Share

Part 5 - Reality Or Nightmare?

Pagi di Desa Tengkorak. Setelah bersih-bersih, Dokter Malika membicarakan apa yang ia lihat semalam kepada Suster Anna dan Suster Amalia. Dokter Malika membicarakannya di kamar, tentunya secara diam-diam. 

"Iya, Dok. Aku juga lihat kok! T-Tapi aku kira itu mimpi!" papar Suster Anna, kepada Dokter Malika. Suster Anna mengalami juga apa yang dialami oleh Dokter Malika. 

"Aku lihatnya di jam 11 malam, Dok. Aku inget banget itu. Aku kan mau bangun, aku sempat lihat jam tangan udah jam 11 malam, tapi aku ngantuk berat, jadi tidur lagi kaya Dokter. Sewaktu aku mau tidur, aku sedikit melek, terus aku lihat ada perempuan pake pakaian putih lagi nangis di deket pintu kamar, Dok!" sambung Suster Anna, menuturkan kisahnya. 

"Eh, kalau aku mah lihatnya dia lagi nempel di dinding, kaya cicak. Dan pas lihat itu, aku langsung ketindihan, dan lama-kelamaan aku malah tidur lagi. " Ucap Suster Amalia.

Suster Anna dan Suster Amalia, mereka berdua sama melihatnya, hanya saja di waktu yang berbeda.

"Saya kira, saya hanya bermimpi ternyata kalian juga melihatnya." Dokter Malika. 

"Eh, apa jangan-jangan manusia serigala kalo malam berubah jadi manusia biasa?" duga Suster Anna.

"Hm, mungkin ya. Tapi masa iya? Bukannya dia dikutuk?" Suster Anna, tak yakin. 

"Saya tadi malam kan lihat tranformasi dia ke wujud manusia. Kayanya itu memang dia deh." Dokter Malika.

"Ini udah enggak bener banget suasananya, gimana kalau kita pergi aja dari sini daripada ada kejadian yang aneh-aneh?" Dokter Malika, sangat ketakutan.

"Nah kan, kata aku juga, Dok! Makannya dari awal Dokter bicara mau ke sini, aku enggak setuju. Karena datang ke desa ini, sama aja kita mau uji nyali!" Suster Amalia, dengan cukup kesal pada Dokter Malika.

"Ah, sudah. Jangan salahkan Dokter Malika, Dokter Malika hanya menjalankan kewajibannya saja sebagai Dokter." Ucap Suster Anna, membela Dokter Malika. Suster Anna memang lebih dewasa sikapnya dibandingkan Suster Amalia.

"Di situasi seperti ini kita harusnya bersatu, jangan sampai formasi kita terkecoh karena manusia serigala yang misterius itu. Apalagi sampe marah-marah ke Dokter Malika!"

"Iya, sebelumnya maaf ya. Yasudah, sekarang kita pulang saja." 

Suasana yang mereka rasakan semakin tak beres. Rencana mereka untuk menginap beberapa hari, malah hari ini mereka berdua merencanakan untuk pulang setelah menyuntikan obat demam kepada manusia serigala itu. 

Pagi ini juga Dokter Malika, Suster Anna dan Suster Amalia bersiap untuk pulang ke Kota Majalengka, mereka bertiga membereskan koper serta barang bawaan mereka. Dokter Malika menyuntikan obat ke manusia serigala itu. Di saat mereka sudah siap untuk pulang, Nenek Sumitra datang, mereka bertiga pun menjelaskan segalanya kepada Nenek Sumitra. 

"Jadi manusia? Itu tak mungkin! Itu tak mungkin! Manusia serigala itu tak bisa manusia kembali karena sebuah kutukan! Mungkin kalian bertiga hanya bermimpi. Selama ini saya yang mengurus dia, tapi dia tidak pernah berubah menjadi manusia kembali." Cakap Nenek Sumitra, tak percaya. 

Mau tak mau karena mereka akan pergi, Nenek Sumitra memohon kepada mereka bertiga supaya tidak pulang terlebih dahulu sebelum manusia serigala itu bisa sembuh. 

"Saya mohon untuk jangan meninggalkan desa Tengkorak sampai manusia serigala itu membaik, Dok, Sus. Karena kami hanya takut ada virus dan wabah. Semata-mata ini manusia serigalanya masih hidup, padahal dulu manusia serigala mati secara cepat."

"Dok, dulu di jaman kakek saya, ada virus dan wabaj penyakit yang melanda desa kami, wabah itu membuat desa kami dilanda kemiskinan selama beberapa tahun dan sekarang kami tidak mau masa lalu terulang kembali."

"Semisal pernyataan kalian itu benar dan misalkan saja jika kalian tidak nyaman karena itu semua, nanti malam saya akan temani kalian di sini. Bagaimana?"

Demi rasa kemanusiaan dan keprofesionalitasnya, mereka bertiga mengiyakan perkataan Nenek Sumitra dan tetap tinggal di sana, dengan syarat Nenek Sumitra harus menemani mereka bertiga di malam hari. Mereka kembali menaruh barang bawaan dan koper ke dalam kamar, mereka pula mulai merawat manusia serigala tersebut, ditemani Nenek Sumitra yang sedang mengelap wajah manusia serigala dengan kain yang dicelupkan ke air hangat agar bersih. 

Di sisi yang lain, di SMAN 1 Nusa, di jam istirahat Sumelika sedang asyik menyantap mie ayam di kantin. Di tengah-tengah sedang menikmati mie ayam, Sumelika seketika terkejut ketika temannya yaitu Aisyah memberitahukannya bahwa ia telah dilaporkan oleh para perundungnya ke bimbingan konseling, dimulai dari Kevin, Fanny sampai Rani karena tuduhan kekerasan dan bullying. Ini cukup aneh, padahal jelas-jelas Sumelika hanya membela diri bukan merundungi mereka. 

"Nanti pas lo ke ruangan BK, gue ikut ya, Mel. Gue takut kalo lo sampe dituduh bersama sama bu Panna yang udah terhasut sama mereka, dan lo malah masuk ke daftar merah ruangan BK. Terus kalo lo kagak dapet, auto kagak dapet surat tanda baik lo, Mel!" Aisyah, yang sangat khawatir dengan sahabatnya, Sumelika. 

"Santai, Syah. Santai ..." 

"Gue kan enggak salah, ngapain harus takut? Biar nanti gue yang bakalan urus ini semua di ruang BK." Ucap Sumelika, yang sangat santai. Ia melanjutkan menyantap mie ayam yang ada di meja. 

"Aduh, lo mah. Memangnya lo apain mereka sih, Mel? Kok bisa mereka sampai masuk ke rumah sakit gara-gara lo." Tanya Aisyah, sangat penasaran tentang apa yang dilakukan oleh Sumelika kepada Kevin, Fanny dan Rani. 

"Hehe, cuman dicakar doang." Jawab Sumelika, cengengesan.

"Hah?" Aisyah tercengang mendengarnya. 

Kembali ke Desa Tengkorak, di siang hari, Dokter Malika dan kedua susternya disajikan hidangan nasi kuning beserta ayam goreng oleh Nenek Sumitra. Ciri khas nasi kuning dan ayam goreng yang dibuat oleh Nenek Sumitra sangat menggugah selera, berbeda jauh dari yang ada di kota dari citarasa dan sajiannya. Nasi kuning di sana masih disajikan dengan piring yang masih terbuat dari bambu yang diserut, lalu di atasnya diberi daun pisang, hingga membuat masakannya semakin lezat. Minum yang disajikan pula teh tawar hangat, yang daun tehnya pula diambil langsung dari perkebunan teh milik sendiri. 

"Wah, makanannya sangat enak, Nek." Puji Dokter Malika.

Nenek Sumitra yang mendengarnya tersipu malu, "hehe, syukur atuh kalau suka mah. Karena Nenek buatnya juga dari bahan-bahan yang masih alami, enggak pake bumbu-bumbu instan, hehe." Ujarnya, memberitahu.

"Oh, pantas saja, Nek. Ini enaknya minta ampun, selama ini saya belum pernah memakan makanan seenak ini." Ungkap Suster Anna. 

"Iya, Nek. Saya juga." Suster Amalia. 

"Hehe, jangan gitu, ah. Nenek jadi malu." 

"Oh iya, kalau kalian bosan, kalian bisa jalan-jalan di desa ini. Udaranya masih asri, jauh dari polusi. Dijamin kalian enggak bakalan mumet setelah mengurus manusia serigala." Kata Nenek Sumitra. 

Dokter Malika merasa ingin melakukan jalan-jalan setelah Nenek Sumitra mengatakan itu. Lagipula, dia sangat butuh refreshing dan udara yang segar sekarang. Ia juga sangat bosan, biasanya di rumah sakit, Malika selalu bolak-balik kesana-kemari untuk memeriksa pasien yang berbeda, tetapi sekarang waktunya lebih senggang, bisa dibilang sangat senggang dan lebih banyak waktu luang.

Setelah makan siang selesai, Malika berjalan-jalan mengelilingi Desa Tengkorak, sebelum itu Malika ingin sekali berkeliling ke rumah besar ini. Ia lihat rumah ini bagaikan kerajaan yang ditinggalkan, tetapi sebenarnya ini hanyalah sebuah rumah konglomerat yang dulunya ditinggali keluarga terkaya-raya, yang sudah dikutuk. Di tengah-tengah itu semua, Malika mendapati sebuah ruangan yang sangat bau darah kering dan sesuatu yang busuk, aroma ini semua bersumber dari gudang. Karena rasa penasaran yang tinggi, Malika masuk ke gudang tersebut, mencari tahu ada apa di sana. 

Klek!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status