Share

6. Perjanjian

"A—apa yang mau kau lakukan?!" tanya Reva was-was seraya melangkah mundur ke belakang saat melihat Artan yang melangkah maju mendekatinya sembari membuka kancing kemeja putihnya satu persatu.

Artan tersenyum sinis memperhatikan gerak-gerik si Mak comblang ini yang ketakutan.

"Berhenti!" cegah Reva semakin kalut saat kemeja putih itu telah terlepas dari tubuh Artan.

Kini, pria itu bertelanjang dada di hadapan Reva yang sekarang dapat melihat jelas bagian atas tubuh Artan yang naked.

"Kenapa?" tanya Artan enteng. "Kau takut nona, Mak comblang?" Reva mendengkus sebal mendengar panggilan Artan padanya.

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?" tanya Reva langsung dan tak ingin berbasa-basi lagi. Kelamaan bersama Artan membuatnya ingin muntah dengan segala tingkah polanya.

"Memperkosamu."

"Eh!" Reva berjengit kaget. "Kau gila!"

"Ya, aku gila, dan karena kegilaanku ini aku ingin memperkosamu." tangan Artan bergerak ke arah tali pinggangnya, menggeser dengan gerakan pelan.

Kedua mata Reva melotot melihat itu, kepalanya menggeleng saat ia tahu apa yang bakalan terjadi selanjutnya. Pria ini sungguh tak main-main dengan ucapannya.

"H—hei, sadarlah! I—ini salah." kata Reva tergagap seraya menutup kedua matanya.

Demi Tuhan! Sekarang Reva sangat ketakutan. 

"Siapapun tolong selamatkan aku!!!" teriak Reva nyaring.

Artan bahkan harus sampai menutup kedua telinganya mendengar jeritan Reva yang lebay namun terasa sangat kuat.

"Berisik sekali kau ini!" sahut Artan kesal. "Begini saja, permudah masalahnya. Kau mau menyetujui kerjasama ini tidak? Menyetujui jika kau yang akan menjadi Mak comblang diriku, bagaimana?" tawar Artan yang langsung angguki Reva cepat.

Artan menghentikan gerakan tangannya yang ingin membuka tali pinggangnya sendiri.

Hhhh, konyol sekali aku! batin Artan terkekeh.

Reva membuka matanya perlahan dan bisa bernafas lega melihat apa yang dipikiran buruknya tak terjadi. Artan menatap geli Reva, tangan Artan bergerak menepuk sisi sofa disampingnya yang sedang ia duduki.

"P—pakai dulu bajumu." titah Reva tak enak melihat Artan yang masih bertelanjang dada.

"Kau bawel sekali ya, atau mau langsung kulanjutkan hal yang tadi?"

"Eh tidak, tidak." tolak Reva cepat, ia melangkah cepat ke arah sofa dan duduk di samping Artan

"Terus terang saja ya, aku ingin kau mencarikanku wanita untuk menjadi pasanganku. Kriteria tipe wanita idamanku adalah. Yang pertama harus cantik, itu pasti. Yang kedua haruslah pintar, seksi, dan berpendidikan—kenapa ekspresi wajahmu begitu? Kau mengejekku?"

"Ti—tidak," bohong Reva tergagap.

Sesungguhnya Reva mual dan ingin muntah saat ini juga mendengar begitu banyaknya rentetan kriteria tipe wanita idaman Artan.

"Lanjut lagi, yang ketiga wanita itu haruslah baik tentu saja. Terutama baik padaku dan seluruh keluargaku. Yang keempat—"

"Stop!" jerit Reva memotong ucapan Artan. "Bisa mati aku kalau harus mencarikan wanita yang seperti itu." kesal Reva.

"Loh, itu kan memang sudah menjadi tugas kalian."

"Hhh, baiklah, aku akan mencarikan kriteria wanita idamanmu. Sekarang tolong antarkan aku pulang." Reva bangkit berdiri bersiap pergi.

"Pulang saja sendiri!" kata Artan enteng.

Apa katanya? batin Reva kesal, ia mengepalkan kedua tangannya kuat.

Reva menolehkan kepalanya melihat Artan yang kini memejamkan mata dengan kepala bersandar di kepala sofa.

"Ya Tuhan! Kalau saja bukan karena pak Johan dan ancaman pria sinting ini. Aku bersumpah tidak akan pernah mau menjadi Mak comblang untuknya."

Dengan langkah lebar dan cepat Reva keluar dari rumah terkutuk milik Artan itu. Di bantingnya kuat pintu rumah Artan seakan ingin menghancurkan rumah itu menjadi kepingan-kepingan kecil.

Jika saja bisa, maka Reva akan sangat senang melakukannya.

Artan yang mendengar suara pintu rumahnya di banting kuat hanya menanggapinya dengan kekehan. Kehilangan satu rumah tak membuat Artan jadi miskin wahai Mak comblang.

Tapi, ya biarkan saja wanita itu melakukan keinginannya. Artan ingin melihat sendiri usaha wanita itu yang ingin menghancurkan rumahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status