Rui pun pergi bersama Shi Jin, sementara Asisten Fu membawa Bibi Ye ke kediaman Zyan.
Setelah mengantar Bibi Ye, Asisten Fu kembali ke Liu Corporation dan melaporkan kepada Zyan bahwa Nyonya Muda memilih tinggal bersama siswi-siswi di penginapan mereka tanpa Bibi Ye.
Zyan yang mendengarnya hanya diam dingin. Zyan berdiri mengambil jasnya, "Biarkan saja," ujarnya dan bergegas pergi meeting.
Malam hari, sesampainya di Mansion. Zyan sudah mencium bau harum masakan Bibi Ye, "Tuan Muda!" sapa Bibi Ye.
"Makan malam sudah siap," ujar Bibi Ye.
"Emm …" jawab Zyan.
Zyan menarik kursinya dan memulai makan malamnya sendiri di meja makannya yang besar itu.
Sementara Rui, menghabiskan makan malam yang ceria di salah satu restoran di London bersama dengan Shi Jin dan yang lainnya.
Rui merasa sangat senang, bisa mendapatkan masa-masa seperti sekolah, masa-masa yang tidak dia pernah rasakan. Senyuman tidak pernah terlepas dari wajah Rui.
Beberapa siswa-siswi yang ikut study tour kali ini ada beberapa siswa-siswi pertukaran internasional. Mereka sanggat berpikiran terbuka, sangat menghargai Rui ditambah ketika mereka mengetahui kepandaian Rui bermain catur mereka pun menjadi kagum kepada Rui.
Keesokan paginya, mereka ada jadwal mengunjungi pameran lukisan. Rui memandangi salah satu lukisan yang terlihat abstrak bagi yang lain.
bagi yang lain bentuknya tidak dikenali, bentuknya abstrak tidak berhubungan dengan bentuk apapun yang pernah dilihat, namun jika diamati akan terlihat seperti sesuatu. Dan Rui dapat melihat hal ini.
"Apa yang kau lihat di lukisan ini?" tanya Shi Jin.
"Lukisan ini merupakan gabungan dari berbagai unsur dasar. Garis Lengkung merupakan unsur dasar pada lukisan ini," jawab Rui.
"Garis ini memberi karakter ringan, dinamis, kuat, dan melambangkan kemegahan, kekuatan, dan kedinamisan," jawab Rui lagi.
"Terkadang guratan pensil yang menghasilkan sebuah lukisan sebenarnya sedang menceritakan bagaimana diri kita dalam bentuk versi lain selain versi kalimat," jawab Rui.
Semua yang mendengarnya bertepuk tangan dan memuji pola pikir Rui. Setelah selesai melihat-lihat lukisan, mereka pun pergi menuju detinasi selanjutnya.
"Direktur Ji!" Sapa penanggung jawab pameran lukisan ini.
Zyan masih tertegun karena mendengar jawaban Rui tadi. Rui tidak menyadari Jika Zyan ada tak seberapa jauh darinya, dan mendengar penjelasan Rui tadi.
Zyan memandangi lukisan yang di komentari Rui tadi dengan lekat-lekat merasa lukisan ini cocok dengan dirinya berdasarkan gambaran yang Rui tadi sebutkan, Zyan pun memutuskan membeli lukisan tersebut.
"Aku ingin yang ini!" perintah Zyan.
Zyan berjalan keluar, wajah Zyan nampak cemberut melihat Rui nampaknya senang dikelilingi oleh pria-pria asing yang mengaguminya. Di sebelahnya nampak selalu ada Shi Jin yang mendampinginya.
"Apakah itu Shi Jin?" tanya Zyan kepada Asisten Fu.
"Dia adalah Lin Shi Jin, guru yang selama enam bulan ini mengajari Nyonya Muda," jawab Asisten Fu.
"Nampaknya dia telah lupa telah memiliki suami," pikir Zyan.
"Bawa Nyonya pulang ke mansion!" perintah Zyan.
"Baik Tuan," jawab asisten Fu.
Malam harinya para siswi memiliki agenda jalan-jalan sendiri, salah satu siswi memaksa Rui ikut bermain bersama mereka. Karena tak enak menolak Rui pun mengikuti ajakan Emilly Ye.
"Aku telah berhasil mengajak Rui," isi pesan Emilly kepada Qi Shan.
"Bagus, jangan lupa berikan obatnya!" perintah Qi Shan.
"Tenanglah, malam ini akan tamat riwayatnya," jawab Emilly.
"Bagus, kau memang teman terbaik-ku," puji Qi Shan.
Para wanita pergi ke klub malam, ini adalah kali pertama Rui pergi ke tempat ini, Rui merasa asing musik yang berdentang kencang memberikan rasa degup yang aneh di hatinya.
"Ayolah! kita nikmati saja malam ini jangan pikirkan hal apa-apa, tos!" ujar Emilly seraya mengangkat gelas berisi alkoholnya.
Emilly mengetahui bahwa Rui tidak meminum alkohol, karena itu Emilly memesankan segelas Orange Juice untuk Rui.
"Minumlah, aku tahu kau tidak minum alkohol," ujar Emilly dengan tersenyum.
Tanpa curiga, Rui pun meminum orange juice yang diberikan oleh Emilly.
Tak berapa lama, Rui nampak merasakan sedikit pusing, Rui berdiri dengan sambil mengumpulkan kekuatannya. Terbiasa teracuni sedari kecil maka Rui masih bisa menahan pusing di kepalanya.
"Aku …. aku kembali lebih dulu ya," ujarnya kepada yang lain.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Emilly.
"Hanya sedikit pusing," jawab Rui.
"Jika begitu aku akan mengantarmu mencari taksi," ujar Emilly.
Emilly memapah Rui, lalu menyerahkan Yuri kepada seorang pria asing, "Lakukan tugasmu dengan baik!" perintah Emilly.
Rui sudah dalam keadaan setengah sadar, "siapa kau?" tanya Rui.
"Kita akan bersenang-senang malam ini," jawab pria tersebut.
"Aku ..." ujar Rui terbata.
"Aku tidak mau! lepaskan aku," ujar Rui meronta dengan tenaga kecilnya itu.
"Lepaskan dia!" terdengar suara tegas nan dingin.
pria itu menoleh, dan melihat wajah oriental yang sedang menatapinya dengan tatapan membunuh.
"Siapa kau? ini wanitaku, jangan ikut campur," ujar pria tersebut.
Wajah asisten Fu menggelap, jelas-jelas ini Nyonya mudanya, tapi pria di depannya ini malah mengakui bahwa Nyonya-nya adalah miliknya.
"Lepaskan tanganmu darinya!" ujar asisten Fu lagi.
"Kau ingin berebut denganku?" tanya pria itu.
"Baik jika begitu, jangan menyesal," ujar pria itu dengan angkuh.
Pria asing tersebut meletakan Rui di samping mobilnya, lalu mulai memukul asisten Fu. Dengan cepat asisten Fu menghindar lalu merobohkan pria asing tersebut hanya dengan beberapa gerakan saja.
"Ini .... mengapa terasa panas sekali," gumam Rui.
Asisten Fu segera memapah Rui dan memasukannya ke dalam mobil. Dengan cepat Asisten Fu menuju ke Mansion. Asisten Fu sedikit panik karena di kursi belakang nampak Nyonya mudanya sudah mulai terpengaruh oleh obat.
"Ini panas sekali ..." ujar Rui seraya membuka kancing kemejanya satu persatu.
Asisten Fu segera menurunkan tirai mobilnya, sehingga tertutuplah pemandangan indah di kursi belakang. Sesampainya di Mansion, asisten Fu segera masuk kedalam dan menuju ruang kerja Zyan.
"Tuan!" ujar asisten Fu.
"Apa sudah membawa Nyonya?" tanya Zyan.
"Sudah, tapi ..." ujar Asisten Fu meragu.
"Ada apa? katakan!" ucap Zyan.
"Sebaiknya Tuan yang membawanya masuk," jawab asisten Fu.
Zyan mengernyitkan alisya memandangi Asisten Fu, ini pertama kalinya asisten Fu menolak perintahnya. Zyan pun berdiri untuk melihat apa yang terjadi pada Rui.
Zyan membuka pintu mobilnya dan terperanjat melihat tubuh putih Rui yang terkspos, wajah yang memerah dan suara desahan yang mendayu-dayu.
"Emmm .... ssssh ...." gumam Rui.
"Dia diberi obat," pikir Zyan seraya menutup pintu mobilnya.
"Kau ..." gumam Rui
"Suami ..." gumam Rui lagi seraya tertawa kecil.
"Pakai bajumu!" perintah Zyan.
"Tidak mau!" Jawab Rui membangkang.
Rui melingkarkan tangannya ke leher Zyan, "kau ini suamiku, namun tidak pernah menyentuhku," ujar Rui memandangi Zyan dengan mata berbinar dari jarak yang sangat dekat sehingga keduanya bisa merasakan nafas masing-masing.
Zyan menatapi kedua mata Rui yang nampak polos tersebut. Satu tahun menikah ini kali pertama mereka sedekat ini."Emm ..." gumam desah Rui lagi.Rui mensusutkan tubuhnya kepelukan Zyan, mau tak mau Zyan merasakan halus kulit istri yang sedang memelukinya ini."Tuan Muda Liu, apa kau benar-benar tidak menginginkanku?" tanya manja Rui."Jika enggan menikah, mengapa kau bersedia menikahiku dan mengambil kebebasanku," ujar Rui lagi."Apa kau ingin bebas?" tanya Zyan seraya menapuk dagu Rui, agar menatapnya. Rui mengelus lembut pipi Zyan dengan jarinya."Ya aku ingin bebas seperti dulu, mandi di sungai, bebas mengejar kupu-kupu, mencoba dedaunan yang bisa kujadikan makanan meski terkadang terac
Zyan mengetuk-ngetukan jarinya dimeja mahoni solidnya, "aku ingin dia tidak bisa berkuliah di universitas mananapun di tiongkok!" perintah Zyan kepada asisten Fu.Ingin mencoreng Rui, bagi Zyan itu sama saja ingin mengusik keluarga Liu.Ini sudah termasuk hukuman sekaligus pengampunan yang Zyan berikan. Hanya sekedar mendapatkan hukuman tidak bisa berkuliah di universitas manapun.Emilly terbujuk rayuan Qi Shan, karena dibutakan oleh kecemburuannya tehadap Rui yang terlihat dekat dengan Shijin. Emilly berpikir bahwa Qi Shan akan melindunginya jika terjadi sesuatu, namun tak disangka Qi Shan malah menghianatinya.Di rumah keluarga Ye, terang saja mereka marah karena kebodohan Emilly yang berani-berani menyinggung Keluarga Liu. Keluarga Ye memutuskan mengirim Emilly ke luar negri,
Rui membuka kotak coklat tersebut, lalu mengambil satu bungkus dan membukakannya untuk Tuan Mu. Rui menyuapi Tuan Mu."Enak tidak?" tanya Rui.Tuan Mu mengangguk dan tersenyum, Bibi Ye menperhatikan gerak-gerik ayah dan anak, dan semakin mengerti mengapa Kakek Liu memilihnya menjadi menantu ahli waris utama keluarga Liu."Ayah!" panggil Rui."Kakek mengijinkan aku menginap tiga hari disini," ujar Rui sambil memeluki Ayahnya itu."Ya, ya Ayah sangat senang kau ada di sini," ujar Tuan Mu.Tak berapa lama Tuan dan Nyonya Gu datang untuk melihat Rui. Rui segera saja berhambur kepelukan Nyonya Gu."Aiyooo …" ujar Nyonya Gu.
Rui segera mengabarkan tentang keputusannya, menerima tawaran dari Feng Chen. Mendengarnya tentu Feng Chen sangat senang."Baik jika begitu esok datanglah ke kantor," ujar Feng Chen."Baik, aku akan melakukan yang terbaik," jawab Rui.Rui pun merasa senang, lalu bergegas pergi ke pusat perbelanjaan, Rui membeli beberapa helai pakaian kerja. Sebelum Rui kembali keTong City, Asisten Fu memberikan sebuah Black Card untuk Rui.Rui memandangi kartu Black Card di tangannya. Dari majalah Rui membaca ini adalah kartu tanpa batas. Rui lalu mencari Butik yang terlihat mahal.Kartu ini tidak bisa dipakai jika hanya membeli baju seharga 100 yuan (dua ratus ribu rupiah).Rui memasuki butik paling mewah yang ada di pusat perbelanjaan tersebut. Dan mulai melihat-lihat pakaian kerja yang terpajang
Zyan melemparkan ponselnya ke meja, dan memilih berendam air panas untuk menyegarkan tubuhnya, Zyan memakai piyamanya dan memilih tidur lebih awal.Tengah malam Rui baru kembali ke rumah utama, kamar nampak gelap remang-remang namun Rui tidak berani menyalakan lampu. Rui perlahan masuk ke kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi dengan sangat pelan karena takut membangunkan Zyan.Setelah itu Rui perlahan naik ke ranjang mereka dan tidur di sebelah Zyan. Ini kedua kalinya mereka tidur satu ranjang.Zyan menyadari kehadiran Rui namun memilih tetap menutup matanya, aroma mint dari tubuh Rui menyeruak ke penciuman Zyan seakaan melumpuhkan semua syaraf-syaraf di tubuhnya.Jika Zyan bersusah payah untuk bisa tidur kembali, maka Rui sudah terlelap dengan sangat nyenyak karena kelelahan.Di pagi hari, Rui terbangun dan melihat
Zyan meletakan kembaliHair drayer tersebut di laci dan kembali bersibuk dengan berkas pekerjannya.Rui menatapi Zyan dari kaca meja riasnnya dengan tetap mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang ada di tangannya.Rui berdiri, dengan masih membawa handuk kecil di tangannya, Rui pergi ke kamar tamu dan merebahkan dirinya disana.Dirinya enggan tidur seranjang dengan pria yang bahkan menganggap keberadaannya tidak lebih penting dari seekor puddle.Zyan menatapi pintu kamarnya, melihat nampaknya Rui tidak akan kembali ke kamar mereka maka Zyan pun mematikan lampu diatas nakas dan mulai tertidur.Di pagi hari Rui terbangun dan melihat Kakek Liu berdiri disamping ranjangnya sambil bersedekap.
Acara selesai tengah malam, Direktur Feng dan Helen mengantar Rui ke rumah utama. Rui terlihat mabuk mabuk, Zyan masih bekerja di ruang kerjanya, melihat ada mobil yang datang, Zyan pun langsung saja pergi untuk keluar.Helen memapah Rui namun tak seimbang, Direktur Feng dengan segera menangkap tubuh Rui."Aiyoo .... Direktur Feng kau sangat tampan," ujar Rui maracau.Zyan langsung saja membuka pintu dan melangkah cepat kearah Rui, Zyan mengambil tubuh Rui dari pelukan Feng Chen."Aaaah lepas," ujar manja Rui."Direktur Feng," panggilnya lagi dengan suara sendu."Masuk!" perintah Zyan kepada Rui."Tidak mau! jawab Rui membangkang
"Ok," jawab Rui tersenyum.Ini adalah malam terkahir mereka tidur dalam satu kamar. Kakek Liu mengijinkan mereka tinggal di luar rumah utama, karena Rui ikut membantu Zyan membujuk Kakek Liu.Rui hanya perlu membawa tas berisi barang-barang pribadinya saja, sepulang bekerja supir langsung membawa Rui ke rumah barunya.Rui membuka pintu seraya mengehela nafas panjang, Rui membawa tasnya dan meletakannya di sofa. Rui meminta tidak ada pelayan tetap, hanya mereka berdua saja. Pelayan hanya akan datang di pagi hari untuk bersih-bersih. Sementara untuk hal memasak Rui yang akan melakukannya. Semakin sedikit yang mengetahui mereka tidur terpisah maka semakin baik. Rui melihat-lihat rumah barunya, rumah ini didominasi warna hitam dan putih.Rui mengambil tasnya dan membawanya masuk ke kamar,