Johan dan Reva terlibat saling mengobrol. Obrolan ringan yang diselingi sesekali canda dan tawaan, Reva nyaman saat mengobrol dengan Johan yang merupakan tipe pria humoris. Pria itu memiliki selera humor yang tinggi ternyata, tak terhitung sudah berapa banyak Reva tertawa siang ini.

 

Reva juga jadi tahu jika ternyata Johan adalah pria beristri yang mempunyai satu anak dan menanti sang buah hati yang sedang di kandung sang istri. Yup, istri Johan saat ini tengah mengandung anak kedua mereka.

 

"Maafkan saya pak Johan, saya kira bapak masih lajang." 

 

Johan terkekeh. "Tidak apa-apa, memang wajah saya ini terlihat awet muda dan bikin naksir para wanita. Iya, kan?" 

 

Reva tergelak mendengarnya. Pak Johan ini sosok yang pedenya akut ternyata.

 

Mata Johan tak sengaja menangkap sosok Artan yang terlihat seperti sedang mencari keberadaan seseorang. Johan tersenyum seraya melambaikan tangannya, beruntung karena Artan langsung melihat ke arah mejanya dan melangkah mendekat.

 

"Sahabatku sudah datang, dia disana!" tunjuk Johan ke arah belakang Reva.

 

Mendengar itu, tubuh Reva menjadi gugup luar biasa. Tapi, sebisa mungkin ia menahan reaksi gugupnya.

 

"Maaf, aku baru bisa datang sekarang. Tadi masih ada urusan yang sangat penting." Suara bariton itu seperti tak asing di telinga Reva.

 

Seperti suara....

 

"Tidak apa bos." sahut Johan santai. "Nah, ini dia Mak comblang yang saya bilang." tunjuk Johan memperkenalkan Reva yang masih duduk membelakangi Artan yang pas berdiri di belakang kursinya.

 

Artan menatap punggung seorang wanita yang dari bahasa tubuhnya nampak gugup. 

 

Reva tersenyum membalikkan badannya ke belakang, dan....

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status