Share

5. Dibangunin

Ngerasa ada yang beda hari ini, deh. Biasanya, nyokap kalau bangunin gue tuh dengan suara keras dan menggoyangkan tubuh gue lalu buka gorden yang bikin mata gue silau.

Mba pun begitu. Kalau misal nyokap sibuk atau sudah berangkat, beliau bakal nyuruh mba bangunin gue. Mba kalau bangunin gue, ya emang gak bersuara keras tapi dengan penuturan kata lembut, "Kak bangun, Kak udah siang. Kata Ibu ...." Mba akan jelaskan apa yang nyokap perintah.

Misal, " Kata Ibu, Kakak mau kuliah. Nanti telat. Ayo bangun." Atau apa lah. Setelah itu mba buka gorden lalu berucap lagi bangunin gue.

Di sini emang gitu, ya. Maksud gue, emang mbak kalau manggil gue itu "kakak" bukan "non". Karena nyokap yang nyuruh. Lebih enak kata nyokap kalau manggil gue kakak dari pada non.

Namun, kali ini yang bangunin gue beda. Tanpa bersuara hanya ada goyangan lembut di lengan gue dan gue ngerasa nyokap atau mba, duduk di tepi ranjang.

"Hmmm," gumam gue tanpa berniat bangun, malah narik selimut lebih ke atas.

"Bangun, sudah siang. Bukankah kamu mau ke kampus."

"Jam berapa sekarang?" tanya gue tanpa ngebuka mata. Gue masih ngantuk berat.

"Jam 8 lebih 20."

"Ah, masih jam segitu. Aku berangkat jam 10, kelas mulai jam 11. Nanti bangunin aku lagi jam 9 lebih aja, ok?" sahut gue bergumam lalu lebih memilih meringkuk. Mau lanjut tidur.

"Bangun sekarang atau tidak usah bangun sama sekali."

Eh, tunggu. Kok suaranya kaya berat gitu ya? Kaya bukan suara cewe. Gue membalikan badan jadi terlentang lalu memicingkan mata sedikit.

Demi apa? Gue terlonjak kaget. Benar, bukan nyokap atau mba tapi Mas Alvin. 

Walau Mas Alvin tidak menghadap ke arah gue, dia menghadap ke samping. Gue yakin itu Mas Alvin, garis wajah bagian samping dan postur tubuhnya meyakinkan kalau itu memang Mas Alvin.

Sumpah, ini beneran? Gue lagi gak mimpi 'kan?

Gue langsung bangkit lalu duduk di atas ranjang sambil mengamati kalau itu beneran Mas Alvin. Rasa kantuk seketika hilang.

Apa gak cukup kemarin waktu gue dihabisin sama dia? Kenapa sekarang segala muncul dalam mimpi gue?

Detik berikutnya gue langsung nepuk-nepuk keras pipi gue. Meyakinkan kalau ini hanya mimpi, tapi pipi gue terasa sakit.

Jadi, beneran ini bukan mimpi?

Mas Alvin bangkit lalu ngebuka gorden membuat sinar mentari masuk lewat pantulan kaca.

"Lihat, sudah siang. Anak gadis jam segini baru bangun!"

"Ibu mana? Kenapa Mas ada di sini?" Alih-alih menggubris perkataan Mas Alvin, gue malah bertanya.

"Tante sudah berangkat sendari pagi, makanya Mas yang bangunin kamu."

Aish, sejak kapan Mas Alvin datang? Kenapa nyokap gak nyuruh mba aja yang bangunin gue? Kenapa harus Mas Alvin segala? Ahh, ngeselin!

Gue menenggelamkan wajah ke dalam batal yang baru gue ambil di atas pangkuan.

"Buruan mandi. Mas tunggu di bawah!" Nada ucapannya terdengar tidak enak. Gak ada lembut-lembutnya

Gue mengangkat kepala lalu mengagguk. Walau sebenarnya enggan. 

Setelah itu Mas Alvin langsung jalan ke luar dari kamar gue. Menghilangnya tubuh Mas Alvin, gue yang merasa frustasi mengacak-ngacak rambut sendiri, menjejak-jejakan kaki dengan keras di ranjang.

"Kenapa dengan Mas Alvin? Kenapa dia seperti itu? Jalani saja dulu, tapi gak harus sampai seperti ini! Apa harus dia pagi-pagi sudah datang gangguin gue?" 

Saat gue lagi bergumam seperti itu dengan gerakan tubuh frustasi, tiba-tiba gue denger suaranya Mas Alvin, "Siapa yang nyuruh kamu bertingkah seperti itu? Apa kamu tidak dengar Mas nyuruh kamu apa?" 

Otomatis gue berhenti bertingkah lalu menoleh ke asal suara, Mas Alvin sedang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah datar tanpa ekspresi.

Gue cuma nyengir memamerkan gigi rapi gue dengan raut wajah cengengesan, " Hee, iya, ini Salsa baru mau mandi." Gue gerak-gerakin tangan kanan saat berucap dan selesai berucap langsung menurunkan kaki ke lantai dengan perlahan terus langsung berdiri.

"Mas keluar aja, nunggu di bawah. Nanti kalau Salsa sudah selesai, pasti Salsa ke bawah," pinta gue tersenyum sambil jalan menuju kamar mandi yang ada di sudut kamar. Gue sengaja nyuruh Mas Alvin karena takut liat wajah dinginnya yang seakan membekukan tubuh aktif gue.

"Mas akan turun kalau kamu sudah masuk kamar mandi!"

Astaga, mimpi apa gue semalam? 

"Ahh, begitu? Baik." Gue langsung ngibrit masuk kamar mandi dengan sangat terpaksa.

Hilang semua rasa semangat untuk hari ini. Tergantikan dengan rasa malas untuk beraktivitas 

Sengaja gue lama-lamain, dari mandi, milih baju mau pakai yang mana plus ganti bajunya pun lama. Dan pake skin care rutin, bermake up, semuanya sengaja gue lama-lamain.

Untuk apa coba? Berharap saat gue turun Mas Alvin sudah tidak ada. Dia 'kan dokter. Harusnya 'kan waktunya padat untuk bekerja di rumah sakit, jadi gue berharap saat turun Mas Alvin sudah pergi ke kerjaannya atau ke mana kek. Yang penting sudah tidak ada di rumah ini.

Kayaknya harapan gue terkabul deh, saat gue sedang turun di tangga, gue mengedarkan pandangan mencari keberadaan Mas Alvin dan gue gak lihat adanya Mas Alvin.

Bersinar kembali semangat gue, senyuman cerah pun gue lukisan 'kan untuk membingkai wajah gue di pagi ini.

Walau gue gak denger suara gerbang dibuka, gue yakin, mungkin Mas Alvin pergi saat gue sedang di kamar mandi. Jadi, gue gak denger suara gerbang.

Sambil turun menyelesaikan anak tangga yang masih tersisa beberapa biji lagi sampai lantai bawah, gue nyanyi dan joget-joget bahagia.

Akhirnya bisa terbebas dari manusia es, yang entah dinamakan berperan sebagai apa akhir-akhir ini? Kaka, ajudan, atau pengganggu?

Tapi tiba-tiba ....

"Mas Alvin," gumam gue saat baru sampe menepakkan kaki di lantai bawah.

Seketika senyum dan kebahagiaan gue lenyap kembali, permisah. Saat gue lihat Mas Alvin baru ke luar dari kamar tamu dengan pakaian formalnya.

"Kenapa Mas Alvin ke luar dari kamar itu?" tanya gue dalam hati.

Sedetik kemudian otak gue mengingat pakaian apa yang Mas Alvin pakai saat bangunin gue. 

Gue masih sangat ingat sekali pakain apa yang dipakainya. Ingatan gue masih tajam. Mas Alvin saat tadi hanya pakai celana pendek warna putih dan kaos oblong warna hijau. 

Lalu sekarang Mas Alvin pakai baju formal? 

Detik itu juga otak gue dipenuhi banyak pertanyaan. Apakah Mas Alvin semalam tidur di rumah ini? Benarkah semalam Mas Alvin tidak pulang? 

Nggak! Nggak mungkin Mas Alvin tidur di rumah ini tanpa ibunya, Tante Wanda. Seumur-umur, selama ini, hal itu belum pernah terjadi.

Baik Mas Alvin maupun Mas David bila tidur di sini selalu bersama Tante Wanda. Itu pun bila ada acara. Selain itu belum pernah terjadi hal itu.

Nggak mungkin 'kan Mas Alvin tidur di sini? Ya, nggak mungkin!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status