Di suatu malam yang gelap gulita, hujan turun dengan cukup deras, disertai hembusan angin puting beliung yang membuat pepohonan roboh dalam satu kali hembusan. Petir menggelegar di mana-mana, bagaikan alam sedang murka dengan perbuatan para manusia yang keji. Gumpalan darah mengalir di aliran sungai yang berada di sebuah hutan. Dari hutan itu pula, seorang wanita paruh baya berlari ketakutan bagaikan dikejar oleh setan, atau jangan-jangan dirinya malah dikejar oleh setan tetapi berwajah manusia. Wanita itu terus berlari seraya membawa bayi hidup yang terbungkus kain kafan tipis.
Kebaya yang ia pakai basah kuyup, kepalanya penuh akan darah segar bagaikan sudah terkena pukulan, kakinya tertusuk-tusuk beling yang berserakan di hutan. Tetapi, ia tak memperdulikan dirinya basah kuyup, tak memperdulikan juga rasa sakit yang sampai berdarah-darah, dirinya hanya berlari, berlari dan terus berlari. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah panti asuhan yang sangat sepi. Wanita tersebut berhenti, lalu dengan penuh kesedihan yang mendalam, dirinya menaruh bayi yang terbalut dengan kain kafan seadanya di depan pintu panti asuhan.
"Anakku, maafkan Ibumu ini, Nak! Hiks-hiks-hiks, Ibu terpaksa membuangmu ke panti asuhan. Ibu tak tega jikalau dirimu harus merasakan pahitnya menjadi golongan kami sejak kecil, Ibu tak tega membiarkan masa selama 35 tahunmu sia-sia dan tak mempunyai masa depan. Sekali lagi, maafkan Ibu, Nak. Mungkin Ibu akan dijuluki Ibu terkejam oleh dunia karena telah membuangmu di saat kau masih bayi, tetapi Ibu tak peduli! Ibu hanya ingin kau hidup seperti manusia layak pada umumnya. Ibu pergi, Nak. Namamu sudah Ibu selipkan di kain kafan ini, semoga kau bisa menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat, aamiin. Ibu pergi, Nak!" ucapnya yang air matanya menetes di wajah sang putri tercinta.
Sebelum pergi, wanita tersebut mencium kening anaknya.
Tangisan menyelimuti wanita tersebut, kemudian wanita itu pergi, meninggalkan bayi yang mungkin itu adalah anaknya. Ia pun berlari lagi. Entah kemana ia akan pergi. Dari jendela panti asuhan tersebut, seorang anak lelaki yang bernama Galang melihat kejadian itu sedari tadi.
Di saat wanita itu meninggalkan anaknya, Galang melihat wanita tersebut berubah wujud menjadi manusia serigala yang penuh dengan borok yang terus-menerus memuncratkan darah. Kemudian, wanita itu mengaung dengan cukup keras. Semakin keras raungannya, semakin bertambah pula kecepatan berlarinya. Sewaktu tahu bahwa ia telah menjadi manusia serigala, dia berlari dengan empat kakinya. Karena takut, Galang menceritakan semua ini kepada Bu Aminah, selaku pengurus sekaligus pemilik panti asuhan.
"Hah? Beneran kamu, Nak?" Bu Aminah kurang yakin dengan ucapan Galang, karena Galang hanya anak kecil dan bisa saja mengada-ngada, Bu Aminah mengira Galang hanya bermimpi karena terlalu sering menonton kartun bertemakan serigala.
"Bukan mimpi kan, Nak?" tanya Bu Aminah, yang hanya memastikan perkataan Galang.
"Bukan, Bu. Galang lihat pake mata Galang sendiri kok tadi." Jawabnya, sangat menyakinkan dan serius.
"Apa Ibu enggak dengar tadi ada raungan serigala?"
"Dengar sih, Nak. Tapi Ibu kira, itu suara dari televisi ruangan panti." Jawabnya, menebak.
"Bayi itu masih ada di luar?" tanya Bu Aminah, lagi.
"Masih, Bu. Sekarang bayi itu kayanya masih ada di depan panti."
"Yasudah, ayo kita periksa." Karena merasa perkataan Galang sangat menyakinkan, Bu Aminah pun memeriksa ke tempat yang di mana manusia serigala tadi menyimpan anaknya.
Bu Aminah membuka pintu panti asuhan, dan ucapan Galang ternyata benar. Bayi itu berada di depan pintu panti asuhan tengah menangis kedinginan. Bu Aminah melihat bayi tersebut dibalut dengan kain kafan putih dan bayi yang ditemukan masih sangat kecil, sepertinya bayi yang ditinggalkan perempuan tadi baru saja lahir dalam waktu beberapa hari terakhir. Cepat-cepat Bu Aminah membawa bayi itu ke dalam untuk merawatnya, sebelum bayi yang telah diamanahkan kepada Bu Aminah tewas kedinginan.
Sementara itu, wanita tadi telah menjadi seorang manusia serigala yang sangat mengerikan. Mulutnya panjang, matanya merah, dan badannya dipenuhi borok. Manusia serigala itu mengaung di atas tebing, lolongannya membuat siapa saja ketakutan termasuk Bu Aminah dan Galang yang mendengarnya di panti asuhan.
"Nak, apa manusia serigala yang kamu lihat tadi ... benar Ibu dari anak ini?" tanya Bu Aminah.
"Iya, Bu. Ibu tadi nyebut-nyebut dirinya sendiri dengan sebutan Ibu, jadi Galang yakin sekali kalau manusia serigala tadi adalah Ibu dari anak ini." Jelas Galang.
Bu Aminah pun mengganti kain kafan yang membungkus bayi tadi dengan selimut, akan tetapi di saat Bu Aminah akan mengganti kain kafannya, surat kecil tak sengaja terjatuh dari kain kafan yang membungkus bayi terbuang itu. Bu Aminah membuka surat tersebut, lalu membacanya. Setelah Bu Aminah membacanya, Bu Aminah langsung menangis haru.
"Astaga, ternyata ini a-alasannya?"
"Sungguh Ibu dari anak ini sangat malang, semoga saja suatu saat Ibu tadi bisa mendapatkan kebahagiaan, aamiin." Batin Bu Aminah.
Entah apa yang dibaca oleh Bu Aminah sehingga setelah membacanya, Bu Aminah malah menangis, mengeluarkan ribuan air mata. Tetapi, apapun itu, mungkin manusia serigala tadi menuliskan alasan membuang bayi tersebut ke panti asuhan. Alasan yang penuh penderitaan, dan yang hanya bisa dirasakan oleh sebagian Ibu yang malang di dunia.
"Bu, saya akan merawat anak ini seperti anak kandung saya sendiri, dan nanti saya akan menyuruhnya ke kota setelah dirinya remaja, hiks-hiks-hiks."
Di tebing, wanita yang membuang anaknya ke panti asuhan, sudah menjadi manusia serigala seutuhnya. Ia membabi buta dengan menerkam binatang seperti kerbau di dalam hutan tersebut. Tak tahu alasan mengapa wanita malang itu bisa menjadi serigala, apa mungkin karena dia sudah melakukan hal yang melenceng dari jalan kebenaran? Ataukah dirinya sudah terkena sebuah kutukan?
"Semoga di masa depan, akan ada generasiku yang bisa memperbaiki masa lalu sehingga aku tak akan menjadi manusia serigala terkutuk seperti ini, huarghhh! Aku akan menunggunya, aku akan menunggunya! Harghhh!" teriak manusia serigala, sebari menyantap seekor sapi yang bersimbah darah di sebuah kandang.
Samar-samar terlihat sesosok kuntilanak memakai pakaian hitam sedang memperhatikan manusia serigala itu, "memang akan ada! Tunggulah sampai masanya tiba, hihihihihi." Setelahnya, kuntilanak itu menghilang meninggalkan manusia serigala.
Di sebuah desa, seorang perempuan berumur 48 tahun sedang mengintip keadaan di luar dari jendela rumah gubuknya, tampak dandanannya bagaikan seorang dukun beranak. Perempuan tersebut sangat panik sekaligus khawatir, bagaikan tengah bersembunyi dari seseorang.
"Bayi yang merupakan generasi ke-6 sudah diselamatkan, semoga saja para manusia serigala generasi sebelumnya cepat mati sebelum mereka menemukan bayi generasi ke-6 yang tak berdosa itu. Jika mereka sampai menemukannya, maka masa depan bayi itu akan suram dan umurnya akan sia-sia karena hanya meratapi ketakutan di sepanjang kehidupannya."
Entah apa yang ia bicarakan, penuh pertanyaan dan juga teka-teki yang sangat membingungkan. Tiba-tiba ia mendengar suara pecahan sesuatu di dapur, ia memeriksanya. Ternyata yang pecah adalah kendi yang berisi ari-ari bayi tadi. Darah yang berwarna biru terburai kemana-mana, bau borok tercium menyengat dari darah tersebut. Kendi itu dipecahkan oleh manusia serigala yang sudah sangat tua, tetapi sangat mengerikan.
"Boleh kalian menyelamatkannya, tetapi di umur 35 tahun, takdir dan kutukan akan menjadikannya sama sepertiku, huahahahaha." Ucapnya, sambil memakan ari-ari bayi yang merupakan keturunannya itu.
Setelah manusia serigala tua menyantap ari-ari bayi, ia pun kejang-kejang, bulunya rontok, perlahan-lahan tak mempunyai bulu, dan berubah ke wujud manusia yang sangking mengerikannya, sampai tak bisa dideskripsikan. Dia mati. Takut, perempuan itu pun keluar dari rumahnya sendiri.
Ini adalah awal dari sebuah kisah yang baru saja akan dimulai. Suatu kisah tentang sebuah kutukan yang penawarnya hanyalah ... KEMBALI KE MASA LALU.
34 tahun kemudian ...Pagi hari tiba, sang surya mulai menghiasi cakrawala langit kota Majalengka, angin sepoi-sepoi membuat pagi itu menjadi sangat segar dan sejuk. Di Rumah Sakit Pelita Kesehatan, para pasien sedang menunggu giliran di koridor rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya. Banyak sekali pasien yang sudah antre, tentunya dari kemarin mereka sudah membuat janji pertemuan dengan sang dokter. Kala itu, jamnya dokter Malika Zubair Prameswari. Di jam kerja Dokter Malika, antreannya memang sangat padat dibandingkan dengan anteran jam dokter-dokter lain, hal ini dikarenakan pelayanan Dokter Malika yang sangat baik dan keramahannya dalam melayani pasien."Oh ya, nanti Adek minum obat ya, Sayang. Supaya cepat sembuh, dan bisa sekolah lagi, hehe. Kalau ada apa-apa lagi kesini aja lagi ya." Ucap Dokter Malika, di depan seorang anak lelaki berbadan gempal yang imut dan lucu."Iya, Dokter, hehe." Jawab anak itu, dengan wajah yang tersipu malu oleh perka
Sekarang waktunya pulang sekolah, di Sekolah Menengah Atas 1 Nusa (SMANSA), anak dari Malika yang bernama Sumelika dirundungi oleh para teman-temannya di gudang sekolah. Sumelika Prameswari adalah remaja perempuan cantik dan sangat modern yang periang, ia juga cukup pintar, akan tetapi Sumelika sangat pelit dalam memberikan jawaban-jawaban ke teman-temannya, hingga beberapa orang yang sangat pemalas merundunginya. Rundungan fisik dan verbal ia terima, hal ini sudah biasa menurutnya, ia tak melawan, tetapi jika ada suatu rundungan yang sudah melewati batasannya, maka ia akan murka."Heh, Lik! Lo ini ya, jadi orang pelit banget! Tadi kita cuman minta jawaban matematika malah kagak dikasih! Padahal cuman 1 nomor doang, dasar lo!" bentak Fanny, remaja perempuan dengan rambut dikepang."Tau nih, gara-gara lo ya, kita dimarahin habis-habisan sama bu Beti!" teriak Kevin, penuh dengan luapan emosi. Kevin ialah remaja lelaki yang sangat tampan, dirinya kerap berpenamp
Pagi harinya, Malika bersama kedua susternya yang bernama Suster Anna, dan Suster Amalia pergi ke Desa Tengkorak dengan menggunakan mobil milik Rumah Sakit Pelita Kesehatan. Sekitar 5 jam mereka sampai di Desa Tengkorak, itu pun mereka harus berjalan kaki dulu selama 1 jam lebih dari hutan belantara, dikarenakan tidak akses masuk mobil di sana.Karena tak ada akses masuk mobil, alhasil mobil mereka dititipkan dahulu ke panti asuhan Majalengka, panti asuhan Malika dulu. Di sana, Malika bertemu dengan Bu Aminah dan Galang yang sudah tumbuh dewasa. Bu Aminah sangat tak menyangka bahwa Malika sudah menjadi orang hebat. Setelah berbincang lama, mereka bertiga menuju ke Desa Tengkorak dengan berjalan kaki.Desa Tengkorak ialah sebuah desa yang berada di tengah hutan, di sana ada teknologi tetapi sangat minim. Belum ada sekolah, ataupun sebuah puskesmas. Di sana hanya ada tiang listrik, dan rumah-rumah yang masih gubuk, di ujung desa Tengkorak terdapat sebuah rumah
Di sekolah SMAN 1 Nusa, pagi tadi Sumelika memenangkan olimpiade kimia di Bandung yang membuatnya menjadi kebanggaan sekolah. Sumelika mendapatkan gelar juara pertama olimpiade kimia tingkat SMA se-provinsi Jawa Barat, alangkah senangnya Sumelika bisa memenangkan olimpiade ini. Ia mendapatkan uang pembinaan, sertifikat, sovenir, medali penghargaan dan piala berkaki dua yang akan diserahkan ke pihak sekolahnya. Sekarang tampak Sumelika sudah sampai di sekolahnya, dan langsung dipanggil ke lapangan karena pak Kepala Sekolah akan memberikan penghargaan yang tinggi kepada Sumelika. Para siswa-siswi berkumpul di lapangan upacara, melihat Sumelika mendapatkan banyak sekali hadiah dari Pak Kepala Sekolah. Setelah perlombaan ini ia menangkan, pihak sekolah akan mengirimkan Sumelika sebagai peserta ke lomba olimpiade kimia tingkat nasional lalu setelahnya baru ke tingkat internasional. Sumelika memang sangat pintar seperti kedua orang tuanya.Saat ini, Sumelika menjadi trending t
Pagi di Desa Tengkorak. Setelah bersih-bersih, Dokter Malika membicarakan apa yang ia lihat semalam kepada Suster Anna dan Suster Amalia. Dokter Malika membicarakannya di kamar, tentunya secara diam-diam."Iya, Dok. Aku juga lihat kok! T-Tapi aku kira itu mimpi!" papar Suster Anna, kepada Dokter Malika. Suster Anna mengalami juga apa yang dialami oleh Dokter Malika."Aku lihatnya di jam 11 malam, Dok. Aku inget banget itu. Aku kan mau bangun, aku sempat lihat jam tangan udah jam 11 malam, tapi aku ngantuk berat, jadi tidur lagi kaya Dokter. Sewaktu aku mau tidur, aku sedikit melek, terus aku lihat ada perempuan pake pakaian putih lagi nangis di deket pintu kamar, Dok!" sambung Suster Anna, menuturkan kisahnya."Eh, kalau aku mah lihatnya dia lagi nempel di dinding, kaya cicak. Dan pas lihat itu, aku langsung ketindihan, dan lama-kelamaan aku malah tidur lagi. " Ucap Suster Amalia.Suster Anna dan Suster Amalia, mereka berdua sama melihatnya,
Malika masuk ke dalam gudang, sesampainya di sana, Malika shock berat karena menemukan banyak sekali bulu-bulu serigala yang berserakan di mana-mana. Ia juga melihat banyak sekali tulang belulang dan kerangka tengkorak manusia serigala yang masih menyatu. Bau di sana sangat tak sedap, pencampuran darah kering, debu dan barang-barang berkarat, membuat Malika batuk-batuk. Tampak lantai di sana dipenuhi banyak darah yang sudah mengering, kemungkinan darah itu adalah darah dari manusia serigala.Selain semua itu, di sana terdapat banyak rak yang diisi dengan ribuan buku, terdapat juga kursi, lemari, bahkan batu air mancur yang sudah rusak. Masing-masing barang ditutup kain besar berwarna putih, tentunya setiap barang yang ada di sana dipenuhi hama dan debu. Malika menyesuri gudang, tanpa sengaja Malika menemukan sebuah buku yang sangat tebal di lantai yang kotor."Buku apa ini?" heran Dokter Malika.Buku yang ia lihat sepertinya sangat menarik. Namun, sayan
Di sisi yang lain, di tengah waktu senggangnya Dokter Malika sedang membaca kitab yang ia temukan di gudang, ia baca di kamarnya. Di dalam kitab serigala tersebut ditemukan banyak rahasia keluarga yang dikutuk menjadi manusia serigala karena sebuah harta karun. Pertanyaan di kepala Malika tentang keluarga ini sekarang telah ia ketahui dalam waktu sekejap."Di sini tertulis, kitab ini adalah kitab kutukan yang diberikan ratu serigala kepada keluarga Petni yang sejarahnya akan ditulis dengan sendirinya sesuai dengan kutukan yang sedang dan telah terjadi. Buku ini ditulis dengan kekuatan ratu serigala yang tersimpan di kitab ini secara otomatis. Setiap keluarga Petni yang mati, yang akan menjadi manusia serigala dan yang sedang menjadi manusia serigala, semuanya akan tercatat di dalam kitab ini. Setelah 7 generasi mendapatkan kutukan, maka kitab ini akan lengkap, lalu kitab ini akan tersimpan ke dalam museum yang ada di kerajaan serigala." Dokter Malika, yang membaca kitab itu de
Sedari tadi sore, Dokter Malika dan kedua susternya mengurus keadaan manusia serigala yang berteriak-teriak kesakitan, ditambah suhu badannya sangat panas bagaikan orang yang sedang dibakar hidup-hidup. Suster Anna dan Suster Amalia memakaikan tabung oksigen dan memasangkan alat denyut jantung ke manusia serigala, tampak sekarang manusia serigala itu dipenuhi dengan alat-alat medis seadanya yang mereka bertiga bawa dari rumah sakit. Dari alat pendeteksi denyut jantung, terlihat bahwa jantung manusia serigala itu berdetak dengan amat kencang. Selain itu, manusia serigala tersebut merasakan sesak napas yang parah, sampai ia terengah-engah.Dokter Malika dan para susternya kebingungan, karena mereka bertiga telah melakukan segala cara untuk membuat manusia serigala kembali normal, akan tetapi mereka sudah melakukan cara, hasilnya nihil, tak ada reaksi sama sekali yang ditimbulkan oleh manusia serigala itu.Sampai malam hari, keadaan tetap sama. Namun, suasananya