Share

Bab 6 Menggantikan Isabel Menikah

Selama satu bulan bekerja di rumah keluarga Isabel, Elyana selalu menahan rasa marahnya atas perlakuan buruk Isabel karena dirinya adalah pelayan d rumah itu.

Dan sekarang, Isabel berani merusak ponsel pemberian dari mendiang ibunya. Elyana jelas tidak akan memaafkan Isabel. Masalah pekerjaan, jika sampai dirinya dipecat, itu tidak masalah. Elyana masih bisa mencarinya di tempat lain.

"Sekarang, ambil ponselku dari lantai. Cepat!" Elyana memerintah Isabel sambil menunjuk ke bawah. Memaksa Isabel untuk memungut ponselnya yang sudah rusak di lantai.

"Hah, Eli, gadis jelek! Kau berani memerintahku? Atas dasar apa kau berani memerintahku mengambil ponsel jelekmu itu?" bantah Isabel dengan segera. Ia tidak terima dengan tingkah pelayannya yang bernai memerintah, bahkan menunjuk-nunjuk dirinya.

Kemarin-kemarin, pelayannya ini terlihat sangat jelek dan lugu. Tapi sekarang ... dia bernai membentak Isabel.

'Apa Eli salah minum obat? Obat kesurupan!'

 "Ponsel jelek, katamu?" tanya Elyana penuh cibiran. "Apa kau kurang bergaul sehingga tidak tahu ponselku itu ponsel seperti apa?"

Karena tingkah Isabel yang sudah keterlaluan, Elyana mengeluarkan semua sifat aslinya sebagai nona kedua di keluarga Louis, angkuh dan juga sombong! Ia tidak bisa berpura-pura baik lagi di hadapan Isabel.

Mendengar ucapan Elyana tentang ponsel itu, Isabel segera menunduk ke bawah dan melihat ponsel Elyana yang berwarna merah muda dengan berlian di sekeliling ponselnya. Walau ponsel itu sudah rusak, tapi, Isabel masih bisa melihat modelnya dengan sangat jelas. Itu adalah sebuah ponsel ternama dengan harga sekitar ribuan dolar.

 'Bagaimana bisa, pelayan miskin ini mempunyai ponsel sebagus ini? Bahkan,  aku pun tidak mampu untuk membelinya," gumam Isabel, terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Dari mana kau memiliki ponsel seperti ini? Apa kau mencurinya?" tanya Isabel sambil memungut ponsel itu dari lantai. Ia masih tidak percaya dengan barang mahal milik pelayan jeleknya ini. 

Ponsel pelayannya bahkan lebih bagus daripada ponsel miliknya sendiri.

 'Hah, dasar pencuri kelas kakap!' cibir Isabel dalam hati sambil tersenyum meremehkan Elyana.

"Berikan padaku!" Elyana mengambil ponselnya dari tangan Isabel secara paksa. "Ibuku yang membelikannya. Bagaimana bisa kau menuduhku mencuri ponsel ini?"

Sikap Elyana masih terlihat angkuh di depan Isabel. Tidak ada lagi gadis lugu dan menjijikan seperti yang terlihat selama satu bulan ini. 

Yang ada hanya ... wanita kusam namun auranya begitu kuat.

Sebelum Isabel merespon, terdengar suara dering ponsel dari meja rias. Isabel segera menoleh ke belakang untuk melihatnya.

"Awas, kau!" ancam Isabel pada Elyana sebelum ia beranjak pergi ke meja rias untuk mengambil ponselnya.

 Terdengar Isabel berkata kepada orang yang ada di seberang telepon, "Ya, tunggu lima menit lagi. Aku akan segera turun ke bawah!"

   "...."

   "Tentu saja semuanya sudah siap. Kau tak perlu khawatir!"

   "...."

   "Baiklah! Muach!"

   Klik!

Isabel segera mengakhiri percakapan mereka.

Dari belakang, Elyana mendengar semua ucapan Isabel dengan sangat jelas.

 'Isabel berbicara dengan kekasihnya!' tebak Elyana dalam hati.

 Karena tadi, ada cium jarak jauh yang dilakukan oleh Isabel pada orang yang ada di seberang telepon.

Elyana tahu, tapi ia tidak perduli. Toh, ini bukanlah hidupnya.

 "Eli, kali ini, kau 'ku maafkan! Tapi lain kali, jangan harap," ucap Isabel dengan sinis.  Lalu,  ia mengambil sebuah tas yang ada di bawah tempat tidur.

Walau masih ingin membuat perhitungan dengan Elyana, namun sekarang sudah tidak ada waktu lagi. Isabel harus segera pergi. 

"Kau jangan khawatir, aku hanya ingin memberikan ini pada Mama!" Isabel menunjuk tas hitam yang ia bawa. Lalu berjalan keluar dari dalam kamar.

Tanpa rasa curiga, Elyana membiarkan Isabel pergi. Rasa marahnya, membuat ia enggan untuk mempedulikan wanita itu.

 "Terserah sajalah! Toh, dia bukan anak kecil lagi yang ke mana-mana harus dikawal, kan?" ucapnya tidak perduli.

Setelah Isabel keluar dari kamar, Elyana menunggunya di sofa yang ada di dalam kamar sambil melihat kondisi ponselnya yang rusak. Ini kedua kalinya ponsel itu rusak. 'Apa masih bisa diperbaiki?'

Entah waktu sudah berlalu berapa lama, Elyana sudah bosan menunggu, namun Isabel belum juga kembali.

 Ketika Elyana sedang gelisah dan mondar-mandir di dalam kamar—memikirkan keadaan Isabel—tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras.

 "Syukurlah, Isabel sudah kembali. Acara harus segera dimulai," ucap Elyana merasa lega. Ia segera berjalan menuju pintu kamar untuk membuka pintu. 

Ketika Elyana membuka pintu, bukan wajah Isabel yang ia lihat, tapi malah Alex dan juga istrinya—Nosy.

"Tuan ... Nyonya! Di mana Nona Isabel?" tanya Elyana dengan polos. Sama sekali tidak menyadari raut marah Alex dan istrinya yang terlihat sangat buruk.

 "Eli ... kau masih bertanya 'Di mana Isabel.'? Yang seharusnya bertanya seperti itu adalah kami! Di mana Isabel, hah?" teriak Nosy, lalu mendorong kedua bahu Elyana hingga gadis itu terjatuh ke lantai.

 "Di mana Isabel? Cepat katakan?" tanya Nosy lagi masih dengan suara keras. 

 Nosy begitu emosi mengetahui putrinya kabur dan dijemput oleh seseorang di halaman gedung hotel. Awalnya, Nosy mengira itu bukanlah Isabel. Tapi, mendengar pertanyaan dari Elyana barusan, ia jadi yakin, bahwa, wanita itu adalah putrinya.

 Ini merupakan tanggung jawab Elyana, mengawasi Isabel dan memastikan dia baik-baik saja sebelum acara pesta pernikahan itu berlangsung. 

Tapi sekarang ... Isabel sudah pergi. Bagaimana dengan acara pernikahan ini?

 "Nyonya, apa yang sebenarnya terjadi? Nona Isabel pergi ke mana? Bukankah tadi Nona Isabel keluar dari kamar untuk menemui Anda? Di mana dia sekarang?" tanya Elyana dengan gugup. Wajahnya terlihat panik dan sangat ketakutan melihat raut wajah Nosy yang menyeramkan. Rasanya, wanita tua itu akan segera memakan Elyana hidup-hidup.

"Tidak! Isabel tidak menemuiku. Kau jangan mengada-ada!" sangkal Nosy dengan berkacak pinggang sambil menunduk, menatap Elyana yang masih duduk di lantai. 

Melihat  Elyana duduk di lantai dengan termenung, Alex pun tidak tega. Ia segera menarik tangan gadis itu.

"Ayo, bangunlah!" ucap Alex masih menarik tangan Elyana. 

 "Mengapa kau membiarkan Isabel pergi keluar sendiri?" tanya Alex setelah memastikan Elyana berdiri tegak.

 "Tadi, petugas keamanan hotel memberitahu kami, bahwa dia melihat seorang wanita mengenakan gaun pengantin pergi dijemput oleh seseorang. Dan aku bisa menebak, itu adalah Isabel," ucap Alex lagi dengan perasaan hancur.

 "Mengapa kau bisa memberi dia kesempatan untuk kabur?" tanya Alex lagi, mencoba untuk tenang.

 'Apa ... kabur?'

 Elyana terkejut mendengarnya. Ia tidak pernah mengira, Isabel akan kabur dari pernikahan ini.

'Bagaimana ini?'

***

 Di dalam kamar hotel, Elyana duduk di sofa dengan gelisah. Kepalanya sedikit menunduk, jemari tangannya terus ia mainkan. Napas pun, tidak bisa bernapas dengan lega, karena Nosy dan Alex meminta dirinya untuk menggantikan Isabel menikah.

 "Maaf, Tuan, Nyonya! Saya hanyalah seorang gadis kampung dari keluarga tidak mampu. Sama sekali tidak layak untuk menggantikan Nona Isabel—menikah. Nanti, yang ada, Nyonya dan Tuan malu karena putrinya sejelek saya," ucap Elyana untuk kesekian kalinya—menolak permintaan Alex dan Nosy.

"Eli, aku memohon! Bantu kami untuk menyelamatkan nama baik keluarga Danu. Jika sampai perjodohan ini dibatalkan, keluarga Danu akan diusir dari kota ini. Anggap saja ini sebagai pekerjaan untukmu. Kami akan memberimu uang satu juta dolar. Bagaimana?" pinta Alex penuh dengan permohonan.

"Hanya satu tahun saja. Setelah itu, kau boleh mengajukkan gugatan perceraian," tambahnya lagi meyakinkan Elyana.

"Eli, kaburnya Isabel, itu karena kecerobohanmu. Jika kau bekerja dengan baik, mengawasi Isabel ke manapun dia pergi, ini tidak akan terjadi. Kami pun tidak akan meminta bantuanmu untuk menggantikan posisi Isabel," ucap Nosy dengan ttajam

Majikan wanita itu terus saja menyalahkan Elyana karena kaburnya Isabel dari pernikahan ini. Sama sekali tidak berpikir bahwa Isabel pergi karena memang sudah direncanakan sebelumnya.

 'Jika bukan gadis culun ini yang harus dijadikan tumbal, lantas siapa?' batin Nosy. 

 Walau Nosy sangat tidak rela—pembantu jelek seperti Elyana—menikah dengan pria kaya, tapi saat ini mereka tidak punya pilihan lain. Jika pernikahan ini dibatalkan, keluarga Danu yang akan terkena imbasnya.

 "Eli, aku mohon!" Alex berlutut di lantai, memohon dengan merendahkan diri di depan Elyana. "Bantu kami untuk menyelamatkan nama baik keluarga Danu. Berpura-puralah menjadi putri kami dan menggantikan Isabel untuk menikah!"

 "Ya, ini semua memang salahku, dari awal memaksa Isabel untuk menikah. Tapi ... ini semua aku lakukan demi keluarga Danu. Perusahaan Danu sedang mengalami krisis keuangan, dan kami punya utang yang sangat banyak pada perusahaan Demino. Solusi yang diberikan oleh petinggi perusahaan Demino ialah dengan menjodohkan putra kami. Bukan karena tidak ada wanita yang mau menikah dengan anak sulung dari Tuan Darwis, tapi, putranya itu tidak ingin menikah dengan wanita manapun. Jadi, Tuan Darwis dan aku sepakat untuk melakukan perjodohan, dan beliau, akan membantu masalah keuangan perusahaan kami," jelas Alex dengan mata yang terlihat basah. Mungkin sebentar lagi pria itu akan segera menangis.

 Elyana terdiam sesaat.

 Ia melihat raut kesedihan dari wajah Alex. Ia pun tidak berdaya melihat permohonan Alex yang demikian. Walau Elyana sangat enggan menggantikan Isabel untuk menikah, tapi untuk saat ini, menikah pun tidak terlalu buruk. Ia bisa bersembunyi dari kakeknya, dan tidak perlu lagi menjadi seorang pelayan.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya Elyana setuju. 

 "Baik! Hanya satu tahun saja, kan? Aku akan membantu kalian!"

"Benarkah, kau bersedia?" tanya Alex memastikan. Ia masih berlutut di depan Elyana dengan harapan yang sangat besar.

 "Ya! Ini demi ..." Elyana ragu sejenak, "demi uang satu juta dolar. Aku bersedia menggantikan Nona Isabel untuk menikah,"  jawabnya dengan asal.

 Apa yang membuat Elyana akhirnya bersedia untuk menggantikan Isabel—menikah?

 Uang? Dirinya sungguh tidak kekurangan uang. 

Lantas, apa?

"Ayah!" Ternyata, itu yang membuat Elyana menyetujui permintaan Alex. 

Elyana tidak tega melihat seorang ayah memohon dan berlutut di handapannya demi menyelamatkan nasib keluarga dan para karyawan. 

 Hanya itu yang membuat hatinya tersentuh.

"Baik! Aku akan memberimu satu juta dolar. Sekarang, kau bersiaplah," ucap Alex dengan bahagia. Ia segera bangkit berdiri. Meminta Nosy untuk segera memanggil penata rias dan membawakan gaun cadangan untuk dipakai oleh Elyana.

***

Di sebuah aula hotel tempat acara berlangsung, Elyana didampingi oleh Alex dan juga Nosy berjalan di atas karpet merah menuju altar, diiringi aluna musik yang sangat merdu. Mereka, menghampiri mempelai pria yang sudah ada di sana bersama dengan keluarganya.

Ketika langkah demi langkah Elyana berjalan menghampiri mempelai pria, alangkah terkejutnya ia ketika melihat wajah pria tersebut. Pria itu memiliki wajah tampan yang nyaris sempurna. Postur tubuhnya yang tinggi dan tegap dibalut dengan setelan jas yang sangat pas di badan, memperkuat aura ketampanannya.

Tiba-tiba langkahnya terhenti,  jantungnya berdegup kencang dan keringat mulai membasahi punggungnya.

 'Apakah itu David?' gumam Elyana dengan perasaan tidak tenang.

Elyana yang saat ini memakai tudung pengantin yang menutupi seluruh wajahnya sedikit menghalangi jarak pandang pada pria tersebut.

'Tapi, sepertinya, itu sungguh David! Bagaimana ini?'

Komen (1)
goodnovel comment avatar
arfour
ini pengulangan cerita atau bgmn??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status