Di sisi yang lain, di tengah waktu senggangnya Dokter Malika sedang membaca kitab yang ia temukan di gudang, ia baca di kamarnya. Di dalam kitab serigala tersebut ditemukan banyak rahasia keluarga yang dikutuk menjadi manusia serigala karena sebuah harta karun. Pertanyaan di kepala Malika tentang keluarga ini sekarang telah ia ketahui dalam waktu sekejap.
"Di sini tertulis, kitab ini adalah kitab kutukan yang diberikan ratu serigala kepada keluarga Petni yang sejarahnya akan ditulis dengan sendirinya sesuai dengan kutukan yang sedang dan telah terjadi. Buku ini ditulis dengan kekuatan ratu serigala yang tersimpan di kitab ini secara otomatis. Setiap keluarga Petni yang mati, yang akan menjadi manusia serigala dan yang sedang menjadi manusia serigala, semuanya akan tercatat di dalam kitab ini. Setelah 7 generasi mendapatkan kutukan, maka kitab ini akan lengkap, lalu kitab ini akan tersimpan ke dalam museum yang ada di kerajaan serigala." Dokter Malika, yang membaca kitab itu dengan nada pelan agar Nenek Sumitra tidak tahu.
Dokter Malika membuka-buka halaman kitab itu, ia ingin memeriksa apakah ada foto atau semacamnya di dalam kitab tersebut, agar lebih jelas. Dokter Malika membuka setiap halaman. Lembaran demi lembaran ia buka. Dan ternyata ia menemukannya! Ada sebuah gambar yang masih hitam-putih, tetapi tidak kelihatan jelas. Gambar itu terpampang di halaman kitab bab kekejaman keluarga Petni. Para laki-laki dan wanita sedang menghabisi serigala dengan menggunakan tongkat dari bambu. Di sana, Dokter Malika membaca bahwasanya keluarga Petni rela menghabisi serigala demi harta karun yang tersimpan di goa serigala untuk bisa lebih kaya raya lagi, padahal jelas-jelas itu adalah harta karun milik kerajaan serigala yang sengaja disimpan di bumi agar tidak ada serigala jahat yang mengetahuinya. Keserakahan, kebiadaban, dan kesombongan, membutakan keluarga Petni. Keluarga Petni sangat congkak, manusia ia tindas, hewan ia habisi. Pantas saja, Ratu serigala menghukum keluarga mereka.
"Astaga, apa sekejam ini keluarga Petni? Hm, aku kasihan kepada generasi yang tak berdosa. Mungkin generasi setelah tragedi ini, harus menanggung kegelapan dunianya sendiri karena perbuatan leluhurnya yang sangat amat menyimpang." Ucap Dokter Malika.
Karena waktu yang terbatas, Malika memutuskan untuk mencari tahu penyebab manusia serigala yang terus mengaung. Hingga akhirnya ia menemukannya di dalam bab ajal manusia serigala. Di sana tertulis, untuk manusia serigala yang terus mengaung serta meminta tolong di malam hari, hal itu disebabkan karena ajalnya akan tiba sebentar lagi, lalu setelahnya generasi selanjutnya akan berubah menjadi manusia serigala secara total tepat di umur 35 tahun setelah sebelumnya akan menunjukan tanda-tandanya. Biasanya manusia serigala yang sudah akan mendekati sekali ajalnya, ia akan bisa menjadi manusia biasa dalam 1 malam.
"Hah? Berarti manusia serigala yang sedang aku rawat sekarang, akan menemui ajalnya sebentar lagi? Oh, astaga!"
Malika membuka lembaran selanjutnya, di sana ia melihat silsilah keluarga Petni.
"Dok! Dokter Malika!" belum saja ia membaca, Suster Anna malah memanggilnya, mungkin ada sesuatu yang penting.
Alhasil Malika harus menutup kitab serigala tersebut. Tak disangka nama Malika dan Sumelika sendiri tercantum di silsilah keluarga Petni, silsilah itu ada di halaman terakhir! Apakah ternyata selama ini Ibu dan anaknya itu adalah keturunan keluarga Petni? Jika benar, maka Malika adalah anak dari manusia serigala itu!
Malam harinya, Sumedh membawa Sumelika ke kyai Ujang, kyai yang dekat dengan rumahnya. Untuk menanyakan apa yang terjadi dengan Sumelika. Tampak sekarang mereka berdua sedang berada di rumah kyai Ujang.
"Sepertinya Sumelika adalah keturunan marga serigala karena sebuah kutukan di masa lalu. Tadi sudah saya coba melakukan ruqyah kepada Sumelika, tetapi tidak manjur, dan tidak ada reaksi apapun yang dirasakan Sumelika. Kalau begini, coba Bapak hubungi Nenek atau Kakek dari Sumelika, siapa tahu mereka mengetahui sesuatu tentang ini." Cakap Kyai Ujang.
Sumedh kebingungan, selama ini Malika tidak tinggal bersama keluarganya, Malika tinggal di panti asuhan. Entah bagaimana lagi ia mencari solusi. Nampaknya setelah Malika pulang nanti, Sumedh akan membicarakannya dengan Malika agar lebih jelas lagi.
Sumelika yang mendengar bahwa dirinya adalah seorang manusia serigala merasa ketakutan sekaligus bahagia. Jika ia menjadi manusia serigala seutuhnya maka ia tak akan melihat kecantikan dalam dirinya. Sementara kesenangannya ialah ia bisa mendapatkan kekuatan super yang tak dimiliki oleh manusia normal pada umumnya. Tetapi dibandingkan kesenangan, ketakutan lebih menerpa Sumelika. Ia sampai bergemetar hebat setelah mengetahui dirinya keturunan serigala.
Sedari tadi sore, Dokter Malika dan kedua susternya mengurus keadaan manusia serigala yang berteriak-teriak kesakitan, ditambah suhu badannya sangat panas bagaikan orang yang sedang dibakar hidup-hidup. Suster Anna dan Suster Amalia memakaikan tabung oksigen dan memasangkan alat denyut jantung ke manusia serigala, tampak sekarang manusia serigala itu dipenuhi dengan alat-alat medis seadanya yang mereka bertiga bawa dari rumah sakit. Dari alat pendeteksi denyut jantung, terlihat bahwa jantung manusia serigala itu berdetak dengan amat kencang. Selain itu, manusia serigala tersebut merasakan sesak napas yang parah, sampai ia terengah-engah.Dokter Malika dan para susternya kebingungan, karena mereka bertiga telah melakukan segala cara untuk membuat manusia serigala kembali normal, akan tetapi mereka sudah melakukan cara, hasilnya nihil, tak ada reaksi sama sekali yang ditimbulkan oleh manusia serigala itu.Sampai malam hari, keadaan tetap sama. Namun, suasananya
Sumelika dalam ketakutan yang luar biasa, para sahabatnya di kelas, sangat heboh ketika Sumelika menceritakan bahwa ia adalah keturunan serigala. Tampak sekarang Tania, Desti dan Aisyah berkumpul di bangku Sumelika untuk membicarakan tentang manusia serigala."Hah? Pantesan lo nyerang mereka bertiga sampe masuk ke rumah sakit! Ternyata ini toh penyebabnya!" Tania yang merasa tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Sumelika."Aduh, kok bisa sih, Mel? Padahal kan selama ini lo normal-normal aja. Apa lo disantet? Atau dapet kiriman dari dukun gitu?" tebak Desti, tak percaya."Kagak, Des. Kata Pak Kyai Ujang sih gue kagak disantet, lagian kan gue udah diruqyah tapi kagak ada reaksi." Jawab Sumelika, menyakinkan."Jadi fix lo keturunan manusia serigala, Mel?" Aisyah, memastikan."Kagak tau juga sih, Syah. Nanti setelah Mama gue datang dari desa Tengkorak baru gue sama Papa tanya ke dia. Doain ya, Guys, supaya gue bukan keturunan seri
Malam semakin larut, di jalan raya kota Majalengka yang dipenuhi kendaraan, terlihat Nenek Sumitra tergopoh-gopoh sebari membawa bakul yang berisi kitab kisah keluarga Petni di trotoar. Dari siang, Nenek Sumitra berjalan kaki dari desa Tengkorak tanpa ditemani oleh siapapun dan tanpa kendaraan sama sekali. Nenek Sumitra lelah, Nenek Sumitra juga sampai berkeringat dingin, tetapi ia rela menahan semua penderitaan ini, demi bisa bertemu kembali dengan Malika, anak dari Tarini yang sudah ia ketahui sekarang. Tampak Nenek Sumitra mencari-cari rumah sakit Pelita Kesehatan, tetapi tak kunjung ia temukan. Ia menanyakan orang di sana tentang keberadaan rumah sakit Pelita Kesehatan dan katanya jikalau rumah sakit itu sangat jauh dari keberadaannya sekarang.Tak putus harapan, ia pun terus berjalan, hingga akhirnya ia menyebrang jalanan, tetapi tak sengaja mobil berwarna putih menyerempet Nenek Sumitra, seketika Nenek Sumitra terjatuh di sana. Pemilik dari mobil itu keluar, ingin melih
Dokter Malika tersadar di sebuah tebing yang di langitnya terdapat bulan purnama besar, mungkin ini adalah alam mimpi Malika. Di sama dirinya bertemu dengan seorang wanita tua serigala kemarin, tetapi manusia serigala itu berubah menjadi wanita tua berkebaya yang sangat cantik, ia mirip sekali dengan Malika."Aku Ibumu, Nak." Ucapnya, kesedihan mulai terpancar dari wajahnya."I-Ibu?" Malika tak percaya bahwa pertamakali ia bertemu dengan sang Ibu meskipun hanya di alam mimpi.Di saat Malika mengetahui bahwa itu adalah sang Ibu tercinta, seketika Malika memeluk Ibunya dengan erat. Sebenarnya Malika tak percaya kepada orang-orang yang baru ia lihat, tetapi sekarang entah mengapa orang yang mengaku bahwa itu Ibunya itu langsung ia percaya, mungkin ini adalah ikatan batin yang bisa dirasakan oleh Ibu dan anak."Bu, kenapa Ibu enggak bilang kalau manusia serigala di desa Tengkorak itu Ibu! Hiks-hiks-hiks." Malika menangis histeris di pelukan
Sumelika tak mau sampai sang Ibu dan dirinya menjadi manusia serigala, ia kira jika menjadi manusia serigala kita akan bisa berubah kapanpun, tetapi kita akan berubah selamanya. Sumelika harus berbuat sesuatu, ia mencoba mencari penangkalnya. Pertama, ia bertanya kepada Nenek Sumitra tentang penangkal, akan tetapi Nenek Sumitra berkata tak ada penangkalnya karena kutukan sudah terjadi 100 tahun yang lalu."Yang pasti tidak ada, tetapi mungkin jika dicari ada, Nak." Ucapnya, yang tak tahu pasti atau tidak.Ia pun bergegas ke rumah temannya yang sangat menyukai film serigala, Andra. Andra menyatakan tak ada solusi juga."Kagak ada kayanya, kutukan tetep kutukan. Lo tau kisah Malin Kundang? Dia dikutuk sama Ibunya jadi batu, dan kutukan itu kagak bisa dicabut lagi.""Tapi coba lo tanya ke temen lo yang lain, siapa tau mereka ada solusi yang bisa ngebantu lo." Sambung Andra.Sumelika akhirnya menemui Aisyah di pondok pesantrennya, keb
Di tengah malam, Aisyah, Desti dan Tania baru saja pulang dari pengajian akbar. Tampak mereka membawa makanan berkat yang sangat banyak sekali, tak sengaja mereka melewati jalanan pohon beringin, dan mereka melihat portal yang di depannya terdapat tas, tas itu tak asing bagi mereka. Aisyah menyadarinya, itu adalah tas milik Sumelika!"Hah? Jangan-jangan si Sumelika diculik sama makhluk ghaib?" duga Desti, khawatir."I-Iya, bisa jadi tuh! Soalnya kan dia manusia serigala!" ucap Tania."Aduh, gue takut deh kalo terjadi apa-apa sama si Sumelika!" papar Aisyah."Iya, gue juga takut! Mendingan kita masuk yuk untuk nolongin si Sumelika!" ajak Tania"Tapi ini kan b-bahaya, Tan!" Desti, ketakutan."Halah, ayo-ayo demi keselamatan sahabat kita, kita harus rela melakukan apapun!" Tania menarik pergelangan tangan Aisyah dan Desti lalu mereka masuk ke dalam portal waktu.Sebelummya Sumelika telah masuk ke dimensi waktu, terlihat
Sumelika sangat senang karena di masa-masa ia sedang sulit seperti ini, sahabat-sahabatnya ada untuknya. Aisyah, Desti dan Tania sangat setia kepadanya, ia sangat terharu dengan mereka. Sumelika pun memeluk mereka bertiga dengan menangis bahagia."Makasih ya, Girls. Kalian udah mau nemenin dan ngebantu gue di misi ini, hiks-hiks.""Yaelah, Mel. Santai aja sih." Desti, merasa tidak enak."Iya, Mel. Lebay banget sih pake acara nangis segala. Harusnya kita happy dong bisa jalan-jalan ke masa lalu, hehe." Tania, senang.Sumelika menghapus air matanya, dan tersenyum bahagia."Yaudah, ayo kita ke rumah keluarga gue.""Malam-malam gini?" Aisyah, yang merasa aneh."Bukannya enggak sopan ya, Mel? Terus kalo kita kesana belum tentu mereka percaya gitu aja, mungkin bisa aja mereka itu ngusir kita." Sambungnya."Kalian mau ke rumah keluarga Petni ya?" Ibu itu datang lagi."Iya, Bu. Tapi sepertinya enggak jadi
Keesokan harinya, di masa lampau, Sumelika terbangun di ranjang kayu tanpa alas dengan keadaan kening dibaluri dengan daun sirih, tadi malam setelah pulang mengurus bayi. Bu Iis yang mendengar bahwa kening Sumelika terluka karena ulah keluarga Petni, langsung khawatir dan mengobati Sumelika. Syukurlah Sumelika bisa terobati meski saat bangun ia merasa sakit kepala. Sumelika berterimakasih banyak kepada Bu Iis karena telah mengobatinya."Iya, sama-sama, Neng. Ini juga kan kewajiban Ibu, hehe. Lagian sih kamu, sudah dibilangin jangan deketin keluarga Petni, tapi malah bandel juga, jadi gini kan akibatnya." Ucap Bu Iis."Maaf, Bu. Ini juga mendadak banget." Jawab Sumelika, cengengesan."Oh yasudah, kalian pulang aja ya. Bukan mengusir atau bagaimana, tapi Ibu takut kalian kena siksa keluarga itu lagi. Hari pertama, Neng Sumelika terkena akibatnya, siapa tahu di lain hari Eneng-Eneng semua yang malah kena akibatnya juga?" takut Bu Iis.