Share

Gue, Adit. Mau Apa Lo?
Gue, Adit. Mau Apa Lo?
Penulis: Liz andrea

Adit Dan Krisna

Sore itu Adit sedang asik menikmati kopi hangat. Lagu dari Pearl Jam yang berjudul "Last Kiss" terdengar kencang diputar dari laptopnya. Sambil duduk di balkon apartment mewah milik ayahnya, Ia memandang ke langit sore yang agak mendung, namun matahari belum mau menghilang dari balik awan kelabu itu. Adit menengok ke arah jam dinding, dilihatnya waktu sudah menunjukkan pukul 16.35 sore. 

(Suaramusik) 

"Oh where oh where can my baby be ... the Lord took her away from me"

Adit meneguk kopi hangatnya, "ah, mantap," gumam Adit sambil terpejam sesaat menikmati aliran pahitnya kopi melalui tenggorokannya. 

Tidak lama kemudian, terdengar suara gawai berdering. Sudut mata lelaki itu melirik ke arah benda pipih yang berada di sebelah cangkir kopinya, lalu ia meraihnya dan melihat sebuah nama tertera pada layar, Krisna 

"Halo," sapa Adit.

"Dit, di mana, Lo?" tanya Krisna dengan nada mendesak.

"Di apart gue, kenapa, Kris?" tanya Adit mulai penasaran.

"Ooh ... gue kesana, ya? Ada yang mau gue bahas nih, penting," ucap krisna terkesan buru-buru. 

Adit terdiam sesaat, ia tidak dalam kondisi ingin bertemu dengan siapapun, hanya saja Krisna terdengar membutuhkannya. "Ya udah, ke sini aja," jawab Adit agak lesu. 

Adit memutus sambungan telepon. Krisna adalah teman SMA yang sama-sama menyukai musik, hingga mereka memutuskan untuk membuat group band yang bernama GESMA, yaitu gejolak anak SMA. 

Adit berperan sebagai vokalis karena mempunyai warna suara yang paling enak didengar dan berpower, sementara Krisna, dia adalah gitaris handal. 

GESMA terdiri dari lima personil. Pada jamannya, prestasi demi prestasi diraih group band itu hingga namanya melejit dan begitu digandrungi oleh sekolah-sekolah lain di kota itu. 

Tidak hanya itu, GESMA juga berhasil melambungkan nama SMA-nya dengan prestasi luar biasa karena selalu membawa pulang piala kemenangan saat mewakili sekolahnya. 

Sayangnya, GESMA tidak bisa berlanjut. Group band itu terpaksa harus bubar jalan karena tiga personilnya memasuki Universitas yang berbeda, ditambah dengan banyaknya aktivitas yang menyibukkan mereka. Hanya Adit dan Krisna berhasil memasuki Universitas yang sama. 

Dua jam sudah berlalu dari sejak Krisna menelepon. Hujan deras turun mewarnai sore yang semakin gelap. 

(Ting Tong)

Terdengar suara bel pintu. Dengan malas Adit bangkit dari duduknya dan mengintip lubang pintu. Ia melihat Krisna basah kuyup. Lelaki itu segera membukakan pintu untuk sang teman. 

"Kehujanan kan lo, lama sih." Adit mengomel sambil berbalik ke arah ruang tamu. 

"Apes banget emang, giliran bawa motor hujan, pas bawa mobil macet, Bro." Krisna masuk ke dalam ruangan sambil mengusap rambutnya yang basah. 

"Ngeluh terus hidup lo, pake baju gue tuh ambil di lemari," ujar Adit bernada datar. 

Krisna berjalan menuju kamar Adit dan mengganti pakaiannya, sementara Adit duduk di ruang tamu sambil memetik gitar akustik miliknya dengan syahdu. 

Krisna keluar dari kamar dan ikut duduk bersamanya. 

"Katanya ada penting, tentang apa?" tanya Adit sambil tetap memetik senar gitarnya.

"Nanti dululah, baru juga sampe. Bikin kopi aja belum." Krisna bersungut-sungut.

"Sekalian bikinin gue deh kalo gitu," timpal Adit, mendapat kesempatan bisa minum kopi tanpa harus meracik sediri. 

Sambil menjerang air, Krisna bertanya, "Alika ke mana, Dit? Biasanya ada di sini?"

"Ya ... di rumahnyalah," jawab Adit setengah malas menjawab hal itu.

"Tumben, lagi ribut lo berdua?" tanya Krisna pura-pura tidak paham kalau temannya itu terlihat malas menjawab.

"Nanya mulu kayak wartawan. Gue suruh pulang tadi, lagi males ada orang. Mending cepatan deh lo ngomong ada apa? Gue lagi pengen sendiri," tandas Adit seraya memalingkan wajahnya ke jendela. 

"Jutek amat, Pak. Nyantai dikitlah, emang mau semedi?" sahut Krisna enggan bersimpati.

Sahabatnya itu telah menjalin hubungan dengan Alika selama tiga tahun ini. Gadis itu adalah juga temannya. Mereka saling kenal sejak sama-sama masuk kuliah dulu.

Alika adalah sosok wanita yang penuh pengertian. Dirinya bisa memahami kegiatan kekasihnya, yang digandrungi banyak orang hingga para wanita selalu histeris bila bertemu Adit.

Demi penggemar, Adit terkadang tidak sungkan meladeni para wanita histeris itu di depan kekasihnya. Namun, Alika selalu menyikapinya dengan santai. 

Lain hal ketika Alika diingatkan tentang Reina. Satu-satunya wanita yang berhasil membuat Alika panas dingin. Rasa takut kehilangan cinta Adit begitu kental, hingga membuatnya selalu khawatir pada gadis yang merupakan cinta pertama Adit pada masa SMA. 

Lagi pula, mereka putus bukan karena sudah tidak saling mencintai tapi keduanya tidak sanggup menjalani long distance relationship. Reina harus menempuh pendidikan di luar negeri. 

Krisna melangkah menghampiri sahabatnya dengan membawa dua cangkir kopi pahit. Ia meletakkan cangkir yang masih mengepulkan asap di meja, lalu duduk berhadapan dengan Adit yang tampak sedang merenung. 

"Jadi gini, Dit ... hasil meeting dengan orang label genius record, yang diwakili sama pak Hendra, nah, sebelumnya kan mereka minta demo ke kita, udah tuh gue kirim lewat email, terus direspons minta ketemu, ya udah gue temuin ...." 

"Ngapain ngikut label sih, Kris? Udah tahu sekarang banyak label yang gak jelas." Adit memotong kalimat Krisna, sambil meletakkan gitarnya agar bisa fokus bicara.

"Ya tetep aja, Dit. Kita butuh label buat publish sama promo sekaligus, lagian ini label bagus kok," timpal Krisna mencoba meyakinkan sahabatnya.

"Yaelah paling berapa duit sih buat promo tour kaya gitu? Gue ada duit, gak usah pesimis gitu deh, sampe butuh bantuan orang segala," gerutu Adit tidak setuju.

"Bukan kaya gitu konsepnya, Pak! Ini biar lo gak capek. Masa artis ngerjain promo, mikirin manggung di mana dan segala macam. Kita kan harusnya cuma latihan dan dapat jadwal manggung yang padet, mana bisa ngurusin yang lain," bantah Krisna.

"Ya udah gini, gue gak mau kontrak dari label, kontrak harus gue yang bikin. Lo tanya deh sama pak siapa tadi lo bilang?" tanya Adit, menjeda ucapannya.

"Hendra," jawab Krisna cepat.

"Nah, itu ... pak Hendra, lo bilang ke dia, kalau emang dia tertarik sama band kita, kontrak gue yang bikin. Ikutin mau gue intinya." Adit menjentikkan kedua jarinya di depan Krisna. 

Krisna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia kebingungan, karena setahu dirinya, kontrak rekaman dengan sebuah label tentu pihak label yang menentukan, sesuai dengan jalur profesionalisme mereka. Bukan dari pihak band. 

"Terus, lo udah kasih tahu anak-anak yang lain?" tanya Adit melirik Krisna yang bertampang bingung itu.

"Belum. Gue langsung ngomong ke elo dulu," jawab Krisna meraih cangkir kopi dan menyesap isinya. Berharap bisa sedikit menenangkan dirinya. 

Sejurus kemudian, keduanya saling berdiam diri. Krisna paham kalau sahabatnya itu sedang dalam kondisi bad mood. Ia belum berani untuk meluruskan masalah kontrak tersebut pada saat ini.

___to be continue

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
ceritanya menarik padahal baru awal2.. pengen aku share ke sosmed trs tag akun author tp akunnya ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status