Share

MERAPAL MANTRA

Rui berjalan pulang dengan masih penuh kelimbungan, "Menantu .... menikah," pikir Rui. 

"Lalu bagaimana dengan ayah," pikir Rui lagi. 

"Tidak aku tak ingin menikah," gumam Rui dalam hati.

Rui memasuki rumah dengan hati lemas gundah. Tuan Mu memperhatikan ada sesuatu yang aneh.

"Ada apa ?" tanya Tuan Mu. 

Dengan tiba-tiba saja Rui memeluk Ayahnya, "hei ada apa ?" tanya lembut Tuan Mu. 

"Aku sangat menyayangi Ayah," jawab Rui. 

"Ya, ya Ayah tahu. Kau adalah putri kesayangan Ayah dan satu-satunya Harta Ayah," jawab Tuan Mu. 

Sementara itu di London, Zyan nampak tidak perduli dengan pengaturan pernikahannya. Zyan tetap sibuk mengurus Liu Corporation. 

"Tuan Besar sudah menemukan mempelai wanitanya," ujar Asisten Fu.

Zyan menghentikan gerakan penanya, tertegun sebentar lalu meneruskan pekerjaannya kembali. 

Asisten Fu yang melihat Tuannya tidak memberikan respon, segera menyimpan kembali berkas-berkas di tanganya. Jika Tuannya ingin tahu pasti sudah akan memintanya, jika Tuannya diam saja maka dia menganggap hal itu bukan sesuatu yang penting. Karena itu Asisten Fu menyimpan kembali berkas tentang Mu Tian Rui. 

Rui mengira bahwa apa yang dia dengar di kediaman Tante Song adalah salah dengar, karena sudah hampir seminggu tidak ada yang terjadi. Rui merasa lega hati, hari ini Rui kembali ke sungai untuk berburu ikan.

Setelah beberapa menit Rui pergi ke sungai, Tuan dan Nyonya Gu datang dengan tergesa. Tante Song memberitahu bahwa hari ini akan ada yang melamar Mu Tian Rui karena itu meminta mereka agar mendandani Tuan Mu dengan rapih. 

"Ada apa, dan apa yang kau bawa itu?" tanya Tuan Mu kepada Tuan Gu. 

"Nanti saja dijelaskan, aku membawakan pakaian untukmu. Ayo! Aku bantu kau memakainya," jawab Tuan Gu. 

Sementara Nyonya Gu ke dapur mempersiapkan snack dan menyeduh teh terbaik yang dapat dia beli dengan uangnya. 

Tuan Mu terlihat tampan dengan baju changsan, "bisakah kau katakan ini ada apa?" tanya Tuan Mu. 

Nyonya Gu nampak menata aneka snack makanan, ini adalah pertemuan pertama dua keluarga. 

"Dimana Rui?" tanya Nyonya Gu. 

"Berburu ikan," jawab Tuan Mu.

"Haissh, waktu sepenting ini dia malah berburu ikan. 

Namun Nyonya Gu tidak menyalahkan, karena Rui tidak mengetahui sama sekali perihal tentang lamaran ini.

Tak berapa lama, nampak mobil mewah berhenti di rumah Tuan Mu. Tante Song keluar dari mobil, lalu Kakek Liu dan beberapa tetua keluarga Liu juga ikut datang. Mereka membawa hadiah-hadiah yang sangat bagus dan banyak. 

Tuan Mu mengenali Kakek Liu, namun alangkah terkejutnya melihat Kakek Liu membawa aneka hadiah yang teramat banyak. 

"Ini ..." ujar Tuan Mu seraya menoleh kepada Tuan Gu. 

"Ya hari ini, keluarga Liu dari Tong City datang ingin melamar Mu Tian Rui," jawab Tuan Gu bersemangat. 

"Tuan Besar," sapa Tuan Gu dan Nyonya Gu, juga Tuan Mu. 

"Tuan, Nyonya," sapa mereka kepada yang lainnya. 

Beberapa tetua keluarga Liu melihat tuan Mu dengan tatapan ramah, beberapa lagi menatap dengan tatapan sinis. Namun ini adalah pilihan pewaris keluarga Liu karena itu mereka tidak bisa apa-apa selain menerima. 

Tante Song menyampaikan maksud kedatang keluarga Liu kepada Tuan Mu, dan sungguh ini membuat Tuan Mu sangat terkejut. Tuan Mu sangat memahami perbedaan antara keluarga Mu dan Keluarga Liu, itu adalah lingkaran keluarga yang tak pernah dia bayangkan untuk bisa memasukinya. 

Nyonya Gu menunggu Rui di depan pintu gerbang, melihat Rui datang dengan membawa keranjang hasil berburunya dan memetik dedaunan. 

"Haissh ..." ujar Nyonya Gu. 

"Ayo! Ikut aku," ujar Nyonya Gu. 

Nyonya Gu membawa Rui masuk dari jalan belakang, lalu segera membantunya untuk mandi dan berias diri. 

"Ma ..." panggil Rui dengan hati yang berdebar. 

Melihat mobil mewah terpakir di depan rumahnya, Rui mengetahui bahwa itu adalah Kakek Liu yang datang dengan membawa lamaran. 

"Ma," panggil Rui lagi dengan suara panik. 

Nyonya Gu mendudukan Rui di kursi yang ada di kamarnya, "ini adalah hari penting untukmu, jadi jangan membantah!" ujar Nyonya Gu. 

"Jangan memberi masalah kepada Ayahmu, jika kau menyayanginya," nasehat Nyonya Gu. 

"Mereka adalah keluarga yang tidak bisa kita singgung. Menolak lamarannya artinya menyinggung mereka," ujar Nyonya Gu, mengingatkan. 

"Tapi Ma ..." ujar Rui lagi. 

"Sayang dengarkan, Ayahmu sangat berharap kau bisa menikah dengan pria baik-baik. Jika kau sudah menikah maka Ayahmu barulah merasa sudah menjadi Ayah yang baik untukmu," ungkap Nyonya Gu. 

Rui "..." 

Melihat Rui terdiam, artinya Rui menyetujui lamaran tersebut. Nyonya Gu segera saja menyisir rambut panjang ikal Rui. 

Nyonya Gu membelikan Rui sebuah baju Hanfu modern. Dan itu terlihat sangat indah ketika dipakai oleh Rui. 

Nyonya Gu membawa Rui keluar bergabung dengan yang lainya, Kakek Liu merasa puas melihat Rui benar-benar menjelma menjadi wanita yang anggun dengan Hanfu modern tersebut. 

"Tuan Besar!" sapa Rui seraya menundukan kepalanya pertanda memberi hormat. 

"Tuan, Nyonya," Rui memberi hormat lagi kepada Tetua yang lainnya. 

Rui duduk di sebelah Ayahnya, melihat putrinya ini akhirnya Tuan Mu memberikan keputusannya. 

"Tuan besar aku akan menerima lamaran ini jika hanya putriku setuju. Kebahagian putriku lebih penting dari apapun," jelas Tuan Mu. 

"Rui!" panggil Tante Song. 

"Apa kau menerima lamaran ini?" tanya Tante Song. 

Rui menggigit bibirnya seraya memandangi Ayahny, Rui menangkap siluet sebuah keinginan dari kedua mata ayahnya itu. Rui menundukan kepalanya sejenak lalu melihat mereka semua dengan suara jelas Rui memberikan keputusannya. 

"Aku bersedia," jawab Rui. 

Kakek Liu tersenyum senang mendengar jawaban dari Rui, "jika begitu bersiaplah memasuki keluarga Liu," ujar Kakek Liu. 

"Dan mulai hari ini jangan panggil aku Tuan!" perintah Kakek liu. 

"Panggil aku Kakek," ujarnya lagi. 

"Baik, kakek," jawab Rui. 

Hadiah-hadiah sudah diberikan, mempelai wanita sudah setuju, Tuan Mu menyerahkan pemilihan tanggal, sepenuhnya diatur oleh keluarga Liu. 

Setelah Kakek Liu dan yang lainnya meninggalkan rumah Tuan Mu, barulah semuanya merasa lega, hanya Rui yang terlihat menangis. 

"Sudah- sudah jangan menangis lagi," hibur Tuan Mu seraya memeluk putrinya itu, menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan hatinya. 

 "Ayah ..." panggil Rui sambil terisak. 

"Jangan khawatir, masih ada kami yang akan menjaga ayahmu," ujar Nyonya Gu. 

"Jadilah anak yang penurut," nasehat Nyonya Gu. 

Rui hanya diam seraya masih meletakan kepalanya di pangkuan ayahnya. Dengan lembut Tuan Mu mengusap puncak kepala putrinya tersebut. 

Tuan dan Nyonya Gu, kembali pulang dengan perasaan senang. Ingin merayakan kebahagian mereka memutuskan memakan mie pedas di kedai mie. Ketika mereka masuk mereka malah mendengar desas- desus yang sedang membicarakan Rui mereka. 

"Aku yakin anak itu memakai sihir, bukankah dia selalu pergi ke hutan. Pasti disana dia sedang merapal mantra," ujar mereka. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status