"Kamu masak, Ra?"
Heera menoleh dan mendapati Sean yang datang dengan setelan formalnya, lengkap dengan sepatu mengkilat yang sudah membalut kedua kakinya. Sembari menunggu Keenan yang sedang mandi, Heera berinisiatif memasak sarapan untuk Sean dan Keenan, ya meskipun dia juga belum sarapan.
"Iya, pak." jawab Heera, "Kata Keenan bapak gak ngopi ya kalau pagi?" Heera bertanya, pasalnya tadi dia ingin membuatkan Sean kopi, tapi Keenan bilang Ayahnya itu tidak terbiasa minum kopi di pagi hari.
Sean yang habis meneguk air putih pun mengangguk, matanya tak lepas memandang Heera yang membelakanginya, "Ya, saya kalau pagi minumnya susu." jawab Sean membuat Heera terdiam di depan sana.
Sean berkedip beberapa saat, apa ia salah bicara? Kenapa kegiatan tangan Heera yang sedang mengaduk masakannya langsung berhenti setelah mendengar jawaban darinya?
"Maksud saya susu coklat, bisa kamu buat
Heera menghela napas lega seraya merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Hari pertama menjadi babysitter Keenan telah selesai, berjalan dengan baik dan lancar. Ternyata tidak seberat yang Heera kira, malah menurutnya menjadi babysitter pekerjaan yang paling menyenangkan. Lebih mirip bermain sebenarnya karena Heera sendiri menyukai anak kecil.Keenan anak yang manis, penurut dan lucu, menjaga Keenan tidak bikin Heera sakit kepala. Untungnya Keenan bukan tipe anak kecil yang nakal dan suka membangkang, Heera jadi terkesan dengan Sean karena bisa mendidik Keenan menjadi anak yang pintar dan tidak neko-neko.Ting!Heera tertegun kecil saat mendengar dentingan ponselnya, dengan gerakan yang santai Heera mengambil ponsel yang berada di dalam saku celana.Sean: saya lupa bilang, terimakasih sudah menjaga Keenan hari ini. Saya harap kamu tidak kapok. Selamat malam, Heera.Praktis bibir Heera tersenyum
Heera menggigit jempolnya cemas, hampir satu jam ia terjebak di dalam kamar Keenan, bukan karena tidak bisa keluar, tapi Heera malu. Ia sadar kalau tindakan yang ia lakukan kepada Sean tadi tidak sopan, berbicara dengan nada tinggi dan sedikit emosi. Heera seakan lupa kalau dia hanya babysitter, tidak pantas menentang Sean, sekalipun untuk membela Keenan. "Tante?" Spontan Heera menolah saat mendengar suara Keenan yang memanggilnya. Kedua alis Heera terangkat melihat Keenan yang tengah menatapnya, padahal setengah jam lalu anak manis itu sudah terlelap setelah di bacakan dongeng sih kancil. "Sayang, kok kamu bangun?" tanya Heera seraya menghampiri Keenan "Tante kenapa berdiri di depan pintu terus? Tante tidak pulang?" Keenan malah balik bertanya, ia mengucek matanya guna memperjelas pandangannya yang sedikit mememburam. Heera mendaratkan bokongnya di sisi ranjang Keenan lalu mengusap k
Sean tak dapat menahan senyumnya saat melihat punggung mungil Heera di depan matanya, cewek itu tengah sibuk memasak sarapan. Sean berdehem pelan, ia mengontrol raut wajahnya sebelum melangkah mendekat pada Heera."Pagi, Heera!" sapa Sean sambil meraih segelas susu coklat yang sudah Heera siapkan seperti biasa.Mendengar suara Sean yang menyapanya, spontan Heera menolah, "Pagi, pak!" balas Heera sambil tersenyum ramah. Kini interaksi mereka tidak secanggung sebelumnya.Sean yang sedang meneguk susu hampir saja tersedak mendengar balasan Heera. Lantas pria itu menyudahi tegukan nya, dengan wajah yang tak se-sumringah tadi,Sean bertanya."Bukannya semalam kamu sudah setuju buat panggil saya mas?"Heera menoleh lagi, ia meringis lalu menepuk keningnya. "Ya ampun, lupa, pak! Maksudnya, mas!" Heera mengutuki dirinya dalam hati. Kenapa bibirnya sekaku itu untuk memanggil Sean dengan sebutan mas?"Tidak apa-apa," jawab Sean dengan wajah betenya. Ia
"Sudah pulang, mas." Heera bertanya dengan ramah kepada Sean yang baru saja pulang dari kantornya."Ya," jawab Sean lalu melengos pergi melewati Heera begitu saja, membuat Heera mengerjap kebingungan. Sean memang tidak banyak bicara dan selalu menjawab pertanyaannya dengan singkat, tapi biasanya pria itu menyempatkan diri untuk tersenyum tipis saat Heera menyambut kepulangannya, berbeda dengan raut wajah yang Sean pasang tadi, pria itu tampak sedang menahan amarah.Heera mengangkat pundak mencoba masa bodo, kemudian ia beranjak pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Biasanya Sean akan keluar dari kamar setelah selesai mandi, sementara Keenan akan keluar dari kamarnya jika PR-nya sudah di selesaikan.Heera masak sembari bersenandung kecil, berusaha untuk tidak kepikiran sikap Sean yang tidak seperti biasanya. Mungkin saja pria itu sedang lelah dan ada masalah di kantornya.Tanpa Heera sedari, seseorang yang mengusik pikirannya sedari tadi sedang berd
Setelah menutup pintu kamarnya dengan bantingan yang cukup keras Sean berjalan ke depan jendela kamarnya. Sorot matanya yang masih menajam itu menatap lurus kearah depan kamarnya, rahang pria itu masih mengetat dengan hembusan napas yang semakin memburu, kemarahan masih tercetak jelas di wajah tampan Sean.Sean tidak bisa menahan amarahnya saat mendengar perkataan Heera kalau ia tidak memiliki urusan dengan gadis itu. Ya memang benar, tapi Sean.... tetap ingin tau apa hubungan Heera dengan pria bernama Arta itu.Tangan Sean terkepal, ia menggeram kesal karena tak tau harus bagaimana cara melampiaskan emosinya yang menggebu. Tungkai Sean melangkah ke pintu balkon, membukanya lalu berdiri balkon kamarnya.Hembusan angin malam menyapa kulit wajah Sean, menerpa rambutnya yang kini sedikit berantakan. Perlahan Sean merilekskan dirinya, ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya.Pandangan Sean menunduk, pikirannya mulai jernih dan ia tersad
Heera tidak bisa menelan nasinya dengan benar, ia gugup dan tidak dapat menikmati makan malamnya seperti biasa karena di hadapannya saat ini hanya ada Sean yang juga sedang menyatap makanan. Semenjak menjadi baby sitter Keenan, Hera memang sering makan malam bersama Sean, tapi kali ini suasananya berbeda sebab tak ada Keenan di antara mereka, alis hanya berdua. Heera dan Sean. Keenan sudah menyelesaikan makan malamnya lebih dulu dan Sean langsung memerintahkan anak itu untuk segera gosok gigi dan pergi tidur. "Kamu dan Arta pacaran?" Heera yang sedang sibuk mengunyah makanannya dengan pelan langsung tersedak mendengar pertanyaan Sean yang tiba-tiba. Dengan sigap Sean memberikan Heera segelas air putih yang segera Heera teguk sampai tuntas. Usai meletakan gelas kosong tersebut, Heera menyeka sisi bibirnya dan berkata. "Maaf mas, saya kaget." cicit Heera sambil menepuk
Kenyataan bahwa ketertarikan Sean terhadap Heera itu sebenarnya masih ada. Benih-benih cinta yang berusaha Sean matikan rupanya masih tumbuh secara perlahan di dalam hati berdebu pria itu. Melihat bagaimana cara Sean memandang Heera, cinta tergambar jelas di mata elangnya. Seperti saat ini, mungkin sudah hampir dua puluh menit manik Sean tak lepas menatap kearah dua gadis di depannya. Di balkon kamar tetangga depan, ada Heera dan Jessi yang sedang asik mengobrol. Awalnya hanya Heera sendiri yang melamun di balkon itu, tapi beberapa menit lalu Jessi datang sambil membawa minuman soda untuk Heera. Sean juga melihat jelas bagaimana raut kesal Heera saat Jessi datang tiba-tiba, namun gadis itu langsung diam ketika Jessi memberinya minuman. Tanpa sadar, entah untuk yang keberapa kali bibir Sean menerbitkan senyum tatkala melihat ekspresi wajah Heera yang berubah-ubah dan tampak menggemaskan. Sean paling suka jika melihat ekspresi Heera yang sedang mere
Tepat pukul 6 pagi Heera sudah bersiap untuk pergi ke rumah Sean. Gadis itu sudah rapi dengan pakaian santai namun sopan, usai mengikat rambutnya menjadi satu bagian, tungkai Heera segera beranjak keluar dari kamar. Senyum Heera langsung terbentang melihat Jessi yang dengan lahap memakan sarapannya di meja makan."Pagi, tante Heera!" sapa Jessi sambil tersenyum manis, seketika ia menghentikan kegiatan makannya saat menyadari kehadiran Heera."Pagi, Jes! sarapan apa, tuh?" tanya Heera sambil berjalan menghampiri Jessi."Biasa, nasi goreng telur dadar!" jawab Jessi. "Tapi udah gue habisin nasi gorengnya, Ra, soalnya gue tau lo bakal sarapan di rumah Keenan, kan?" lanjut Jessi, menatap Heera yang kini duduk di hadapannya. Jessi sampai hapal dengan kebiasaan Heera, karena sejak kerja jadi baby sitter Keenan, Heera tidak pernah sarapan di kost lagi."Lo biasanya masakin Keenan apaan, Ra?" Jessi bertanya lagi karena ucapan sebelumnya hanya di balas senyuman tip