Share

7. Gegara ponsel

Reva tampak sibuk mencarikan kandidat wanita sebagai calon pasangan Artan, ia membagikan informasi mengenai seorang pria tampan yang ingin mencari pasangan lewat website dan situs seluruh jejaringan media sosial miliknya dan media sosial milik akun resmi jasa Mak comblang mereka.

Tak lupa juga Reva memasukkan foto Artan agar semakin meningkatkan minat para wanita yang ingin menjadi kandidat. Terbukti hal itu memang benar, baru sepuluh menit Reva membagikan informasi itu. Sekarang banyaknya yang wanita yang berminat sebagai calon pasangan Artan Narendra.

Reva mendengkus kesal melihatnya. Wanita-wanita ini begitu heboh dan ricuh berbondong-bondong untuk menjadi calon pasangan pria songong plus sakit jiwa itu.

Tidak bisakah mereka tak hanya melihat dari wajah saja? Hmm, apa yang terjadi jika mereka sudah melihat langsung sosok yang sedang mereka kagumi saat ini? Seketika Reva tertawa jahat, hahaha.

Reva melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tiga sore. Di lepaskannya kacamata yang sejak tadi setia bertengger di matanya, Reva merilekskan otot-otot seluruh tubuhnya yang terasa sangat pegal.

Tempat ini terasa sangat sepi karena semua temannya yang sesama Mak comblang lagi sibuk mengurusi klien mereka. Hanya Reva sendiri yang libur, dan jangan tanyakan alasannya apa. Yang pasti Reva memang sengaja tak ingin ada acara bertemu kembali dengan klien sintingnya itu.

Kecuali pak Johan, maka Reva akan mau dan rajin sering bertemu dengan kliennya jika seperti pak Johan. Pria manis humoris yang sopan dan menyenangkan, tidak seperti bosnya pak Johan yang sekaligus merangkap sebagai sahabatnya itu.

Aissssh! rasanya darah Reva mendidih jika mengingat Artan. Artan itu bagaikan makanan yang dapat membuat Reva naik darah tingginya kambuh secara pesat.

Hhhh, tuh kan, kenapa Reva jadi mengingat Artan terus?

Astaga!

Reva butuh kopi untuk menenangkan pikirannya yang kacau, sekacau mukanya yang kini tampak kusut karena lelah.

*****

"Kenapa Mak comblang itu lama sekali menghubungi kita?" tanya Artan kesal pada Johan.

"Ya sabar dong, mungkin Reva masih sibuk mencari kandidat wanita yang sesuai dengan kriteria dan tipemu." jawab Johan terkekeh geli.

"Hhh, bilang saja memang kerja mereka yang lambat seperti siput."

"Tidak kok, kerja mereka selalu cepat dan memuaskan. Memang dari dasarnya saja kau yang tak sabaran." kata Johan dongkol dengan Artan yang mengejek para Mak comblang itu.

"Begitukah?" tanya Artan memicingkan matanya.

"Ahahaha, tidak bos, kau itu sangat penyabar." bohong Johan takut saat melihat tatapan Artan.

Bisa-bisa aku dipecat kalau mengatakan yang sebenarnya, huffftt. batin Johan mengelus dadanya.

Drrrtttt....

Johan merasakan ponselnya yang bergetar di dalam saku jasnya, lantas ia pun mengambil ponselnya itu.

Satu notifikasi pesan dari Reva, Johan tersenyum seraya membuka dan membaca isinya.

"Kenapa kau tersenyum?" tanya Artan kepo melihat Johan cengar-cengir dengan ponselnya sendiri.

"Ini!" Johan menunjukkan ponselnya pada Artan.

Artan melihat si Mak comblang mengirimkan pesan pada Johan, Artan merebut ponsel itu dari tangan Johan.

Reva : pak Jo, besok sudah bisa mulai melakukan kencan pertama untuk teman bapak.

Artan membaca keseluruhan pesan Reva, ia tersenyum senang. Artan melempar ponsel Johan yang langsung di tangkap sang empunya secara sigap.

"Gila lo Tan, main asal lempar ponselku saja. Kalau pecah gimana?" kata Johan marah.

"Nanti beli yang baru lagi, jangan bertingkah kayak orang susah Jo. Kau itu sahabat sekaligus tangan kananku, orang kepercayaan seorang Artan Narendra." sahut Artan enteng.

"Bukan masalah beli barunya Artan, hanya saja kau tidak tahu bagaimana perjuangkan dulu membeli ponsel ini. Ponsel ini sudah sangat lama, aku bahkan tak mempedulikan modelnya yang sudah jadul. Di saat orang lain berbondong-bondong ingin mempunyai ponsel keluaran baru, tapi aku tetap bertahan dengan ponsel ini." jelas Johan agar Artan tak begitu gampangnya meremehkan sesuatu dengan uang.

"Aku terharu mendengarnya."

"Suatu saat kau akan merasakan hal seperti ini, mungkin nanti disaat kau akan merasakan cinta pada kekasih ataupun istrimu kelak. Kau akan tahu bagaimana rasanya—" Artan mengangkat tangannya menyuruh Johan berhenti.

"Baiklah Jo, aku minta maaf."

"Aku tidak marah karena kau yang congkak, hanya saja perkataanmu tadi yang begitu enteng mengatur semuanya dengan uang. Hhh, sudahlah, aku permisi balik ke ruanganku saja." pamit Johan undur diri keluar dari ruangan Artan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status