Share

Bab 5

"Al, masih pagi Kenapa muka loe sudah lecek gitu sih, gue setrika juga muka lu lama-lama." kata Dion yang saat ini sedang berada di dalam lift bersamaku.

"Tahu ah, Pusing gue Yon, pagi ini Kania ada acara di sekolahnya, gue diminta Kania datang, tapi lu kan tahu kalau hari ini ada rapat jajaran komisaris."

"Lah yang rapat kan pak bos, kenapa loe yang pusing." Sekilas menoleh ke arah pria jangkung yang tiba-tiba hadir tanpa di undang. Begini nih kalau punya teman otaknya pindah ke dengkul, bikin tambah enggak semangat kerja saja. Batinku dalam hati. 

"Loe enggak ingat kalau Pak Bos beserta keluarganya lagi ada perjalanan bisnis ke Luar Negeri. Jadi beliau mengutus gue buat jadi perwakilannya." Jelasku dengan sedikit tidak santai, sedangkan Dion yang mendengar nada suaraku malah hanya tertawa saja. Dikiranya gue badut apa.  Memang antara aku dan Dion pemikiran berbeda seratus delapan puluh derajat mungkin. Ya iyalah kalau dia segenius Alfan sudah pasti dirinya yang menempati posisi Alfan saat ini, bukan seperti ini, dia bahkan menjadi bawahan dari orang yang masih setia berada di lift bersama dirinya ini.

"Oh iya, si bos kan lagi liburan ke Dubai ya. Enak banget ya jadi bos, dia bisa asyik jalan-jalan sama keluarganya, sementara kantor masih ada yang menghandle." cerocosnya lagi, sedangkan aku hanya melirik malas ke arahnya sebentar. Kulihat jarum jam yang bertengger manis di pergelangan tanganku, rupanya masih terlalu pagi, hingga suasana kantor tak begitu ramai. Biasanya pegawai lain akan sampai sepuluh menit sebelum jam kantor dimulai, sedangkan saat ini masih ada sekitar setengah jam dari waktu  masuk yang ditetapkan. Pintu lift terbuka, pertanda akan ada penghuni lain selain Alfan dan Dion.

“Selamat pagi, pak Alfan.” Sapa dua orang wanita yang baru masuk. Wanita yang tak diketahui namanya oleh Alfan itu tersenyum seraya menundukkan sedikit kepalanya sebagai bentuk penghormatan. Tak ada lagi pembicaraan antara Alfan dan Dion. Keduanya memilih diam tanpa kata.

Denting suara lift berbunyi, dua wanita tersebut keluar dari lift setalah memberi hormat kepada Alfan. Lift kembali membawa keduanya menaiki lantai atas. 

“Pak bos berapa hari liburan, Al?” tanya Dion. 

“Seminggu.” Singkat , padat dan jelas. 

“Enak ya jadi pak bos, gue kapan bisa liburan ke luar negeri.” 

"Namanya juga bos ya pasti enak lah Yon, makanya loe kalau pengen enak jadi bos."

Jawabku seraya berjalan keluar dari lift, diikuti oleh Dion yang berada di sampingku. 

"Mau saja sih gue jadi bos, masalahnya bawahan gue bisa demo kalau gue yang jadi bos mereka hahahaha....." Tawa Dion menggelegar hingga membuatku ingin menyumpal mulutnya dengan apa saja, atau mungkin ingin sekalian kutenggelamkan ke dasar samudera saja.

"Woi Arga, Nita, tungguin dong." Teriak Dion ketika melihat Arga dan Nita yang sedang berjalan tak jauh dari kita. Dion bahkan hingga berjalan dengan langkah lebar untuk menyamai langkah Arga dan Nita. Namun karena langkahnya yang tergesa mengakibatkan jidatnya mencium tembok. Seketika tawa pecah di sekitar ruangan tersebut.

"Pelan-pelan saja, Yon. Nggak bakal kita tinggal juga." Ucap Arga dengan senyum jenaka.

"Pelan dikit kek kalau bicara, jangan bawa-bawa habitat loe kesini." Ucap Nita saat Aku dan Dion sudah berada tak jauh dari mereka. Sudahkah aku bilang kalau Nita contoh perempuan yang ceplas ceplos dalam bicara, meskipun dari wajahnya yang memang terlihat kalem. Hampir semua orang yang tak kenal baik dengannya akan mengira Nita sosok perempuan yang lemah lembut,baik,sopan santun, tidak neko-neko kalau bahasa orang Jawa, apalagi bar-bar, ya semua yang baik-baik pastinya. Namun bisa dipastikan jika mereka sudah kenal dekat dengan Nita semua pemikiran itu pasti akan musnah.

"Habitat gue yang mana sih, Nita?" tanya Dion dengan tampang bodohnya, dan selalu ekspresi seperti itu yang berhasil membuat teman- temannya yang lain tertawa. Dion tidak bodoh-bodoh banget sebenarnya, nyatanya dia bisa diterima bekerja di kantor yang bahkan dalam memilih karyawan sangat selektif. Hanya yang terbaik yang diterima bekerja di sana, tapi jika dibandingkan dengan teman-teman dekatnya tentu Dion kalah saing. Namun dirinya harus bersyukur karena kantor tempatnya bekerja tak pandang bulu untuk urusan berteman, semuanya bebas memilih dengan siapa saja, bayangkan jika kantor mereka memandang jabatan tak akan ada namanya yang mau berteman denganku karena jabatan yang kupegang ditambah partner kerjaku yang lebih seringnya bertemu dengan orang-orang dari luar kantor.

"Ya habitat loe kan yang biasanya gue kunjungi di daerah Jakarta Selatan itu lah, Ragunan kan, Yang." Ucap Nita seraya menoleh ke arah Arga yang berada di samping dirinya dengan satu tangan menggandeng tangan Nita.

"Loe pikir gue apaan?, Sun Go Kong?" Tanyanya dengan wajah yang dibuat seakan marah tersebut. Aku dan Arga hanya geleng-geleng kepala menyaksikan interaksi antara Nita dan Dion. Memang seperti ini lah mereka jika berkumpul. Tak pernah akur dan saling mengejek. 

"Gue mah enggak ngomong, loe sendiri yang bilang, Yon." Kata Nita dengan nada mengejek. Nita masih terus tertawa hingga baru berhenti saat tubuh Arga mendekat ke arahnya. 

"Loe ya Ta, untung sahabat gue, kalau gak sudah gue telan hidup-hidup loe."

"Wihhh takut gue, Dion." Kata Nita dengan wajah yang menunjukkan seakan-akan dirinya takut dengan ucapan sang sahabat. 

"Berani loe sentuh cewek gue, gue patahin tangan loe, Yon." Kini Arga ikut berbicara, setelah sedari tadi hanya diam memperhatikan tingkah pacar dan sahabatnya. Ya  memang seperti inilah mereka saat sedang bertemu selalu buat heboh dengan tingkah mereka. Tapi mungkin momen seperti inilah yang akan mereka rindukan jika sudah tak bersama lagi.

"Ye... hadapin tuh mas yayang gue kalau mau nelan gue. Palingan juga lho yang di telen cowok gue duluan". Ucapnya seraya bergelayut manja di lengan sang pacar. Dion yang mendengar penuturan Nita hanya berdecak sebal sedangkan mulutnya yang tak berhenti mengomel, walaupun dengan suara yang bahkan tidak terdengar. Sedangkan Nita sudah tertawa karena melihat tingkah Dion yang dianggap lucu tersebut.

"Ehhh bebeb Abang, baru datang beib?" Tanyanya kepada Dara, yang entah sudah sejak kapan berada di tengah-tengah mereka.

"Gak, sudah setahun di sini gue." Balas Dara  ketus seraya berjalan melewati dirinya.

"Yaelah beib judes banget jawabannya beib. Terus kenapa wajahnya juga lecek gitu kaya baju gak disetrika aja."

"Berisik loe ah Yon, kaya petasan.” Jawabnya seraya berjalan di samping Arga dan Nita, dan meninggalkan Dion dan Alfan yang berada di belakang mereka.

                                  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status