Dave walau dengan terpaksa ia kahirnya mengantarkanku pulang, kami menuju apartemennya yang terletak di pusat kota. Pria ini memang kaya raya sejak kecil…dan terbiasa dengan hidup mewah. Bisa dilihat dari apartemennya yang semua berkesan mahal. Aku melihat beberapa barang yang emmang berasal dari sebuah galeri seni, bahkan beberapa lukisan mahal dari pelukis terkenal.
“I don’t know you are into art..” Ucapku padanya, Dave berjalan di belakangku, menyusuri foyer panjangnya tempat ia memajang koleksi lukisan mahalnya. Bahkan ada ebberapa patung dan art piece, berupa jejeraing emas dengan beberapa ornament. Sangat exquisite!
“Aku tak punya hal lain untuk menghabiskan uangku…” Jawabnya sombong. Memang pria ini sudah brengsek sejak awal, tapi aku merasa bodoh juga karena mengatakan itu kepadanya.
“Seharusnya kau membeli lukisanku… aku cukup banyak menjualnya keluar, dan selalu laku di hari yang sama…&rdq
“Rose… apa kau mengerti tentang fotografi?” Tanya Dave kepadaku. Aku baru saja bangun tidur dan pria itu sudah sangat segar dengan rambut basah, duduk di atas ranjang dengan bertelanjang dada. Apa ia hobi bertelanjang dada? Seingatku memang ia sering melakukan fotoshoot dengan bertelanjang dada.“Humm… tidak? Kenapa?” Tanyaku yang baru saja bangun tidur dan diajak berbiara, otakku belum sepenuhnya terkoneksi. Ia seperti sedang sangat serius menghadap laptopnya, mungkin ada masalah pelik?“Kenapa?” tanyaku mengusap mulutku, aku takut ada sisa air liur yang membekas.Dave mengambil tanganku, dan membuatku duduk di sampingnya. Aku bisa melihat sebuah email yang terpampang di layar laptop milik Dave.“Apa ini?” Tanyaku mengerutkan dahi.“Sebuah surat penawaran, kau membalasnya…lalu aku dapat email pribadi. Isinya…mereka memintaku untuk melakukan pemotretan dimanapun aku b
Aku benar-benar terkejut dengan apa yang kutemukan di kamar rahasia kakakku selama ini, jadi ia benar-benar terobsesi dengan Rose? After all of this time? Benar-benar mengangetkan. Aku sedang memgang ponselku, dan menunggu balasan Dave.Aku duduk di kamar Rose, sebuah kamar khusus yang diperuntukkan Rose, seorang perempuan yang notabenenya adalah orang luar…sahabatku, dan Dave memberinya kamar khusus, sedangkan aku? Bahkan ia sering mengusirku dari apartemen ini. That jerk!Rose juga sedang sibuk di depan laptop yang Dave belikan untuknya, demi pekerjaan..katanya saat itu.Ah.. kenapa aku sama sekali tak curiga selama ini…kalau ia segitu tergila-gilanya dengan Rose. Aku menyesal mengetahuinya baru sekarang…kalau saja…Semua orang yang kutemui, mereka selalu bertanya tentang keadanku. Sepertinya mereka khawatir…dengan keadaan hatiku saat ini. Setelah semalam sebelum hari pertunanganku dan Rick, aku memergokinya sedang ber
Aku sudah menelepon Dave, dan ia akan langsung menuju rumah sakit tempat Rose dirawat. Kenapa aku bisa lupa…kalau Rose memiliki masalah Gerd?! Agh! Aku pasti akan habis dimarahi oleh Dave.Aku duduk di depan ruang instalasi gawat darurat, Rose masih ditangani dan nantinya akan dipindahkan ke ruang perawatan. Dokter yang awal memeriksanya sudah mengatakan bahwa mungkin masalah lambung, setelah diberi pertolongan pertama…selanjutnya ia harus diwarat untuk beberapa hari.“Linds… apa yang terjadi?” Tanya Dave dengan tergesa, wajahnya penuh peluh, apakah ia berlari?“Rose kesakitan…ia makan sesuatu yang pedas dan ia langsung collapse seperti itu…” Jelasku dengan ketakutan, wajah Dave sangat menyeramkan saat ini.“Pasti ia telat makan…dan langsung memakan makanan pedas..” Gumam Dave lebih ke dirinya sendiri.“Ya..ia mencari makanan di apartemenmu…tapi tak menemukan
Lindsay sudah pulang, ia mau berganti pakaian dan berjanji akan kembali ke ruang perawatanku. Aku sudah bilang kepadanya untuk tak melakukannya…tapi sahabatku itu memaksa ingin datang, ia merasa bersalah karena membelikanku makanan yang pedas…ia terus menyalahkan dirinya bahwa aku sakit adalah akibat dari kelalaianya, yang langsung di ‘iya’ kan oleh kakaknya sendiri, David. Aku merasakan kembung di perutku, dan sedikit nyeri saat menelan, terlebih dari itu… aku tak merasakan keluhan apapun. Dokter masih memaksa aku menggunakan IV, walau sebenarnya aku merasa risih dengannya. Sejak tadi Dave memaksaku memakan bubur tanpa rasa yang mangkuknya ia pegang sekarang. Wajahnya berkerut dengan kesal. Kenapa ia seperti itu? Memang ini salahku? Ya…benar, memang ini kebodohanku sendiri, karena aku yang tak perhatian aku akhirnya seperti ini. Aku miskin dan terlalu banyak berulah. Mengingat tentang hal itu, aku membuka mulutku lebar-lebar, membuat pria yang berjanji akan
“Marioo…ngghh..” Keluhku, aku menggila…pria ini benar-benar membuatku meledak lagi dan lagi. Mario sang dokter seksi yang ternyata berasal dari Brazil…he blows my mind and my anatomy down there. Ia memiliki lidah yang sangat luar biasa…seperti magic…lidah itu..Agh…. Nggh…Otakku bahkan tak bisa memproses apa yang terjadi, aku hanya merasakan kenikmatan yang lagi dan lagi…bahkan pria itu masih dalam seragam kerjanya, kami sedang dalam ruang periksanya.I know…sangat seksi kan!Saat aku mau pulang tadi, aku bertemu dengannya, ia sudah siap dengan tas dan sepertinya mau pulang juga. ia menawarkanku untuk pulang bersama, dan I said yes. Tentu…kenapa aku harus menolaknya kan? Makhluk Tuhan yang seksi ini terlalu sayang untuk disia-siakan. Kami memasuki lift yang kosong, dna tiba-tiba aku menggila. Aku tak sengaja menyentuh celananya bagian depan. I know..how silly right.
“Kenapa aku merasa Lindsay jauh berbeda sekarang?” Tanyaku kepada Dave, ia sednag membaca Koran paginya. Lindsay akan datang jam dua sore…membawa pakaian bersih milik Dave dan membawa pulang pakaian kotornya. Tapi yang membuatku heran adalah, pakaian bersih yang ia bawa…memiliki tag sebuah laundry tak jauh dari tempat ini, dan ia seperti memakai pakaian yang hampir smaa setiap hari. Aku tahu dan kenal Lindsay, ia paling nati memakai pakaian lebih dari satu atau dua kali, tapi hari ini aku melihatnya memakai pakaian mini dress berwarna kuning pucat, dan ini adalah kali keempatnya, aku sudah dirawat selama dua minggu… dna Lindsay sudah memakainya empat kali? Bukankah itu sangat ajaib?“Ia membawakanku pakaian baru… atau pakaianku yang kemarin kupakai. Aku punya feeling ia tak mengambil pakaian baru dari apartemenku…”“Kau kan punya sistem CCTV yang bisa diakses lewat ponselmu, ccoba lihat!” Usulku yan
Kami pulang, Aku dan Dave juga Lindsay semua berada di mobil yang sama, Mario sempat mau ikut ke apartemen Dave namun dengan wajah datar dan tegas Dave menggeleng. Sepertinya Lindsay tahu, kalau kakaknya sednag dalam mood yang kurang baik akhirnya menyuruh calon suaminya untuk mengalah.Akupun masih tak percaya, Lindsay akan secepat ini move on…ini gila?! Aku yang sudah lama bersahabat dengannya merasa aku tak mengenalnya sama sekali.Selama di perjalanan Dave diam, aku duduk di sampingnya. Itu adalah saran dari Lindsay, sepertinya ia tak mau berada di jarak yang dekat dnegan kakaknya itu. Ia takut.Aku melihat rahang Dave yang keras dan tajam…terlihat tambah keras, apakah itu mungkin? Ia diam, dan tentu saja kami diam, kami tahu tak mau cari masalah dengan seorang atlet kaya yang sedang emsoi, kan?Kami tiba di apartemen Dave, ia sudah memasukkan pakaian miliknya dan milikku ke dalam sebuah duffel bag besar yang ia bawa, wajahnya masih sama
Aku menoleh ke arah Dave, yang ternyata ia juga sedang menatapku.Uh…oh… aku takut pandangan itu.Ia masih melihatku dengan mata yang berkabut apakah itu amarah atau napsu?Aku berdeham, ada hal yang ingin kuberitahu mengenai kejadian ini, agar hal yang sama tak terjadi lagi.“Dave, aku tah Lindsay terlalu gegabah, tapi ia selalu dimanja sejak kecil…at least kau bisa melakukan approach yang lebih lembut…maksudku, aku punya pengalaman buruk mengenai apa yan gbaru saja terjadi…”Aku belum selesai berucap, dan bibirku sudah dilahap oleh pria pirang berrahang tajam di depanku. Ia memegang tengkuk leherku dan memiringkan wajahku agar ia memiliki akses yang luas. Ia seperti seorang manusia yang habis di gurun pasir dan kepanasan, dan aku oasenya?Ia masih memagut sampai aku merasa bibirku bengkak, setelah puas, ia melepaskanku dan mengelap bibirku yang bengkak.“Kau bilang apa tadi?