Share

Bab 7 Wanita Itu ... Elyana

Ada kepanikan di dalam hati Elyana ketika menyadari bahwa pria itu adalah David—pria yang bersamanya satu bulan yang lalu.

Waktu itu, Elyana pergi tanpa pamit dari rumah David. Padahal pagi harinya, pria itu melarang Elyana meninggalkan rumah dan berjanji akan mengajaknya makan malam untuk merayakan kesembuhannya. Tapi, Elyana teta pergi dari rumah mewah tersebut. Di siang harinya sebelum Elyana pergi, David mengirim makanan yang sangat lezat untuk dirinya.

Dan sekarang .... 'Bagaimana aku menghadapinya?'

 "Eli, ayo!" bisik Nosy sambil menarik lengan Elyana. Ia sedikit mencubitnya agar menyadarkan wanita itu.

 "Kau tidak bisa mudur di tengah jalan seperti ini. Uang satu juta dolar sudah kami transfer ke rekeningmu. Jika sekarang berubah pikiran, kau harus membayar tiga kali lipat," ancam Nosy dengan mengeratkan gigi. Ia menarik tangan Elyana, memaksanya untuk berjalan.

 Mendengar ancaman dari Nosy, Elyana segera tersadar. Ia melanjutkan langkahnya berjalan menuju altar pernikahan.

 Acara yang sakral pun dimulai. Elyana dan pria itu mengucap janji suci pernikahan di hadapan semua orang. Mereka berdiri berdampingan tanpa menatap wajah pasangannya masing-masing.

Setelah selesai menandatangani akta pernikahan yang sudah disiapkan oleh petugas catatan sipil, tanpa permisi, David pergi meninggalkan tempat itu dan meninggalkan istri yang baru dinikahinya. Dari langkah kakinya yang cepat, pria itu terlihat sangat kesal.

Semua orang yang ada di sana merasa kasihan pada Elyana karena ditinggal pergi oleh pria yang baru menimahinya. Tidak terkecuali dengan Alex.

Alex mendekati Elyana, menepuk bahunya sambil berkata, "Kau harus menahan dirimu. Jangan merasa berkecil hati dengan sikap dan perilaku David. Pria itu memang sangat acuh pada setiap wanita. Itulah alasan, mengapa Tuan Darwin ingin menjodohkannya dengan putriku."

"Ya, aku mengerti!" Elyana mengangguk. Sekarang semuanya sangat jelas, pria yang menikah dengannya benar-benar David.

 "Duduklah dulu." Alex menarik tangan Elyana agar duduk. "Ada banyak tamu yang akan memberimu selamat. Sekarang, kau adalah putriku. Ya, anggap saja demikian. Kau harus bisa bersikap baik, layaknya putri kandungku," ucap Alex dengan ramah. Namun juga terdengar memerintah.

 Ketika tamu semakin banyak, Elyana yang masih memakai tudung di kepalanya, merasa kepanasan. Ia segera melepasnya tanpa mempedulikan apapun lagi.

Dari awal datang ke aula ini, Elyana tidak pernah melepaskan penutup di kepalanya. Bukan hanya karena permintaan Nosy—orang akan melihat wajah jelek Elyana—tapi juga karena takut David akan mengenali dirinya. Tapi sekarang, David sudah tidak ada di tempat ini, ia bisa bebas membuka penutup kepala tanpa takut lagi.

Ya, David memang sudah tidak ada di tempat acara, tapi ... Felix dan Asisten Edwin masih ada di sana.

 "Apa wanita itu adalah Elyana si wanita jalanan itu?" tanya Felix pada Edwin ketika melihat wajah Elyana tanpa penutup.

Edwin hanya terdiam sambil memperhatikan wajah Elyana yang terlihat ada tahi lalat di pipinya, namun tersamarkan oleh make up yang sangat tebal.

***

 Setelah meninggalkan  aula hotel—tempat acara berlangsung, David bergegas  pergi ke lantai dasar menggunakan lift. Ia terus berjalan dengan langkah cepat menuju tempat parkir, dan segera mengendarai mobilnya meninggalkan gedung hotel tanpa memperdulikan perasaan siapapun, termasuk perasaan wanita yang baru ia nikahi.

Di dalam mobil, David melajukan kendaraannya tanpa arah tujuan.  Tangannya terkepal erat sambil memegang roda kemudi. Mata elangnya menatap tajam ke arah depan dengan ekspresi wajah yang sangat dingin.

David merasa kesal dengan apa yang terjadi hari ini. Ia terpaksa menikah dengan wanita yang belum pernah ia temui sebelumnya. Dan nama wanita itu ... sama persis dengan nama wanita yang ia benci. "Elyana!"

 "Aish, sial!" makinya sambil memukul roda kemudi.

Tadi, ketika di altar pernikahan, setiap kali David mendengar nama Elyana disebut, hatinya terasa sakit dan perasaannya sangat kecewa. Nama wanita yang menikah dengannya itu mengingatkannya pada seorang wanita yang pernah hidup bersamanya selama satu minggu. 

Namun, walau sama-sama bernama "Elyana", mereka orang yang berbeda. Karena, dari kartu identitas yang pernah David lihat di dalam kopernya waktu itu, Elyana yang bersamanya berasal dari kota Lyon, bukan putri tunggal dari rekan bisnis ayahnya—Alex Danu.

"Bagaimana bisa di dunia ini ada kesamaan  yang menyebalkan seperti ini?"  ucap David masih dengan penuh kekesalan.

David tidak pernah lupa, satu bulan yang lalu ketika Elyana masih berada di rumahnya, ia sudah menyiapkan acara makan malam yang romantis untuk mereka berdua. Ia pun sudah menyiapkan sebuah buket bunga di dalam mobil untuk Elyana. Tapi,  wanita itu malah pergi meninggalkan rumahnya begitu saja. Bahkan, wanita itu dijemput oleh seorang pria. Hati pria mana yang tidak akan tersakiti dengan hal seperti itu?

 "Arghhh ... brengsek!" maki David lagi, seolah belum puas. "Bagaimana bisa, aku menolong seorang 'wanita jalanan' yang tidak tahu berterimakasih seperti Elyana?"

Ketika David ingin memaki lagi, tiba-tiba terdengar suara dering ponsel dari saku jasnya. Ia menghiraukan panggilan itu, tidak berniat melihatnya. Namun setelah beberapa detik berhenti, suara dering ponsel itu kembali terdengar.

 "Siapa yang berani menggangguku?" ucap David dengan kesal.

David masih mengendarai mobilnya, satu tangan mengambil ponsel dari dalam saku jas, dan melihat nama yang tertera di sana.

Di layar ponsel itu terlihat panggilan masuk dari Felix.

"Mau cari mati? Beraninya menggangguku!"

David segera menekan tombol merah, lalu menonaktifkan ponselnya.

Bukan hanya menolak panggilan masuk dari sahabatnya, tapi juga tidak membiarkan siapapun menghubunginya lagi.

Setelah dinonaktifkan, ponselnya dilempar ke kursi belakang tanpa berpikir panjang lagi. David hanya ingin melenyapkan sesuatu yang mengganggunya.

 Ya, saat ini, orang lain memang tidak ada yang berani mengganggu Tuan Muda David, tapi Felix, punya alasan yang kuat untuk terus mengganggunya dan terus menghubunginya.

***

 Di Aula gedung hotel tempat cara berlangsung, Felix sangat gelisah sambil memegang ponselnya. Ia duduk bersama dengan Edwin yang juga berekspresi sangat buruk.

 "Bagaimana ini? Ponselnya sudah dinonaktifkan. Kita tidak bisa lagi memberitahu David bahwa Elyana adalah wanita yang baru saja dia nikahi," ucap Felix pada Edwin. Ia masih terkejut, menatap Elyana dengan gelisah.

 "Coba, Tuan kirim foto nona Elyana ke Tuan David sekarang," perintah Edwin dengan serius.

 "Bagaimana bisa mengirim fotonya ke David? Aku bilang, ponselnya mati. Percuma saja kita mengirim pesan apapun padanya. Tidak akan dibuka pula."  Felix melipat kedua tangannya di depan, keningnya mengerut sambil menatap Edwin dengan heran. 

 "Jika kita mengirim foto Nona Elyana sekarang, nanti Tuan David bisa melihatnya setelah ponselnya diaktifkan. Sekarang, cepat potret Nona Elyana!" Edwin tetap saja memaksa. Ia masih duduk sambil memperhatikan istri majikanya yah ada di depan sana. Ia takut wanita itu akan menghilang lagi jika sampai dirinya lengah.

"Aish, kau!" Felix menatap Edwin dengan tajam. Tidak mengerti dengan jalan pikiran asisten pribadi David ini.

 "Mengapa tidak kau saja yang mengirim foto Elyana pada David? Bukankah David adalah bosmu? Mengapa malah aku yang kau perintah?' tanya Felix sedikit kesal. Namun Edwin tidak mempedulikan ucapannya. 

"Cepat, Tuan Felix! Potret Nona Elyana sekarang, sebelum dia pergi meninggalkan tempat ini," perintah Edwin lagi memotong lamunan Felix. Dari nada suaranya, Edwin sangat tidak sabar.

 "Edwin! Kau berisik sekali! Ya ... ya ... ya, aku akan memotretnya sekarang. Puas?" Felix segera mengambil ponselnya, lalu mengarahkan kamera ponsel ke tubuh Elyana yang mengenakan gaun pengantin di depan sana.

Klik!

Satu foto sudah didapatkan. Felix segera mengirim foto itu ke kontak David.

"Sudah! Tuh, lihatlah!" ucap Felix sambil mengarahkan ponsel ke wajah Edwin. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status