Dalam sekejap mata ruang tamu yang tadinya penuh dengan perabotan rumah dan hiasan kini disulap menjadi tempat untuk melangsungkan acara akad nikah Kalisa dan Jonathan.
Nampak beberapa orang sibuk mondar mandir menyiapkan keperluan yang akan digunakan untuk acara itu. Sedangkan Kalisa dengan gugup menunggu kedatangan calon suaminya beserta keluarganya.
“Udah gak usah gugup gitu, bikin santai aja kali,” ujar Desi yang menemani Kalisa dikamar.
“Tau ah,” ucap Kalisa.
Cklek! Suara seseorang membuka pintu kamar Kalisa dan ternyata Silvi ibunya Kalisa.
Silvi tersenyum lembut ke arah Kalisa, dia sangat bahagia bisa melihat putri tercinta menikah. Dan sekilas dia teringat akan bayangan sosok Lisanna yang tersenyum ke arahnya.
"Andai saja kejadian itu tidak terjadi, dia pasti akan turut bahagia melihat Kalisa menikah,” batin Silvi dan dia merasa sangat sedih jika teringat akan sosok Lisanna.
“Tante kenapa berdiri di pintu sambil ngeliatin Kalisa kaya gitu? Pangkling ya ngeliat Kalisa yang berubah jadi feminim kaya gini?" Ucap Desi.
"Tau aja kamu, Desi. Tante gak ngira jika Kalisa akan secantik ini jika di make over oleh Mbak Indah," kilah Silvi ibunya Kalisa.
"Tapi memang dasarnya Kalisa nya cantik, jeng. Cuman nambahin beberapa make up saja dia sudah terlihat sangat menawan seperti ini," ujar Mbak Indah.
"Kalau aku cantik gak, tante?" tanya Desi dan bertingkah layaknya model yang sedang bergaya seperti yang di tv.
"Tentu saja cantik. Tante saja hampir pangling dengan kalian berdua," jawab ibunya Kalisa.
"Apakah rombongan mempelai pria sudah pada datang, jeng? Soalnya kedengeran sampai sini jika diluar sedikit berisik," tanya Mbak Indah.
"Astagfirullah hal azim, sampai lupa saya," ucap ibunya kalisa sambil memukul pelan pada jidatnya sendiri.
"Iya, mereka sudah datang sekitar 20 menitan. Makanya saya kesini untuk memanggil Kalisa turun, karena acara ijab kabulnya akan segera dimulai," ujar ibunya Kalisa.
Kalisa tiba-tiba menjadi gugup dan terlihat dengan jelas jika dirinya sangat nerves.
"Jangan gugup dan juga nerves, Kalisa. Berdoa saja, semoga semuanya berjalan dengan lancar," ujar ibunya sambil mengusap sayang pipi Kalisa.
"Iya Mah," jawab Kalisa.
"Ayo turun kebawah, Mama yakin jika Jonathan dan keluarganya akan sangat pangling dengan penampilanmu saat ini.
Kalisa hanya menanggapinya dengan senyuman khasnya. Mereka pun akhirnya turun kebawah.
Anisa melihat ke arah tangga dan menjadi bengong ketika melihat perubahan pada kakak iparnya yang mengenakan kebaya putih modern dengan tambahan beberapa sentuhan make up di wajah Kalisa.
"Oh my god! Cantik banget penampilan kakak ipar," ujar Anisa. Nana yang duduk disampingnya mengikuti arah pandangan Anisa yang mengarah pada tangga rumah Kalisa.
"Hee, kok beda dari foto yang tante Mawar tunjukin ke aku? Ini mah cantik banget," ujar Nana.
Firda, Mila, dan Mawar tersenyum bahagia ketika melihat Kalisa menuruni tangga. Sedangkan Robert mengerutkan keningnya ketika melihat Kalisa yang tampak berbeda dari foto yang dia lihat waktu melihat data informasi yang diberikan anak buahnya 3 minggu yang lalu.
Kalisa menggigit bibirnya untuk mengurangi geroginya. Dan hal itu tak luput dari pandangan Robert.
'Sial! Cantik juga istrinya Jonathan. Apa lagi saat dia menggigit bibirnya seperti itu?" batin Robert sambil menelan saliva.
Setelah Kalisa duduk disamping Jonathan, sang penghulu yang sudah siap untuk menikahkan mereka akhirnya memulai menuntun Jonathan.
"Saudara Jonathan Rahendra, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Putri Kalisa binti Riyadi dengan mas kawin satu set perhiayasan emas dan uwang tunai sebesar 50 juta dibayar tunai," ucap sang penghulu sambil menekan tangan Jonathan dengan jempolnya sebagai kode.
"Saya terima nikah dan kawinnya Putri Kalisa binti Riyadi dengan mas kawin yang tersebut dibayar tunai," ucap Jonathan dengan suara lantang dan juga tegas.
"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya sang penghulu.
Terlihat empat orang yang duduk disamping penghulu saling melihat dan berakhir mereka mengatakan sah secara bersamaan.
Kalisa dan juga Jonathan menghela nafas lega ketika mendengar para saksi mengatakan Sah. Begitu juga dengan kedua orang tua mereka. Mawar meneteskan air matanya dan memeluk Mila yang duduk disampingnya.
Rasa haru dan juga bahagia kini iya rasakan. Firda yang melihat kakak perempuan dari suaminya, menangis bahagia dalam pelukan Mila menjadi ikut menangis. Begitu juga dengan Silvi ibunya Kalisa, iya sangat bahagia akhirnya dia bisa melihat putri kesayangan menikah dengan orang yang tepat menurutnya.
Sang penghulu meminta Jonathan dan Kalisa memakai cincin pernikahan mereka kemudian menandatangani beberapa lembar kertas dan surat nikah.
"Sekarang salami tangan suami kamu, nak Kalisa," ujar sang penghulu.
Mendengar perkataan sang penghulu Kalisa tersenyum canggung dan berbalik ke samping dan menghulurkan tangannya ke arah Jonathan.
Kalisa menyalami tangan Jonathan dan mencium punggung tangannya. 'Ya allah, sekarang aku sudah resmi menjadi istri dari pria yang tengah kusalami ini. Aku mohon kuatkan aku dan bimbinglah aku, agar bisa menjadi isteri yang baik dan juga berbakti kepada suamiku kelak," doa Kalisa tulus dalam hati.
Jonathan menatap Kalisa yang tengah mencium tangannya. Ada perasaan tenang dan juga ragu dalam dirinya.
Rasa tenang, karena dirinya akhirnya bisa memenuhi permintaan orang tuanya untuk menikahi gadis pilihan mereka. Sedangkan rasa ragu yang iya rasakan adalah, apakah dia bisa menjaga dan membahagiakan Kalisa kedepannya? Apalagi dengan keadaan kondisinya yang tak bisa berjalan dan hanya bisa berjalan dan hanya bisa duduk di kursi roda jika ingin pergi kemana-mana.
Para saudara sepupu Jonathan menghampiri mereka dan memberi ucapan selamat. "Selamat ya kakak ipar, akhirnya sah menjadi istri dari kak Jo," ujar Anisa terlihat bahagia dan memeluk erat Kalisa.
"Terima kasih, Anisa," jawab Kalisa.
"Gantian dong, Anisa. Dari tadi meluk gak selesai-selesai," protes Nana yang berdiri disamping Kalisa dan juga Anisa.
"Iih, sabar napa sih, Nana," jawab Anisa kemudian berjalan ke samping dan dia langsung memeluk Jonathan fan mengucapkan selamat.
"Halo kakak ipar, namaku Nana. Maaf ya pas waktu acara lamaran aku gak bisa dateng," ucap Nana riang.
"Iya gak papa kok," jawab Kalisa.
Terdengar suara deheman dari arah samping dan ternyata itu adalah Robert. Nana yang tau akan kode yang ditunjukkan oleh Robert, segera menyingkir ke samping,
“Selamat atas pernikahan kalian. Semoga kalian bahagia selalu dan saling support satu sama lain untuk kedepannya,” ucap Robert tulus pada Kalisa dan Jonathan.
“Terima kasih,” jawab Kalisa. Sedangkan Jonathan hanya diam dan mengagumkan kepalanya.
Karena cara pernikahan mereka dilakukan sederhana dan hanya mengundang tetangga dekat dan sanak saudara saja, sehingga acaranya cepat Selasa.
Kalisa menghela nafas dan merebahkan badannya yang terasa lelah karena harus mengenakan High heels hampir satu hari penuh.
Tok! Tok! Tok!.... suara ketukan pintu mengalihkan pandan Kalisa yang tengah menatap langit kamarnya.
“Kakak ipar boleh aku masuk?” Ujar Anisa.
“Masuklah,” jawab Kalisa.
“Apakah kakak sudah selesai ganti bajunya?” Tanya Anisa.
“Iya. Kenapa memangnya?
“Karena kakak sudah ditunggu oleh kak Jo di bawah.
“Ditunggu? Memangnya mau kemana?
Anisa mendekat kearah Kalisa dan membisikkan sesuatu di telinganya. Kalisa terbelalak mendengar ucapan Anisa yang berhasil membuat jantung berdebar tak karuan.
Anisa yang melihat reaksi dari kakak iparnya malah tersenyum dan langsung membangun Kalisa dan menariknya untuk keluar dari kamar.
Desi yang melihat Kalisa langsung mendekat. “Kamu lama banget ganti bajunya? Suamimu udah nungguin dar tadi tauk.
Kalisa bukanya menjawab perkataan Desi, dia malah melihat ke arah Jonathan yang nampak sedang sibuk dengan ponselnya.
'Seperti apa sebenarnya sifat dari lelaki yang sekarang ini sudah sah menjadi suamiku? Dan kenapa ekspresi wajahnya terlihat sangat datar dan dingin sekali?" batin Kalisa dengan pearasaan resah.
Kalisa yang tak tau apa apa hanya menuruti ucapan orang tua dan juga mertuanya yang menyuruhnya menaiki mobil yang akan dinaiki suaminya.Dari jauh Bram memperhatikan adik kesayangannya yang akan pergi bersama suaminya. Dia tidak menyangka jika adiknya yang barbar dan nakal namun sayang amat disayanginya, akan secepat ini menjadi istri orang dan pergi meninggalkan rumah untuk mengikuti suaminya.''Semoga kamu bisa mendapatkan kebahagian yang berlimpah bersama suami mu, adik barbarku tersayang," lirih Bram.Tampak para saudara dari keluarga Kalisa dan juga Jonathan melepas sepasang pengantin yang akan pergi menuju suatu tempat yang sudah disiapkan dengan matang oleh Anisa.Kalisa berusaha mati matian menahan tangis saat Mamanya melepaskan pelukan hangat. "Ingat pesan Mama, jadilah istri yang baik dan nurut dengan suamimu. Karena surga istri ada pada suami," ucap ibunya Kalisa dan diganggu Kalisa."Jonathan, Mama serahkan tanggungjaw
Karena kelelahan dan juga waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Jonathan dan Kalisa langsung tidur dengan pulas hingga subuh menjelang.Dering alarm pada ponsel yang membangunkan Kalisa, dengan cepat Kalisa menyambar ponselnya dan langsung mematikan alarmnya.“Kenapa cepat sekali sudah subuh?” Ucap Kalisa dan menoleh kesamping dan melihat Jonathan yang masih berlatih pulas.“Sebenarnya kamu itu sangat tampan dan masuk dalam tipe lelaki yang aku suka dari segi ketampanan. Akan tetapi mengapa sikapmu s
Jessica melihat penampilan Kalisa yang memakai kaos putih dengan celana jins pendek dan yang hanya memakai sandal Flat dengan model selempang yang menurut Jessica murahan."Siapa dia, Mas? Dan kenapa kamu diam saja saat dihina dan dipermalukan olehnya?" ucap Kalisa yang terlihat marah.Jonathan hanya diam tak menjawab pertanyaan Kalisa. Dirinya hanya memperhatikan wajah kesal menahan amarah dari istrinya."Kenapa diam saja, Mas?’’ Ucap Kalisa dan menatap tajam kearah Jessica yang juga menatapnya.“Kamu tidak berhak untuk tahu siapa saya? Memangnya kamu siapa bertingkah seolah kamu itu sangat mengenalnya?” Ujar Jessica dengan sikap sombongnya.Mendengar perkataan Jessica membuat Kalisa yang tadinya sudah kesal dengan Jonathan menjadi semakin kesal dan geram. “Tentu saja aku berhak tahu dan harus tahu siapa kamu, karena sudah berani menghina dan merendahkannya didepanku,” tukas Kalisa dengan suara dingi
Jonathan tidak menyangka jika Kalisa akan menayakan pertayaan yang sedikit vulgar dan itu malah menjadi poin penting bagi Kalisa kenapa dirinya menerima pernikahan ini. Ditengah keterkejutannya, Jonathan melihat tingkah lucu Kalisa yang tiba-tiba berbalik dan memunggunginya.Jonathan mengangkat sudut bibirnya karena mendapatkan ide cemerlang untuk mengetes istri barbarnya yang sepertinya malu setelah menyadari pertanyaan sendiri. “Kamu sendiri yang mengatakanya, jika dirimu tidak akan menyesal menikah denganku. Maka jangan salahkan aku jika kedepannya aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku seperti yang Jessica lakukan,” ucap Jonathan. “Hmm,” guman Kalisa. “Sekarang jawab pertanyaanku. Kamu sakit apa sebenarnya? Kenapa badanmu sampai dingin seperti tadi?” Ucap Jonathan sambil mengusap kembali pinggang Kalisa dengan lembut. “Ini hanya sakit biasa saat ada tamu bulanan datang,” jawab Kalisa. “Tamu bulanan? Tapi aku tidak melihat
Melinda tersenyum lembut mendengar pertanyaan Robert yang sudah menanyakan hal yang sama padanya."Tentu saja aku sangat yakin dan tidak akan menyesalinya, Robert. Bukankah satu bulan yang lalu kamu sendiri yang bilang, jika Jonathan mengalami keterpurukan dan hampir kehilangan semangat hidupnya setelah mengalami kecelakaan dan juga ditinggalkan oleh tunangannya? Setelah aku mendengar ceritamu, aku langsung memutuskan kembali ke indonesia dan akan menetap disini untuk membantunya pulih seperti sedia kala," ucap Melinda dengan yakin tanpa tahu jika sebenarnya Jonathan teman masa kecilnya dan orang yang sangat ia rindukan baru saja menikah dua hari yang lalu.'Kenapa aku merasa jika Melinda menyimpan rasa dengan Jonathan ya? Apakah aku perlu memberi tahunya, jika sekarang Jonathan sudah menikah?" Pikir Robert sambil melihat Melinda yang tersenyum lembut kearahnya."Melinda, sebenarnya Jonathan itu sudah me—,“ belum selesai Robert mengucapkan kal
Tanpa terasa sudah empat hari Jonathan dan Kalisa menghabiskan waktu di bali. Kalisa yang merasa badanya sudah membaik dan tidak merasa nyeri lagi pada pinggang dan perutnya meminta Jonathan mengajaknya berkeliling bali untuk melihat lihat pernak pernik yang dijual para pedagang."Mas, nanti kita ke pantai yuk? Aku ingin melihat keindahan pantai saat matahari terbenam. Banyak yang mengatakan sangat indah dilihat dan diabadikan."Hmm," guman Jonathan seperti biasa dan kali ini Kalisa tak lagi marah ataupun tersinggung. Karena dia sudah tau dan paham jika memang seperti itu sifat dan watak dari suami datar dan dinginnya.Kalisa melihat beberapa pernak pernik yang sangat indah dan terlihat lucu baginya. Ini adalah kedua kalinya Kalisa liburan ke Bali.Dulu dia ke Bali bersama kakaknya Bram, dan dia tidak diizinkan berkeliling pasar yang menjual berbagai pernak pernik seperti yang didatanginya kali ini.
"Apa-apaan sih tadi? Mengapa aku jadi saat diperhatikan olehnya? Dan kenapa jantungku jadi dag dig dug kayak gini ya? Masak iya hanya gara-gara ditatap kayak gitu, aku jadi punya penyakit jantung sih?” Ucap Kalisa yang merasa aneh.Dilihat dari pandangan kaca kamar mandi yang wajah merah meronanya. “Apa sih, kenapa juga jadi merona kayak gini?”Karena tak ingin melihat wajah blushing nya, Kalisa pun mencuci mukanya kembali sebelum keluar dari kamar mandi.
Kalisa yang berjalan tak jauh dari tempat suaminya duduk tadi dan dia melihat dua orang wanita yang sepertinya sedang mengobrol. Akan tetapi sesat kemudian dirinya sangat kaget melihat salah satu dari wanita itu yang tidak berperasaan mendorong kursi roda suaminya dari samping menggunakan kaki dan mengakibatkan suaminya yang tengah duduk menjadi terjatuh ke samping bersamaan dengan kursi rodanya . Melihat akan hal itu tentu saja membuat Kalisa sangat marah dan ingin sekali mematahkan kaki wanita itu, yang dengan tidak berperasaan sama sekali melakukan hal keji terhadap suaminya. Kalisa berjalan cepat dan langsung membantu suaminya yang sedang berusaha membetulkan kursi rodanya. Tampak beberapa pengunjung melihat ke arah mereka. Ada yang merasa marah dan kasihan melihat Jonathan diperlakukan sangat buruk oleh Kikan. “Kamu gapapa kan, Mas?” Tanya Kalisa sambil memeriksa keadaan suaminya yang tampak kotor terkena pasir pantai. “Hmm,” guman Jonathan menja