Nampak Tuan Mu menimbang dengan serius. Tuan Mu melihat kedua kakinya yang lumpuh, lalu menatapi Tuan Gu.
"Jika kau bisa melakukannya maka aku akan berterima kasih," ujar Tuan Mu.
"Bagus jika begitu, Rui sangat pantas berbahagia," Ujar Tuan Gu.
Nyonya Gu dan Tuan Gu, tidak memiliki anak. Ketika mereka ingin mengadopsi Rui dan menyekolahkannya, Rui menangis dan menolak, dia tetap ingin bersama Ayahnya, menjaganya. Karena kekerasan kepala Rui akhirnya mereka menuruti Rui.
Tuan Gu dan Nyonya Gu memandangi punggung Rui yang semakin menjauh mendorong kursi roda Tuan Mu.
Sepanjang perjalanan Tuan Mu dan Rui saling melempar canda, sampai akhirnya Tuan Mu memberanikan diri untuk mengungkit soal pernikahan.
"Rui!" panggil Tuan Mu.
"Emmm …" jawab Rui.
"Ayah ingin sekali melihat ada yang bisa menjagamu," ujar Tuan Mu.
Mendengar perkataan Tuan Mu, langkah Rui terhenti. Hal ini adalah sesuatu yang tak ingin Rui ungkit.
"Apakah Ayah ingin mengirimku pergi jauh?" tanya Rui.
"Aiyooo putriku, mengapa kau berpikir seperti itu?" tanya Tuan Mu.
"Ayah sangat menyayangimu," jelas Tuan Mu.
"Lalu mengapa Ayah memintaku menikah dan dibawa jauh pergi darimu?" tanya Rui.
"Dengarkan putriku, Ayah tidak bisa menemanimu selamanya. Akan sangat baik jika kelak Ayah tidak disampingmu akan ada pria baik-baik yang akan menjagamu," jelas Tuan Mu.
"Ayah! jangan katakan itu …" pinta Rui sambil menangis dan memeluk Tuan Mu.
"Haish! Lihatlah kau sudah sebesar ini tapi masih suka menangis," ujar Tuan Mu seraya menghapus air mata di pipi putrinya itu.
"Sudah-sudah Ayah tak akan mengungkit hal itu lagi," ujar Tuan Mu.
Rui pun tersenyum dan menganguk, lalu mulai mendorong kursi roda Tuan Mu seraya bernyanyi sebuah lagu untuk Tuan Mu.
Rui memiliki bakat menyanyi yang diturunkan dari ibu, suara Rui begitu lembut ketika menyanyi. Rui selalu menyanyi untuk menghibur hati Ayahnya ini jika sedang terihat gundah.
Beberapa hari setelah perayaan desa atas kemenangan team lomba dayung perahu mereka, Tuan Gu mendengar ada beberapa orang dari kota besar akan datang ke mereka.
Tuan Gu sedang mengantarkan surat dari rumah ke rumah dan mendengar bahwa seorang Tuan Muda dari Tong City tengah mencari calon istri.
Tuan Gu mencuri-curi dengar percakapan para Nyonya-nyonya kaya di desanya tersebut.
"Tuan Muda dari Tong City," pikir Tuan Gu.
Tuan Gu mendengar nama Mak comblang yang disebut oleh para Nyonya kaya tersebut. Tuan Gu segera menyelesaikan pekerjaannya mengantar surat. Setelah selesai Tuan Gu dengan cepat mengayuhkan sepedanya menuju ke rumahnya, sesampainya di rumah. Tuan Gu segera saja melemparkan sepedanya begitu saja dan mencari Nyonya Gu.
"Istriku!" panggil Tuan Gu.
Tuan Gu mencari Nyonya Gu di dapur, lalu segera mengambil keranjang yang berisi bawang merah yang ada di tangan Nyonya Gu.
"Letakan ini! kita pergi ke rumah Tante Song," ujar Tuan Gu.
"Tante Song?" tanya Nyonya Gu.
"Aku mendengar bahwa seorang Tuan Muda dari Tong City sedang mencari seorang calon istri di desa kita ini," jawab Tuan Gu bersemangat.
"Apakah kau ingin mengikutsertakan Rui?" tanya Nyonya Gu.
"Tentu saja Rui kita sangat cantik dan cerdas, juga pandai memasak sepertimu," puji Tuan Gu.
Meski Nyonya Rui meragu, namun demi kebahagian Rui maka Nyonya Gu memutuskan untuk menemui mak comblang demi kebahagiaan Rui.
Nyonya Gu, memakai cheongsam terbaiknya untuk menemui mak comblang. Sesampainya di rumah Tante Song. Nyonya Gu memandangi sederet mobil bagus terparkir di depan halaman rumah Tante Song.
Tuan Gu menarik tangan Nyonya Gu, "ayo masuk! demi Rui," ujar Tuan Gu.
Nyonya Gu memberanikan dirinya masuk ke rumah Tante Song. Begitu mereka berdua masuk, semua mata memandangi mereka berdua. Semua penduduk desa mengenali Tuan Gu, si tukang pos pengantar surat dan paket. Mereka juga mengetahui jika mereka datang ke rumah Tante Song itu pasti karena ingin mencarikan jodoh untuk Rui.
Para Nyonya kaya tersebut berbisik-bisik, "Bagaimana mungkin mereka begitu percaya diri ingin mencari jodoh untuk Rui seorang pria dari Tong City, sementara pria yang tinggal di desanya saja enggan meminang Rui karena kemiskinannya," pikir para Nyonya tersebut.
Tante Song masuk ke aula sederhana kecil yang ada di rumahnya tersebut. Tante Song memulai seleksi wawancara. Sebelum memutuskan, Tante Song mewawancarai kedua orang tuanya dengan serta membawa foto putri mereka. Jika sudah lulus seleksi pertama maka Tante Song akan melakukan cek fisik para gadis terpilih.
Nyonya Gu dan Tuan Gu adalah pasangan terakhir yang Tante Song wawancarai. Tante Song mengetahui jika mereka tidak memiliki Anak, tapi memiliki anak angkat yang bernama Rui.
Nyonya Gu, perlahan memberika selembar foto Rui kepada Tante Song. Dari melihat fotonya Tante Song melihat Rui, Tante Song jatuh hati dengan wajah malaikat Rui, namun karena mengingat kemiskinanya Tante Song meletakan foto tersebut di meja.
"Tuan, Nyonya," ujar Tante Song.
"Mohon Maaf aku harus menolak," ungkap Tante Song.
"Ini …" Tante Song merasa sedikit tidak enak hati.
"Ini adalah Tuan Muda dari Tong City, Ahli waris utama Keluarga Liu. Jadi aku tidak bisa sembarangan," jelas Tante Song.
Nyonya Gu dan Tuan Gu saling bertatapan dengan mata yang sendu. Mereka berpikir apa yang dikatakan Tante Song sangat benar, jika keluarga pria di desa mereka saja menolak Rui, lalu bagaimana dengan Tuan Muda dari Tong City.
"Maafkan aku!" ujar Tante Song seraya mengantar mereka berdua keluar.
"Jika ada yang cocok dengan Rui, aku pasti akan mengabari kalian," janji Tante Song.
"Baik terima kasih," jawab Nyonya Gu dengan suara lemas.
Mereka berdua kembali pulang dengan tangan dan hati yang hampa karena tidak membawa hasil yang baik.
Keesokan harinya Kakek Liu datang ke desa menemui Tante Song untuk menanyakan hasil seleksinya. Tante Song menunjukan beberapa foto dan biodata hasil dari wawancara Tante Song, dan yang telah lulus seleksi. Kakek Liu mengangguk-angguk pertanda puas.
"Baiklah atur pertemuan dengan mereka semua! siang nanti," perintah Kakek Liu.
Kakek Liu merasa udara di desa sangat sejuk, lalu memutuskan berjalan jalan. Kakek Liu pergi ke Arah sungai, Kakek Liu membetulkan kacamatanya agar bisa melihat lebih jelas gadis yang sedang memegang tombak kecil di tangannya.
Hari ini Rui menangkap ikan lagi untuk menu makan siang dan makan malam untuk dirinya dan ayahnya.
Kakek Liu terperanjat dengan gerakan tangan Rui yang begitu cepat, dan lebih terkagum lagi melihat benaran ada ikan yang tertangkap di ujung tombaknya.
Kakek Liu berjalan menghampiri Rui, "Gadis kecil!" Panggil Kakek Liu.
"Tuan besar!" sapa Rui yang melihat pakaian yang di pakai Kakek Liu begitu bagus.
Mu Tian Rui, menundukan kepalanya memberi hormat kepada Kakek Liu. Meski gadis desa namun Tuan Mu mendidik Mu Tian Rui dengan etika sopan santun yang ketat."Gadis ini terlihat polos dan sopan," pikir Kakek Liu."Apa kau sedang menangkap ikan?" tanya Kakek Liu."Ya, aku akan memasaknya untuk menu makan siang," jawab Rui."Siapa namamu?" tanya Kakek Liu."Mu Tian Rui?" Jawabnya."Ikan itu terlihat sangat segar, bolehkah aku juga mencicipinya!" pinta Kakek Liu.Demi menghormati yang lebih tua, Rui tidak berani menolak, meski jika Kakek Liu ikut makan siang dengan mereka itu artinya tidak ada lauk untuk makan malam."Deng
Rui berjalan pulang dengan masih penuh kelimbungan, "Menantu .... menikah," pikir Rui."Lalu bagaimana dengan ayah," pikir Rui lagi."Tidak aku tak ingin menikah," gumam Rui dalam hati.Rui memasuki rumah dengan hati lemas gundah. Tuan Mu memperhatikan ada sesuatu yang aneh."Ada apa ?" tanya Tuan Mu.Dengan tiba-tiba saja Rui memeluk Ayahnya, "hei ada apa ?" tanya lembut Tuan Mu."Aku sangat menyayangi Ayah," jawab Rui."Ya, ya Ayah tahu. Kau adalah putri kesayangan Ayah dan satu-satunya Harta Ayah," jawab Tuan Mu.Sementara itu di London, Zyan nampak tidak perduli dengan pengaturan pernikahannya.
Nyonya Gu yang mendengarnya merasa tak senang hati, lalu melabrak para gadis yang sedang membicaraka Rui miliknya."Hei kalian ini para gadis, menggosipkan orang seenaknya saja!" Ucap Nyonya Gu dengan marah."Hei Nyonya, apa yang kami ucapkan benar lho. Gadis miskin seperti Rui jika bukan karena memakai sihir lalu bagaimana bisa mendapatkan Tuan Muda Liu," jawab salah satu dari mereka."Kau …" pekik Nyonya Gu seraya ingin memukul gadis itu namun ditahan oleh Tuan Gu.Mereka pasti akan mati berdiri, jika saja tahu Mu Tian Rui hampir menolak lamaran itu, jika bukan karena tadi Nyonya membujuknya bisa jadi Mu Tian Rui menolak lamaran Keluarga Liu."Jika kalian bercermin dengan cermin dewa maka yang terlihat pasti bukan wa
Kakek Liu benar-benar ingin segera menimang cucu, Kakek Liu meminta kepala pelayan untuk memastikan baju-baju tidur untuk Rui semua baju tidur yang berpotongan seksi.Rui masuk ke kamar mandi di kamar mereka, lalu mulai membuka sendiri baju pengantin Tradisional yang berwarna merah itu.Rui menatapi dirinya di kaca, sungguh yang dia lihat hanyalah seorang pengantin yang tidak memiliki senyum indah bahagia karena baru saja menikah.Rui keluar dengan memakai kimono handuk untuk menutupi tubuhnya, Rui membuka lemari pakaian mereka, dan hanya melihat deretan baju tidur yang seksi.Rui terperanjat melihatnya, "ini …. tidak mungkin aku memakai baju yang kekurangan bahan seperti ini," pikir Rui.Rui menggigit bibirnya lalu melirik
Zyan melarang Rui, untuk tidak pergi kesungai lagi karena tak tahan membaca komentar-komentar netizen pria yang sangat memuji Rui karena cantik dengan kulit seputih salju. Kakek Liu meminta Rui menginap beberapa hari di rumah utama. Keseharian Rui di lalui dengan begitu natural seperti sudah bertahun-tahun lamanya mengenal Kakek Liu. Bahkan Zyan cucu kandungnya sendiri tidak sedekat ini. Rui memasak untuk Kakek Liu, Rui menemani Kakek Liu bermain catur. Bagi Kakek Liu orang yang pandai bermain catur adalah orang yang pandai berstartegi, paham kapan harus diam dan kapan harus menyerang. Ketika sedang bermain catur Kakek Liu memberi nasehat kepada Rui. "Pandai-pandailah menjaga diri," nasehat Kakek Liu. "Akan ada lebih bany
Rui pun pergi bersama Shi Jin, sementara Asisten Fu membawa Bibi Ye ke kediaman Zyan.Setelah mengantar Bibi Ye, Asisten Fu kembali keLiu Corporation dan melaporkan kepada Zyan bahwa Nyonya Muda memilih tinggal bersama siswi-siswi di penginapan mereka tanpa Bibi Ye.Zyan yang mendengarnya hanya diam dingin. Zyan berdiri mengambil jasnya, "Biarkan saja," ujarnya dan bergegas pergimeeting.Malam hari, sesampainya di Mansion. Zyan sudah mencium bau harum masakan Bibi Ye, "Tuan Muda!" sapa Bibi Ye."Makan malam sudah siap," ujar Bibi Ye."Emm …" jawab Zyan.Zyan menarik kursinya dan memulai makan malamnya sendiri di meja makannya yang besar itu.
Zyan menatapi kedua mata Rui yang nampak polos tersebut. Satu tahun menikah ini kali pertama mereka sedekat ini."Emm ..." gumam desah Rui lagi.Rui mensusutkan tubuhnya kepelukan Zyan, mau tak mau Zyan merasakan halus kulit istri yang sedang memelukinya ini."Tuan Muda Liu, apa kau benar-benar tidak menginginkanku?" tanya manja Rui."Jika enggan menikah, mengapa kau bersedia menikahiku dan mengambil kebebasanku," ujar Rui lagi."Apa kau ingin bebas?" tanya Zyan seraya menapuk dagu Rui, agar menatapnya. Rui mengelus lembut pipi Zyan dengan jarinya."Ya aku ingin bebas seperti dulu, mandi di sungai, bebas mengejar kupu-kupu, mencoba dedaunan yang bisa kujadikan makanan meski terkadang terac
Zyan mengetuk-ngetukan jarinya dimeja mahoni solidnya, "aku ingin dia tidak bisa berkuliah di universitas mananapun di tiongkok!" perintah Zyan kepada asisten Fu.Ingin mencoreng Rui, bagi Zyan itu sama saja ingin mengusik keluarga Liu.Ini sudah termasuk hukuman sekaligus pengampunan yang Zyan berikan. Hanya sekedar mendapatkan hukuman tidak bisa berkuliah di universitas manapun.Emilly terbujuk rayuan Qi Shan, karena dibutakan oleh kecemburuannya tehadap Rui yang terlihat dekat dengan Shijin. Emilly berpikir bahwa Qi Shan akan melindunginya jika terjadi sesuatu, namun tak disangka Qi Shan malah menghianatinya.Di rumah keluarga Ye, terang saja mereka marah karena kebodohan Emilly yang berani-berani menyinggung Keluarga Liu. Keluarga Ye memutuskan mengirim Emilly ke luar negri,