"Jadi, sayang hari ini pake baju yang Mas beliin saat kita kencan pertama?"
"Ah, bukan kencan," jawab gue tidak setuju. "Kita hanya kebetulan jalan bareng. Mana ada kencan jalan sendiri-sendiri. Mas di depan Salsa di belakang gandengan sama tas?" Gue keluarin keluh kesah
Mas Alvin ketawa, "Iya. Saat itu 'kan kita belum terlalu akrab. Maaf, Mas masih kaku sama Salsa waktu itu." Mas Alvin raih tangan gue. Digenggamnya. "Aneh, ya, kita, yang. Dah kenal dari kecil tapi gak akrab taunya sekarang kita suami istri? Memang takdir selucu itu."
"Iya, Mas. Salsa aja gak nyangka bakal jadi istri Mas. Cowok yang paling Salsa benci." Ungkapkan saja isi hati gue yang sebenarnya. "Mas kenapa sih dulu dingin banget sama Salsa?" Gue serius natap Mas Alvin yang sedang fokus mengemu
Halo, teman-teman. Cuma mau ngasih tau, ke depannya, cerita ini tidak tiap hari up ya, akan jarang up. Tapi tenang, akan tetap lanjut kok sampai tamat. In sya Allah. Minta doanya, ya. Salam hangat dari Elle🤗
"Assalamualaikum, istrinya Mas. Maaf, ya, Mas gak bisa jemput dan juga gak bisa jalan bareng. Ada kerjaan mendadak. Salsa pulang pake taksi, ya. Hati-hati di jalan." Bolak balik gue baca pesan dari Mas Alvin. Dada terasa sesek dapat pesan itu dari Mas Alvin. Dah tau sesak tapi gue tetap baca bolak balik dan tidak gue bales. Hati gue yang menolak kalau Mas Alvin tidak ada hubungan spesial sama Kak Meysha, kini goyah dan sedikit percaya jika Mas Alvin punya hubungan spesial dengan Kak Meysha. Gimana gue gak jadi curiga sama laki gue? Baru tadi pagi dia bilang akan jemput dan kencan. Untuk menggantikan kencan yang waktu lalu. Kini dia bilang tidak bisa karena ada urusan mendadak. Feeling gue, Mas Alvin bohong. Dia tidak ada kerjaan mendadak. Ini terjadi karena tadi pagi Mas Alvin ketemu dengan Kak Meysha di parkiran. Apakah Kak Meysha dan Mas Alvin awalnya pacaran lalu karena Mas Alvin dijodohin sama gue, mereka jadi putus? Ap
Sampai di depan lobi, gue langsung telpon Mas Alvin. Di dering kedua panggilan diangkat. "Halo, assalamualaikum," jawab Mas Alvin dari sana. "Iya, halo. Wa'alaikumusallam," sahut gue berusaha bernada biasa. "Ada apa? Salsa di mana? Dah jalan pulang?" "Ini Salsa lagi pesen taksi." Gue gigit jari menahan gejolak amarah yang minta diluapkan. "Oh, hati-hati di jalan. Tunggu Mas di rumah, ya?" "Iya. Sekarang Mas di mana? Di rumah sakit kah?" "Iya, Mas di rumah sakit sedang gantiin teman yang sedang seminar."
Pas gue udah memasuki halaman rumah, tubuh gue terpaku bersamaan dengan gejolak amarah memanas saat mata melihat Mas Alvin sedang bersama nyokap di teras rumah. "Lah, itu Salsa," teriak nyokap saat liat gue. Mas Alvin tersenyum ke arah gue, cuma gak gue bales. Gue jalan menghampiri mereka. "Sayang habis ke mana, kenapa nomornya gak aktif?" tanya Mas Alvin langsung yang gak gue tanggepin justru gue malah nyapa nyokap doang. Menganggap tidak ada orang lain selain gue dan nyokap. "Hei, Bu," sapa gue sambil raih tangan nyokap untuk disalim. "Kamu ditanya sama suami habis ke mana, jawab dong, Nak," ujar nyokap.
PoV Alvin Hai, aku kembali lagi dan mau cerita lagi. Saat aku sedang duduk di sofa ruang tamu di rumah, lagi menunggu Salsa pulang, tiba-tiba Salsa nelpon. Aku angkat telepon dia dan betapa kagetnya saat tiba-tiba Salsa mematikan sambungan telepon setelah tanya aku di mana. Aku khawatir, takut ada hal buruk menimpanya. Sama sekali aku tidak kepikiran kalau dia marah sama aku karena tidak jadi jalan bareng dia. Pikiranku memang sedang terbagi-bagi. Sedang tidak terlalu fokus. Langsung saja aku meluncur ke kampusnya Salsa. Sampai sana aku tidak menemukan Salsa. Aku makin khawatir, mana aku tidak punya nomornya teman-teman Salsa. Aku datang ke rumah mertua, berharap Salsa ada di sana. Nyatanya tidak ada. Aku makin panik, gelisah tak karuan tapi untungnya aku bisa pasang ekspresi wajah biasa di hadapan mertua. Aku tidak mau mertua ikut khawatir. Namun saat aku mau pamit pulang, tiba-tiba gerbang terbuka dan menampakkan istriku. Detik itu juga hatiku terasa plong. Senyum lebar ku
PoV Salsa Hai, guys. Hehe, bertemu lagi dengan gue, Salsabila. Gue tuh gak nyangka banget kalau Mas Alvin sebaik itu. Dia beliin gue mobil impian. Mobil, pemirsa. Coba bayangin, mobil impian gue! Nyokap gue aja gak mau beliin mobil karena trauma, takut gue kayak bokap. Namun, Mas Alvin pengertian banget. Dia kayak tau sebenernya gue juga pengen punya mobil pribadi, khusus buat gue, seperti teman-teman gue yang lain. Sayangnya karena ketakutan nyokap, buat gue harus menerimanya. Lalu sekarang gue dapat mobil tanpa harus nunggu gue udah kerja dulu? Ini sesuatu banget bagi gue. Gue yang berpikir akan beli mobil nanti setelah udah cari uang sendiri, nyatanya Allah baik banget, mengirim hambanya yang amat baik untuk gue. Makasih, Ya Allah. Gue terharu banget, sumpah. Pokoknya gue sangat-sangat bahagia tapi gue sangat merasa bersalah sudah menuduh Mas Alvin dan udah marah di hadapan dia. Sebagai tanda maaf dan tanda terima kasih, gue malam ini berdandan cantik dan juga berpakain s
Gue terbangun karena bunyi hp yang cukup keras. Langsung aja gue raih hp yang berada di atas nakas dan ternyata hp gue berbunyi karena alarm. Langsung aja tak matiin terus gue tidur lagi karena masih ngantuk berat. Toh, nanti kalau Mas Alvin pulang dari masjid, dia akan bangunin gue. Jadi lumayan bisa tidur sebentar.Pintu digedor-gedor terus yang membuat gue terbangun dari tidur. Gue heran kenapa Mas Alvin harus gedor-gedor pintu. Kenapa gak masuk aja terus bangunin gue dengan lembut seperti biasa? Perasaan pintu gak gue kunci deh.Gue milih pura-pura gak denger gedoran pintu biar Mas Alvin masuk terus bangunin gue dengan penuh kasih sayang.Baru aja mau pura-pura masih tidur, di luar sana terdengar suara Mbak Diah. Jelas gue heran dong, kenapa yang gedor-gedor Mbak Diah? Langsung aja gue bangun, dengan gontai jalan menuju pintu.Benar adanya kalau yang gedor-gedor ternyata Mbak Diah bukan Mas Alvin. "Mbak Diah?" kata gue kaget.Mbak Diah tersenyum. "Neng baru bangun?" tanya Mbak Di
Kata Mas Alvin, dia akan pulang jam tigaan. Karena jam tiga gw udah ada di rumah, jadinya gw nungguin kepulangan Mas Alvin di ruang Tv. Dan benar saja, jam tigaan Mas Alvin udah pulang.Langsung aja gw sambut kepulangan suami gw yang ganteng banget itu dengan senyuman hangat."Assalamualaikum," salam Mas Alvin saat baru buka pintu rumah."Wa'alaikumussalam, suaminya Salsa." Gw langsung meraih punggung tangannya untuk disalim lalu langsung mengalungkan tangan di leher Mas Alvin.Muach!Ah, oh my God. Terus saja seperti ini kalau dikecup manja sama Mas Alvin, jantung gw langsung berdetak kencang. Padahal yang dikecup kening tapi efeknya sangat luar biasa.Kami berpelukan mesra beberapa menit sebelum Mas Alvin ngajak gw untuk duduk."Mas pasti capek banget, ya? Mau dibikinin minum apa?" tanya gw lembut dan penuh kasih sayang. Walaupun gw anak nakal, tapi soal pelayanan untuk suami, akan gw beri yang sangat baik. Apalagi pelayanan di atas ranjang, tanpa ragu pasti gw akan memberikan yang s
PoV Alvin Hai, aku balik lagi. Mau cerita soal pernikahanku sama Salsa yang sudah berjalan tiga bulan lebih tapi tanpa adanya cinta di dalamnya.Ya, seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya. Hari-hariku selalu dihantui rasa bersalah sama Salsa, Meysha, mertuaku, dan ibuku.Aku sampai bingung sendiri gimana caranya buat ngilangin rasa bersalah ini. Aku ingin hidupku bahagia lagi seperti sebelum menikah. Setelah menikah hidupku banyak tipuannya, pura-pura bahagia di depan orang sekitar.Hari ini hari terakhir Salsa masuk kampus sebelum liburan akhir semester tiba dan itu artinya setelah itu kami berdua mau pergi liburan, lebih tepatnya pergi berbulan madu. Harusnya aku senang karena mau liburan, bisa melepas penat, tapi yang kurasakan malah tertekan.Salsa yang mahir menggoda, membuatku takut lepas kendali. Selama ini aku sudah frustasi sendiri menghindari Salsa supaya kami jarang berhubungan suami istri. Ini malah mau pergi berbulan madu yang artinya aku tidak boleh menghindar dem