“Aku mencintaimu.” Dipeluknya tubuhku erat, bahkan kepalanya menempel sempurna di dada bidangku.
“Dara kamu....” Lidahku terlalu kelu untuk berbicara, bahkan mataku pun yakin sudah melotot sempurna.
“Aku mencintaimu, suamiku.” Ucapnya lagi dengan tersenyum. Bahkan genggaman tangannya terasa hangat menyentuh kulitku. Dara memperpendek jarak antara kita, matanya lekat menatap ke arahku hingga dapat kurasakan embusan nafasnya yang hangat. Mata kami saling pandang pada satu garis lurus yang sama hingga tanpa kusadari jarak antara kita semakin terkikis. Aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya, kupejamkan kedua mataku yang juga di ikuti oleh Dara, bibir kami hampir saja bersentuhan jika saja tak kurasakan sebuah tepukan di wajahku.
“Papi bangun.” Mataku seketika membeliak setelah mendengar suara Kania. Kutoleh sekitar ruangan dan aku baru menyadari rupanya aku telah tertidur di sofa ruang tamu. Ja
“Ini gulingnya nggak bisa di singkirkan, Ra?, barangkali kali butuh kehangatan dari tubuhku.” Ucap Alfan berbisik di dekat telinga Dara. Tengkuk leher Dara meremang merasakan nafas Alfan yang terasa sangat dekat dengan dengannya, Dara seketika berbalik, keduanya bertatap pada satu garis pandang yang sama. Alfan menyangga kepalanya dengan salah satu tangannya, tersenyum yang menampilkan barisan gigi rapi dan putihnya. Melihat reaksi spontan dari Dara yang melotot ke arahnya semakin memperlebar senyum di wajah Alfan.“Aduh sakit, Ra.” Memang pukulan dari tangan Dara tak begitu keras tapi Alfan hanya ingin menjahili istrinya. Bahkan pukulan tersebut tak ubahnya pukulan manja dari sang istri. Tak puas hanya dengan pukulan, Dara mengambil guling yang berada di tengah- tengah keduanya. Tak puas hanya dengan guling Dara kembali mengambil bantal dan melemparkannya ke arah Alfan hingga bantal yang menjadi alas kepalanya di bekapkan ke wajah Alfan.
Waktu jam istirahat sudah terlewat beberapa menit yang lalu, tapi Dara sepertinya masih asyik berkutat dengan pekerjaannya. Dara mengalihkan pandangan dari komputer setelah mendengar gawai pintarnya berdering pertanda ada telepon masuk. Nita menjadi nama yang tertera di layar utama.“Hal...”“Kenapa belum turun ke bawah?, sengaja mau di jemput suami?” bahkan Dara belum sempat menyelesaikan ucapannya namun Nita sudah memutus kata – katanya.“Sorry, pekerjaan gue banyak banget. Jadi kayaknya nanti titip mas Arga saja buat bawakan camilan saja.”“Sibuk banget sih sepertinya, Ra. Alfan yang pekerjaannya seabrek saja bisa meluangkan waktunya buat istirahat. Lagian aku nggak kasih ijin Arga buat bawain kamu makanan, enak aja minta di bawakan camilan sama pacar gue.” Cerocos Nita yang membuat makhluk lain yang berada satu meja dengannya geleng – geleng kepala.
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti bulan. Seperti itulah siklus waktu hingga tak ku sadari pernikahan yang ku jalani dengan Dara sudah memasuki bulan ketiga. hubungan kami pun semakin hari semakin menunjukkan kemajuan. Kania menjadi satu dari orang terpenting yang membuat hubungan kami semakin dekat. Jika dulu setiap akhir pekan mama selalu datang ke rumah untuk mengajak Kania sekedar jalan – jalan ke taman atau pusat perbelanjaan, kini sudah beberapa minggu rutinitas itu aku dan Dara yang menjalankan. Lebih sering kita bertiga pergi ke taman sekedar mencari udara sejuk atau jalan- jalan seraya bergandeng tangan layaknya keluarga yang sempurna.Seperti pagi ini kami akan mengunjungi sebuah taman yang berada tak jauh dari perumahan dekat rumahku. Kania sibuk bersenda gurau dengan Dara saat kami berjalan menuju taman. “Pagi Kania, duh cantiknya.” Sapa seorang perempuan yang ku ketahui bernama Raisa, dia
Membuka pintu mobil, aku menatap pemandangan sekeliling. Tak banyak yang berubah rupanya, pohon mangga masih berdiri tegak dengan beberapa daun yang mulai menguning jatuh ke tanah.Sambil berjalan, kualihkan pandangan ke arah sebuah rumah yang memiliki pelataran tak begitu luas, namun karena rumah di bangun dengan gaya minimalis hingga menghasilkan kesan yang lebih luas dari aslinya.Anak-anak sibuk berlarian dengan teman yang lainnya. Mereka terlihat bahagia meskipun hanya bermain sepakbola yang bahkan tempat bermainnya hanya di sebuah halaman rumah salah satu orang tua mereka yang kebetulan memiliki luas pekarangan yang lebih luas, sangat berbeda dengan tempat bermukimku selam beberapa tahun belakangan.Mereka sibuk berlarian seraya tertawa bahagia. Sudah berapa lama aku tak melihat pemandangan seperti ini, pemandangan yang sangat langka untuk ku temukan di ibukota.Kualihkan pandang dari sekelompok anak yang asyik bermain, menikmati u
Cahaya matahari yang masuk melalui celah- celah tirai jendela kamar tak membuat sepasang manusia yang masih sibuk bergelut dengan selimut untuk membuka kedua matanya. Bahkan sang wanita semakin menempelkan tubuhnya ke dada pria yang juga semakin erat memeluk tubuh sang wanita. Hawa dingin di daerah Yogya seakan menahan keduanya agar tak beranjak dari tempat tidur setelah mereka menuaikan ibadah subuhnya. Alarm dari ponsel Dara bagaikan sebuah lagu penghantar tidur bagi keduanya. Mungkin karena perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta mereka tidak menggunakan jasa sopir hingga Alfan sendiri sebagai sopirnya hingga rasa lelah seakan baru dirasakan pagi ini, apalagi tadi malam keduanya juga tidur larut malam. Jika Alfan hanya menemani sang ayah mertua berbincang – bincang santai dengan kerabat yang lain di temani secangkir kopi dan sekotak martabak yang kebetulan dibawakan oleh salah satu kerabat sang mertua yang juga baru sampai sekitar jam delapan malam karena me
“Aku punya cara lain kalau kamu pengen cepat bangun in aku .” Ucap Alfan yang seketika membuat Dara terfokus menatap ke arah dirinya.“Cara apa?” Tanya Dara antusias sedangkan Alfan tersenyum menyeringai.“Kamu bisa peluk atau cium pipi aku, kalau masih nggak mempan juga, cium bagian ini nih pasti nanti langsung bangun.” Alfan tersenyum menggoda ke arah Dara seraya menempelkan jari telunjuk di bagian bibirnya. Matanya mengerling genit kepada sang istri. Handuk yang tadinya menyampir di pundak Dara seketika pindah tempat ke wajah Alfan sebab sang empunya telah melemparkan ke wajah lawan bicaranya.“Mas nya sudah bangun tapi kok masih mimpi aja ya.” Kata Dara ketus karena mendengar tawa pecah Alfan. Dara segera bangun dari ranjang setelah mengambil handuknya kembali.“Mau mandi, ra?” tanya Alfan seraya mencekal pergelangan tangan Dara yang refleks menoleh ke belakang.
Setengah hari sudah Aku sibuk dengan berbagai kegiatan entah membantu para lelaki memindahkan beberapa perabotan rumah tangga atau membantu beberapa orang menyiapkan berbagai makanan untuk nanti malam. Meskipun aku termasuk orang baru di keluarga Dara tapi aku sudah mengenal beberapa saudaranya seperti om Andre adik dari papa, ada juga Aksa sepupu Dara anak dari Om Farhan kakak bunda dan beberapa orang lainnya. Hanya sebentar aku berada disini tapi seolah aku dapat merasakan sebuah keluarga yang sempurna, keluarga yang saling menyayangi serta mengasihi.“Kamu kenal sama Dara karena satu kantor dengannya?” tanya om Farhan saat kami istirahat seraya menikmati makan siang yang menu utamanya Gulai. Menurut om Farhan Gulai salah satu makanan wajib di Yogya jika sedang ada khajatan. Aku mengangguk sebagai jawaban setelah menoleh sekilas ke arah om Farhan. Kami makan di teras bersama beberapa orang lainnya seraya menikmati suasana Yogya yang masih terasa segar di mat
Aku sedang berbaring di atas ranjang seraya memainkan gawai pintarku saat Alfan masuk ke dalam kamar. Tadi kami sampai di rumah sekitar jam delapan malam. Karena saat di perjalanan kami tadi sempat terjebak macet beberapa kali.“Kok belum tidur, Ra?, sudah malam ini.” Ucapnya setelah menutup pintu kamar dan kini dirinya sedang berjalan menuju tempat tidur. Refleks mataku yang sedari tadi terfokus kepada ponsel seketika menoleh kearah jam dinding yang terpasang di salah satu sudut kamar. Jarum pendek jam memang sudah berada di angka sebelas.“Belum mengantuk.” Jawabku asal setelah menoleh sekilas kearah Alfan, Alfan sendiri tak lagi bicara setelah menerima jawabanku. Jika sebelum adanya insiden di Yogya kemarin dirinya akan mengatakan jika tak baik tidur malam bagi kesehatan, atau setidaknya dia akan mengatakan kalau bisa saja aku terbangun kesiangan karena begadang yang berakibat pada Kurangnya konsentrasi saat bekerja. Hanya hal sederha