Share

Part 4 - Kuntilanak Entry

Di sekolah SMAN 1 Nusa, pagi tadi Sumelika memenangkan olimpiade kimia di Bandung yang membuatnya menjadi kebanggaan sekolah. Sumelika mendapatkan gelar juara pertama olimpiade kimia tingkat SMA se-provinsi Jawa Barat, alangkah senangnya Sumelika bisa memenangkan olimpiade ini. Ia mendapatkan uang pembinaan, sertifikat, sovenir, medali penghargaan dan piala berkaki dua yang akan diserahkan ke pihak sekolahnya. Sekarang tampak Sumelika sudah sampai di sekolahnya, dan langsung dipanggil ke lapangan karena pak Kepala Sekolah akan memberikan penghargaan yang tinggi kepada Sumelika. Para siswa-siswi berkumpul di lapangan upacara, melihat Sumelika mendapatkan banyak sekali hadiah dari Pak Kepala Sekolah. Setelah perlombaan ini ia menangkan, pihak sekolah akan mengirimkan Sumelika sebagai peserta ke lomba olimpiade kimia tingkat nasional lalu setelahnya baru ke tingkat internasional. Sumelika memang sangat pintar seperti kedua orang tuanya. 

Saat ini, Sumelika menjadi trending topik di SMAN 1 Nusa. Sumelika dipuji-puji guru karena prestasinya yang luar biasa, Sumelika sangat genius. Para sahabat dan teman-temannya pun tak henti-hentinya memuji Sumelika. Tetapi tidak untuk Rani, teman satu kelasnya. Rani sangat iri kepada Sumelika, Rani ialah juara kelas, tetapi dia tak sepintar Sumelika. Rani merasa tersaingi, ia akan melampiaskan emosinya kepada Sumelika saat pulang sekolah di luar sekolah nanti. 

Jam pulang sekolah akhirnya tiba juga, Sumelika sedang melakukan piket di kelasnya ditemani sahabat-sahabatnya yaitu Tania Virgianisa dan Desti Nur Safitri. Di saat piket, Tania memperingati Sumelika tentang Rani yang tak senang akan kemenangan Sumelika di olimpiade kimia. 

"What? Bukannya si Rani itu baik-baik aja ke gue?" tanya Sumelika, tak menyangka jika Rani diam-diam menyimpan dengki kepadanya. 

"Iyalah, Mel. Orang gue lihat jelas kok kalo si Rani dari tadi meringis ke lo, terus si Rani juga bisik-bisik ke Fanny kalo dia mau bikin lo jadi lemper!" kata Tania, sebari menyapu kelas.

"Lo harus hati-hati, Mel! Kalo ada orang yang ribut sama Rani, auto heboh 1 sekolah karena dia suka besar-besarin masalah." Ucap Desti, yang memperingati sahabatnya. 

"Ah, gue mah oh aja sih, dia mah sirik doang! Kalian tenang aja ya, gue bakalan hadepin dia kok, kalo misalkan dia macem-macem ke gue." Jawab Sumelika, berani. Sumelika sangat tenang jika Rani melabraknya. Alih-alih khawatir, ia malah menantikannya karena ingin mencoba kekuatan tangan serigalanya kepada Rani. 

Saat itu, Sumelika berjalan dengan sangat santai di jalan raya, tiba-tiba Rani menarik pergelangan tangannya ke sebuah gang rumah sempit yang tak ada satu orang pun di sana, ia juga menutup mulut Sumelika dengan kain hingga Sumelika tidak bisa berteriak meminta tolong. Sesampainya di sana, Rani mendorong Sumelika sampai tersungkur ke aspal.

Dug!

"Argh!" teriak Sumelika, kesakitan. 

"Salah apa gue ke lo hah?" teriak Sumelika, tidak terima diperlakukan semena-mena oleh Rani. 

"Karena lo udah menangin olimpiade kimia!" bentak Rani, ia tidak mau kalah saing oleh Sumelika.

"Karena lo udah menangin olimpiade kimia, berarti gue bakalan ngasih hukuman ke lo!" sambungnya.

"Oh, iri ya ceritanya." Ucap Sumelika, tersenyum.

"Hah? Iri? Kagak! Gue kagak iri! Amit-amit, cabang bayi!" 

"Terus, ngapain lo buat gue ke sini? Iri bilang!"

"Awas lo, Sumelika!" Rani akan memukul Sumelika dengan batu, akan tetapi ...

Sret!

Sret!

Srett!

Tangan Sumelika berubah menjadi tangan serigala lagi dan mencakar tangan Rani hingga batu yang dibawa Rani terjatuh.

"Aduh!" 

Cakaran Sumelika membuat tangan Rani berdarah-darah sama seperti Fanny dan Kevin, lalu Rani pingsan di sana karena cakaran Sumelika.

"Makannya jangan memulai!"

Sumelika sangat senang karena ia mempunyai kekuatan super yang hanya ia seorang yang mempunyainya. Di pohon beringin besar, saat Sumelika sedang bergegas pulang, ia bertemu dengan kuntilanak berpakaian hitam yang sangat menyeramkan. Menurut kepercayaan warga setempat, jika kuntilanak memakai pakaian hitam, maka kuntilanak itu sudah berumur 700 sampai ribuan tahun. 

Terlihat kuntilanak hitam itu datang, dengan cara melayang dari atas pohon beringin sebari tertawa cekikikan. Wajah kuntilanak itu sangat menyeramkan, wajahnya kering bak tengkorak hidup, hidungnya meleleh dan matanya terus menerus mengeluarkan air mata darah. 

"Hihihihi."

"Haduh! Nasib, ketemu Mbak Kunti di sini!" keluh Sumelika, ia hanya kesal, ia malah tak takut sama sekali dengan sosok mengerikan yang ada di hadapannya sekarang. 

"Hihihi, aku adalah Sri, si kuntilanak hitam berusia 730 tahun! Hihihihi!" tawa sang kuntilanak hitam, tawanya sangat mengerikan.

"Dih, memangnya gue takut sama lo? Kagak keles! Cepetan minggir lo dari hadapan gue sekarang juga!" teriak Sumelika, lantang. 

Begitulah Sumelika, pemberani. Hantu pun ia lawan. 

 

"Tunggu dulu, aku kesini ingin meminta sesuatu darimu, hihihihihi."

"Apa?"

"Aku ingin darah dan tulang sumsummu, hihihi ..." jawab kuntilanak hitam.

Tujuan kedatangannya kepada Sumelika ialah ingin darah sakti yang dimiliki Sumelika, beserta tulang sumsumnya. Entah apa yang dibicarakan oleh kuntilanak itu, Sumelika tak mengerti apa-apa. Ia pun pergi dari kuntilanak hitam itu dengan rasa berani, dan penuh kekesalan. 

"Awas kau, Sumelika. Aku sudah sangat berpengalaman di bumi, aku ada di setiap era, suatu saat takdir akan membawa darah beserta tulang sumsummu kepadaku, hihihi."

Di Desa Tengkorak, Dokter Malika, Suster Anna dan Suster Amalia sangat lelah menangani manusia serigala yang sakit nan lemah. Mereka bertiga bekerjasama dengan cukup keras supaya manusia serigala itu kembali pulih. Mereka memberikan makanan, minuman, obat-obatan, sampai infusan ke manusia serigala. Ini merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi mereka bertiga karena minimnya alat kesehatan yang mereka bawa. Tak terasa waktu begitu cepat, hari semakin larut, dan badan mereka sangat lelah. Mereka bertiga memutuskan tertidur di kamar yang sudah disediakan nenek Sumitra, meski kamar itu penuh dengan sedikit debu. Di kamar itu, mereka bertiga tidur di ranjang kayu yang cukup keras, sehingga jika tidur di sana punggung mereka akan sakit, tetapi mau bagaimana lagi, hanya itu fasilitas yang tersedia di sana. Tak sadar, mereka terlelap hingga malam hari. 

"Auuuuuu!"

Tepat di jam 10 malam, Dokter Malika terbangun karena lolongan manusia serigala. Ia akan pergi ke kamar manusia serigala untuk memeriksa keadaannya, tetapi dia masih setengah sadar karena ia masih kelelahan. Tanpa sadat dia pun tertidur kembali dengan sendirinya. Saat baru menutup kedua matanya yang lelah nan kantuk, tiba-tiba saja terdengar suara dari kamar manusia serigala yang seperti membuka borgolnya sendiri. Dokter Malika yang mengantuk berat, malah mengira dirinya sedang berada di alam mimpi. 

Saat tertidur Malika melihat manusia serigala tadi membuka pintu kamarnya, lalu manusia serigala itu berubah menjadi ke wujud perempuan yang sangat tua. Ia memakai kain putih yang panjang, rambutnya botak, dan seluruh tangan serta wajahnya terdapat sebuah bintik-bintik bagaikan bulunya sudah terlepas. Wanita tua itu meringis kepada Malika. Pelan-pelan, ia  mengelus kepala Malika dengan penuh kasih sayang, sebari tertawa cekikikan.

"Hihihihi."

ASTAGA! SIAPAKAH DIA?

"Hah!" karena kaget, Dokter Malika terbangun dengan penuh ketakutan, tetapi ia tak melihat seorangpun di sana! Lantas, apakah makhluk halus yang mengelusnya tadi?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status