Share

Part 9 - Possessed

Sumelika dalam ketakutan yang luar biasa, para sahabatnya di kelas, sangat heboh ketika Sumelika menceritakan bahwa ia adalah keturunan serigala. Tampak sekarang Tania, Desti dan Aisyah berkumpul di bangku Sumelika untuk membicarakan tentang manusia serigala. 

"Hah? Pantesan lo nyerang mereka bertiga sampe masuk ke rumah sakit! Ternyata ini toh penyebabnya!" Tania yang merasa tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Sumelika. 

"Aduh, kok bisa sih, Mel? Padahal kan selama ini lo normal-normal aja. Apa lo disantet? Atau dapet kiriman dari dukun gitu?" tebak Desti, tak percaya.

"Kagak, Des. Kata Pak Kyai Ujang sih gue kagak disantet, lagian kan gue udah diruqyah tapi kagak ada reaksi." Jawab Sumelika, menyakinkan. 

"Jadi fix lo keturunan manusia serigala, Mel?" Aisyah, memastikan.

"Kagak tau juga sih, Syah. Nanti setelah Mama gue datang dari desa Tengkorak baru gue sama Papa tanya ke dia. Doain ya, Guys, supaya gue bukan keturunan serigala. Gue takut banget deh sumpah, kalo dipikir-pikir banyak banget resiko yang harus gue tanggung kalo gue sampe jadi manusia serigala seutuhnya." Sumelika, yang sangat ketakutan. 

Di rumah sakit, Dokter Malika, Suster Anna dan Suster Amalia sudah pulang. Mereka sengaja tidak pulang ke rumah, karena mereka bertiga tidak mau sampai mengecewakan para pasien yang ada di rumah sakit. Di saat Dokter Malika sampai, Dokter Malika langsung disuguhkan dengan kedatangan seorang anak kecil laki-laki berusia 12 tahun yang baru saja kecelakaan motor karena telah memakai motor ugal-ugalan di jalan raya. Akibat kecelakaan itu sebagian kulit di kakinya mengalami luka parah sampai kulitnya sedikit robek, sehingga dia diharuskan untuk melakukan operasi kecil untuk menjahitnya. Karena Dokter Malika sudah sampai di sana, pihak rumah sakit memberikan tanggung jawab ini kepada Dokter Malika. Seketika dengan sigap Dokter Malika langsung bersiap untuk melakukan operasi kepada anak kecil itu. Sebelum melakukan operasi kepada anak kecil, Malika bersih-bersih terlebih dulu di kamar mandi lalu berdoa di mushola supaya operasinya lancar. 

Dokter Malika masuk ke ruangan operasi, dengan pakaian hijau yang merupakan pakaian khusus operasi tentunya. Saat operasi banyak darah di kaki pasien yang harus Dokter Malika hadapi dengan perasaan biasa dan luwes. Dokter Malika memulai operasi tersebut secara perlahan-lahan. Terlihat di robekan itu ada bebatuan aspal yang masuk dan menyangkut di sana. Dengan cukup hati-hati, ia ambil beberapa batu aspal yang menyangkut. Setelah selesai, saatnya pembersihan. Beberapa lama kemudian sesudah melakukan pembersihan, Dokter Malika mulai menjahit bagian kaki yang robek. Akan tetapi kejadian yang tak mengenakan terjadi.

 

"Huarghh! Huarghhh! Huarghh!" 

Pasien bocah lelaki tadi bangun, lalu berteriak-teriak kesakitan sekaligus ketakutan. Ia berteriak melihat Dokter Malika, bagaikan melihat hantu yang sangat menyeramkan. Para suster panik, apalagi Dokter. Dokter Malika menjauh dari sana, terlihat kaki pasien terrobek lagi dengan cukup lebar.

"Aduh, Sus. Apa Suster belum menyuntikan obat kepada pasien ini?" tanya Dokter Malika, panik.

"Sudah, Dok! Sudah!" jawab Suster Mega, yang sangat ingat betul apa yang ia lakukan. 

"Tolongg! Takut! Takuttt!" jerit pasien itu, sebari melemparkan alat-alat medis yang tertata rapih di sampingnya. 

"Suster!! Kalian suntikan anak ini, secepatnya! Sebelum luka robekannya membesar! Hal itu akan membuat kulitnya terbelelak kemana-mana!" teriak Dokter Malika, penuh ketegangan, sampai-sampai ia berkeringat dingin. 

"Kuat, Malika! Kuat!" batinnya, yang menguatkan diri melihat darah dan kulit pasien yang sangat membuat kepalanya pening dan pusing bukan kepalang.

Terlihat dengan sigap, salah seorang suster menyuntikan pasien itu supaya terlelap, dan syukurnya pasien tersebut langsung terlelap seketika. Operasi pun berlangsung kembali dan dalam 30 menit operasi itu selesai. 

Dokter Malika bersyukur operasinya berhasil, dia benar-benar trauma jika hal ini terjadi lagi karena hal itu sangat menyeramkan baginya. Saat dia akan keluar dari ruangan operasi, tiba-tiba saja kotoran cicak mendarat di atas kepalanya. Dokter Malika cepat-cepat masuk ke kamar mandi untuk membersihkan kotoran cicak itu. Entah mengapa sampai ada kotoran cicak yang menjatuhinya, padahal biasanya tak ada cicak di rumah sakit, apalagi tempatnya di ruangan operasi yang tentunya tempatnya harus steril dan bersih. Kata orang jaman dulu, jika seseorang terkena kotoran cicak di kepalanya maka kelam akan ada kesialan yang menimpa orang itu. Apakah kesialan akan menimpa Malika?

Dokter Malika sudah menyelesaikan tugasnya di siang ini, ia ada waktu beberapa jam untuk istirahat di ruangannya. Di dalam ruangan ia makan bubur dari kantin dan teh hangat produksi Nenek Sumitra yang baru saja ia buat. Di tengah ia makan, Suster Amalia datang, Amalia ingin bertemu dengan Dokter Malika. 

"Dok, aku mau nanya, tadi kok aku denger suara orang teriak-teriak dari ruangan operasi Dokter? Apa ada sesuatu, Dok?" tanya Suster Amalia, penasaran. 

"Ada, Sus. Itu tadi pasiennya bangun saat operasi sedang berjalan, padahal udah disuntik obat, tapi malah bangun. Aneh banget, kan?"

"Hah? Aduh, tapi selamat kan dan operasinya berhasil, Dok?" Suster Amalia, khawatir. 

"Iya, berhasil. Tapi jahitannya lebar kemana-mana gara-gara dia bangun, habis itu teriak-teriak. Dia sempat ngomong katanya dia takut, dan ngomong 'takut'nya malah ke arah saya. Kayanya dia takut sama saya, tapi kenapa ya? Baru kali ini anak kecil takut sama saya. Dan oh ya, saat saya keluar dari ruangan operasi, saya malah kejatuhan kotoran cicak." 

"Aduh, enggak beres nih. Dok, setau saya kalo ada orang yang kejatuhan kotoran cicak bakalan kena sial, Dok. Tapi jangan percaya ya, Dokter selalu berdoa aja supaya dijauhkan dari hal yang enggak seharusnya terjadi." Ucap Suster Amalia, yang berusaha menenangkan Dokter Malika. 

Malam tiba, Dokter Malika sangat lelah sekali, ia bagaikan akan pingsan karena sangking lelahnya, tetapi ia harus kuat karena malam ini adalah tugas terakhirnya di hari ini, lalu ia akan pulang dan bisa merebahkan diri di kasur empuk. Di rumah sakit, Dokter Malika membuka jam prakteknya, ia kedatangan pasien perempuan yang masih anak-anak, dia muntah secara terus-menerus, di saat sedang menunggu giliran juga ia memuntahkan isi perutnya ke kantung kresek hitam, entah dia sedang sakit apa sekarang. 

"Coba saya periksa ya, Bu." Ucap Dokter Malika, yang meminta izin kepada orang tua sang pasien.

Dokter Malika memeriksa keadaan anak perempuan yang mungil itu, pertama-tama ia memeriksa detak jantung pasien dengan menggunakan stetoskop, alat stetoskop berfungsi untuk mendengarkan suara dari dalam tubuh, salah satunya untuk mendengar suara detak jantung apakah stabil ataukah tidak. Saat Dokter Malika dengarkan, tiba-tiba ia mendengar suara lolongan serigala yang sangat menyaring.

"Auuuuuu!"

Lalu setelahnya diiringi detak jantung yang berdetak dengan kencang dan sangat keras.

DUG!

DUG!

DUG!

Ia tatap anak kecil itu. Namun, mata anak kecil itu berubah menjadi putih. 

"Graurghhhh!"

Astaga! Anak perempuan itu kerasukan! Seketika anak perempuan tersebut bertingkah aneh, ia bertingkah bagaikan seorang manusia serigala yang membabi buta. Anak itu melempar alat-alat medis, dan membuat ruangan praktek Dokter Malika hancur berantakan. Orang tua pasien berteriak ketakutan, pintu ruangan terkunci dengan sendirinya. 

"Hueeekk!" lagi-lagi perempuan itu memuntahkan seisi perutnya, sampai sangat parah sekali, setelah itu anak tersebut pingsan di tempat.

Dug!

Peristiwa itu sangat singkat, tetapi membuat Dokter Malika semakin ngeri. Setelah kejadian itu Dokter Malika lemas, ia tak sanggup lagi. Ia bingung, mengapa dari siang kejadian yang aneh terus terjadi? 

"Sebenarnya apa yang terjadi? Apa aku ketempelan makhluk ghaib sewaktu bertugas di desa Tengkorak? Ataukah aku saja yang halusinasi? Astaga, pusing!" batin Dokter Malika yang terjebak dalam kebingungan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status