Naheera menatapi isi dompetnya yang kosong, tanda bahwa sekarang sudah akhir bulan. Gadis yang biasa di panggil Heera itu mendengus, akhir bulan atau tidak, dompetnya memang selalu kosong. Kalau pun terisi mungkin umurnya tidak akan lebih dari satu minggu mengingat banyak keperluan dan cicilan yang mengharuskan Heera merelakan lembar-lembar berharga itu keluar dari dompet usangnya.
Heera kira semakin dewasa dan bertambahnya usia, ia akan lebih leluasa dalam menikmati kehidupan karena bisa mencari uang untuk dirinya sendiri. Tapi ternyata Heera salah, tentu saja salah, bagaimana bisa Heera berpikir hidup untuk dirinya sendiri sementara di kampung adik dan ibunya butuh makan dan biaya hidup sehari-hari.
Heera mahasiswi semester akhir, seharusnya cewek itu hanya fokus pada kuliahnya yang mungkin tinggal beberapa langkah menuju kelulusan. Namun, menjadi tulang punggung keluarga membuat Heera harus pintar membagi waktu antara kerja dan kuliah. Sering kali Heera mendapati teguran dari dosennya karena tertidur saat kelas tengah berlangsung, atau bahkan di usir dari kelas karena tidak mengumpulkan tugas. Saking sibuknya mencari uang, semangat Heera untuk mendapatkan gelar jadi terbagi dua antara bekerja dan kuliah.
Hampir 4 tahun hidup di Kota, tapi gaya hidup Heera tidak seperti gadis kota kebanyakan. Melakukan perawatan kulit di klinik mahal, foya-foya atau berpacaran? Tidak pernah. Satu dari tiga macam hal tersebut tidak pernah Heera lakukan. Heera sudah terlahir dengan wajah cantik alami dan berkulit putih, tidak seperti warna kulit perempuan indonesia pada umumnya yang berwarna sawo matang, tapi menurut Heera warna kulit asli wanita Indonesia itu eksotis, hanya saja rata-rata tipe idaman cowok Indonesia adalah perempuan dengan kulit putih nan mulus, maka dari itu sebagian perempuan Indonesia berbondong-bondong merawat kulit mereka.
Dan dengan yang namanya berpacaran, Heera sangat menghindari hal itu. Ia sibuk mencari uang dan kuliah hingga tidak memiliki waktu untuk berkencan. Menurut Heera, pacaran itu rumit, jadi ia tidak ingin membuang waktu dan menambah beban di hidupnya karena berpacaran dengan laki-laki yang belum tentu menjadi jodohnya. Heera sangat ambisius dan pekerja keras, dia bukan tipe perempuan yang suka buang-buang waktu untuk hal yang tidak penting. Satu detik bahkan sangat berharga untuk Heera.
DRT
Ponsel Heera bergetar, dengan gerakan males ia meraihnya.
Rahel: kak, uang untuk bayar spp ku kapan dikirim?
Kepalanya bertambah nyeri saat membaca pesan itu. Dengan mata berlinang Heera mengetik balasan pesan untuk adiknya. Bukan balasan pesan mengeluh atau memaki adiknya yang tidak memahami keadaanya, Heera bukan tipe kakak yang seperti itu.
Heera: sabar ya, kaka usahakan kirim uang secepatnya
Heera memijat pelipisnya, memiliki 2 pekerjaan paruh waktu tidak membuat ia memiliki uang setiap ia butuh. Ia harus kerja, kerja dan kerja. Kaya tidak, tipes iya.
Desahan napas berat Heera hembuskan, hidup memang berat, tapi akan lebih menyesakan jika ia hanya berdiam diri membiarkan dunia menindasnya. Tidak ada yang tidak mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin jika suatu saat nanti ia tidak tahu lagi bagaimana caranya menghabiskan uang saking banyaknya uang yang ia miliki.
DRT
Heera membuka matanya, kembali menatap ponsel ditangannya yang menyala. Satu pesan masuk dari Jessi, teman satu kostnya tapi beda kamar.
Jessi: sudah makan belum, ra? Keluar sini ada tetangga baru kasih bingkisan
Heera langsung menegakan tubuhnya, meyudahi khayalannya kemudian beranjak keluar dari kamar. Sebagai anak kost yang setiap hari makan sekenyangnya, tentu saja saja makanan gratisan adalah favorit Heera. Jadi ia harus cepat datang sebelum Jessi menghabiskan semuanya!
***
Sean Rangadi, ia di kenal sebagai Hot Single Daddy di lingkungannya. Memiliki sejuta pesona dan kharisma yang kuat membuat Sean dengan mudah memikat hati wanita. Pahatan wajah sempurna dengan hidung lancip, rahang tegas dan bibir mungil yang menggoda, di tambah lagi Sean memiliki tubuh yang tinggi dan dada bidang, wanita manapun sudah pasti berlomba-lomba untuk jatuh ke pelukannya.
Meskipun umur Sean sudah menginjak kepala tiga dan pernah dua kali gagal membangun rumah tangga, tapi hal itu tidak membuat kadar ketampanan dan pesonanya berkurang di mata para wanita.
Pernikahan pertama Sean terlaksana karena perjodohan, sementara pernikahan keduanya terjadi karena Sean melakukan kesalahan, yaitu menghamili pacarnya, padahal saat itu status Sean adalah suami dari istri pertamanya -Anjani.
Sean memiliki satu anak dari istri keduanya, Yuna. Sementara dengan Anjani ia tidak memiliki anak karena mereka menikah tanpa rasa cinta dan terikat pernikahan kontrak. Pernikahan Kontrak yang Sean cetuskan kini menjadi penyesalan terbesar dalam hidupnya. Awalnya Sean tidak mencintai Anjani, namun lambat laun rasa cintanya kepada gadis konyol itu tumbuh. Sayang, mereka tidak di takdirkan untuk bersama. Kisah rumah tangganya rumit di jabarkan secara singkat.
Sean sangat mencintai Anjani, sampai saat ini. Bahkan setelah Sean bercerai dari Yuna, ia kembali berusaha mengambil hati Anjani. Namun ternyata, hati Anjani bukan lagi miliknya. Usai menolak lamaran Sean, beberapa tahun kemudian Anjani menikah dengan pria yang lebih baik dari Sean. Ya, Sean mengakui kalau pria itu lebih baik darinya. Tidak seperti dirinya yang pecundang dan tidak menghargai Anjani. Dan Sean sedang menikmati karmanya sekarang.
Sean memiliki apapun, ketampanan, kekayaan dan kehandalannya dalam berbisnis. Namun kelebihannya itu tidak membuat Anjani tertarik untuk rujuk kembali. Anjani tidak membenci Sean, tapi baginya, Sean hanya masa lalu, sementara Anjani terus melangkah maju.
4 tahun yang lalu, dimana kabar pernikahan Anjani dengan lelaki lain terdengar sampai di telinga Sean. Sean memutuskan untuk melarikan diri dari Jakarta bersama anaknya. Pulau Dewata Bali menjadi tempat pilihan Sean untuk menetap sementara guna menghapus Anjani dari hati dan pikirannya.
Tapi, pelariannya tidak membuahkan hasil, bahkan setelah tahun demi tahun berlalu, nama Anjani masih tetap melintas di pikiran Sean. Segala cara telah Sean lakukan, berkencan hingga tidur dengan beberapa wanita. Bahkan Sean sempat merencanakannya pernikahan dengan wanita berdarah Amerika, namun gagal karena wanita itu hanya mencintai dirinya, tidak mencintai Keenan, anaknya.
"Good bye, Bali."
Sean tersenyum tipis melihat Keenan yang sedang melambaikan tangannya kearah luar jendela mobilnya.
4 tahun pelariannya akan berakhir di sini. Sean menyerah, ia kembali ke Jakarta dan berharap salah satu penduduk Kota Metropolitan itu bisa meluruskan kembali benang kehidupannya yang kusut. Dan jika Sean boleh berharap satu hal lagi, ia berharap bertemu dengan perempuan yang dapat menyembuhkan luka mendalam di hatinya.
Karena Sean ingin kembali merasakan jatuh cinta dan melupakan Anjani sepenuhnya.
"Dia Sean, penghuni baru rumah depan kosan kita." Jessi berbisik kepada Heera seraya mencuri lirikan kearah pria tampan yang sedang mengobrol dengan Ibu kost diruang tengah, sementara Heera dan Jessi duduk berdua di depan televisi.Heera menatap pria bernama Sean, seketika Heera meneguk salivanya, usia Sean memang sepertinya tidak muda lagi, tapi pesonanya membuat siapa pun terkesima. Heera saja sampai menggelengkan kepalanya, manusia di hadapannya itu seperti tidak nyata. Mata Heera masih menikmati pahatan indah itu, lurus, dalam dan enggan berpaling, ia seperti tersihir paras menakjubkan milik Sean. Biasanya, manusia dengan wajah tampan seperti Sean hanya Heera lihat di drama Korea atau series Netflix yang sering ia tonton. Haruskah Heera meminta foto bersamanya? Heera menggelengkan kepalanya, hal itu pasti hanya akan membuat Sean ilfeel. Lagi pula jika benar Sean adalah tetangga barun
"Maaf, Heera."Heera menundukan pandangannya, ia baru saja di pecat dari pekerjaannya sebagai pelayan resto, karena alasan sang pemilik resto tidak mampu lagi memberi gaji kepada Heera.Heera mendesah berat, sia-sia saja ia tadi berlari kencang supaya datang ke resto lebih cepat kalau kabar yang ia dapatkan di tempat kerjanya malah seperti ini.Usai mengganti seragam pelayannya, Heera beranjak pergi dari resto tersebut, tak lupa berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada pemilik resto, karena tanpa di duga atasan Heera mengirimkan uang pesangon ke rekeningnya. Meski jumlahnya hanya setengah dari gajinya, tapi uang pesangon itu cukup untuk membayar SPP adiknya.Heera melangkah keluar dari resto dengan senyum sumringah, padahal beber
Heera melirik jam mungil yang melingkar di pergelangan tangannya, ia tersenyum saat menyadari beberapa menit lagi jam kerjanya selesai. Senyum Heera bertambah lebar saat membayangkan kasur di kamarnya, ia sudah sangat mengantuk dan ingin cepat-cepat menyatu dengan kasur kesayangan.Heera bekerja paruh waktu sebagai pelayan di sebuah kelab malam, ia bekerja dari jam 9 malam sampai jam 4 subuh. Ini penyebab mengapa wajahnya selalu terlihat kelelahan dan tak bergairah, karena ia selalu mengorbankan waktu tidurnya untuk bekerja. Ia akan tidur setelah pulang ke kosan, tapi jika ia ada kelas pagi, terpaksa Heera tidak tidur dan menahan kantuk yang luar biasa selama kelas berlangsung."Senyum-senyum sendiri, udah tidak sabar ya mau pulang?" Adelio bertanya, pria dengan warna kulit eksotis itu adalah seorang bartender.Heera mengangguk sambil tersenyum malu yang tidak bisa ia tahan, "Gue ada kelas pagi nanti." jawab Heera.Adelio melempar senyum manis, tanpa perm
Heera meremas jari-jarinya, entah kenapa saat ini ia bisa berada didalam satu mobil yang sama dengan Sean dan Keenan. Beberapa menit lalu saat Heera sedang memakai sepatunya bersiap untuk berangkat kuliah, Keenan mendatanginya dan menyeret Heera untuk masuk kedalam mobilnya. Heera menolak karena Sean sudah duduk dikursi kemudi dengan wajah datarnya, tapi setelah Sean berkata dan memerintahkan Heera untuk ikut bersamanya, Heera pasrah, sementara Keenan bersorak ria.Sedari tadi Sean tidak membuka suaranya, lelaki dengan wangi aroma maskulin yang menyeruak di hidung Heera itu hanya diam dan fokus menyetir. Tak ada suara radio, hanya ada suara Keenan dan Heera yang saling melempar pertanyaan dan jawaban. Sesekali mata tajam Sean melirik ke kursi belakang melalui kaca, tapi Heera dan Keenan tidak menyadarinya saking asiknya mengobrol."Tante tidak memakai make-up?" tanya Keenan sembari mengamati wajah polos Heera.Heera tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuknya, ga
"Keenan, Wake up!"Sean menyibak selimut Keenan secara kasar, membuat Keenan yang terlelap kini menggeliat, matanya yang baru saja ia buka langsung menyipit kembali saat silau sinar matahari menembus kaca jendela kamarnya."Cepat cuci muka, gosok gigi lalu pakai sepatumu, Ayah tunggu di luar." perintah Sean yang sudah rapih dengan setelan olah raganya. Seperti biasa, setiap hari libur ia selalu mengajak Keenan untuk ikut olah raga bersamanya."5 menit lagi, Yah..." rengek Keenan kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur."5 menit lagi atau ayah akan membuang Wish-mu." ancam Sean sembari terus berjalan keluar dari kamar Keenan, tangan kanannya terangkat menunjukan boneka kucing milik Keenan yang menjadi tawanannya.
"Heera, kamu mau kemana?"Heera yang sedang berjalan spontan menghentikan langkahnya saat pertanyaan Sean seakan tertuju padanya. Heera menoleh, menatap Sean yang sedang berdiri di depan gerbang rumahnya."Mau kerja, pak." jawab Heera. Hari biasa Heera memang pergi ke kelab jam 9 malam, tapi kalau hari sabtu dan minggu bosnya meminta Heera untuk datang pada sore hari. Kelab akan sangat ramai jika di hari libur, maka dari itu Heera datang lebih awal dari biasanya."Kamu kerja dimana? Ayo saya antar." ajak Sean tanpa basa-basi. Lihatlah, siapa yang berbicara dengan nada semanis itu. Heera hampir tidak percaya kalau Sean yang kelihatan dingin bisa mencair dengan secepet ini.Heera menaikkan kedua alisnya, merasa bingung dengan sikap Sean yang tiba-tiba berubah jadi sok akrab. Benar kata Jessi, Sean ini pasti buaya kelas kakap. Heera harus berhati-hati padanya. Heera menggelengkan kepalanya, ia tersadar dari p
PLAK!Heera berdecih, menatap jijik laki-laki yang baru saja ia tampar pipinya. Bukan tanpa alasan Heera murka hingga menampar laki-laki itu, harga diri Heera baru saja di lukai. Heera menggelengkan kepalanya, masih tidak percaya bahwa ia menjadi korban pelecehan dari laki-laki sialan yang sedang mabuk.Padahal Heera sudah cukup sabar dan diam saja sedari tadi, tapi laki-laki tersebut malah menarik dan mendudukan Heera secara paksa di atas pangkuannya. Bukan cuma itu saja, tangan kurang ajar laki-laki itu juga menggerayangi tubuh Heera, bagaimana bisa Heera diam saja kalau begini?!"Wanita murahan! Beraninya kamu menampar saya?!" laki-laki tersebut marah, menatap Heera murka. Tapi Heera tidak takut, justru Heera bertambah marah karena laki-laki itu tidak merasa bersalah dan malah memarahinya.Cih, dasar lelaki tua bangka kurang belaian! umpat Heera dalam hati."Beraninya tangan kotor
"Tumben kamu masih di sini, Ra? tidak berangkat kuliah?"Heera menoleh, menatap Ibu kost yang baru keluar dari kamarnya dan bertanya.Heera yang menaikan kedua kakinya keatas sofa spontan menurunkannya lalu tersenyum menyapa, "Libur bu, sekarangkan hari minggu." jawab Heera."Tidak kerja?" Ibu kost bertanya lagi, karena melihat Heera santai-santai seperti ini adalah pemandangan yang tidak biasa, gadis itu paling tidak bisa diam di kosan, kalau ada waktu luang sedikit pasti langsung pergi kerja."Lagi nganggur, bu." jawab Heera sambil pasang wajah seolah biasa saja. Padahal pikirannya lagi rumet parah."Inget Ra, lo miskin, cepet pergi cari kerja!" Anin tiba-tiba datang dan langsung menarik Heera untuk segera berdiri. Anin ini hampir mirip Heera, pemburu cuan.