Gemerlapnya studio foto milik Wooseok menjadi pemandangan yang berhasil memikat siapa pun, termasuk Seojin. Ide menemani Sunmi dan Myungsuk rasanya tidak buruk, lagipula ia ingin melihat pacar adiknya itu melakukan pemotretan dengan teman kuliahnya. Tapi ternyata pikiran Seojin meleset, karena sesungguhnya itu hanya modus Wooseok agar bisa mengajaknya kencan makan malam setelah pemotretan selesai.
Siapa peduli. Kau pasti akan puas diajak jalan-jalan oleh rapper terkenal. Belum lagi dia yang mengejar-ngejarmu selama ini. Tinggal nikmati saja, apa susahnya.
Food blogger itu mengerjap saat ia menoleh, menatap Wooseok yang tersenyum seperti orang gila. "Kau akan menghadiri jamuan makan resmi bersama Dantae, kan? Makan saj
"Kenalkan, dia Bae Jihyun. Dia pacarnya Dantae.""…""…""Pttt … ahahahaha, Seojin-eonnie, leluconmu lucu sekali. Gila, lawakanmu makin bagus sekarang!"Semua pasang mata menoleh pada Sunmi, masing-masing memasang ekspresi ngeri sekaligus prihatin tentang bagaimana nasibnya setelah ini—kecuali Myungsuk yang tidak tahu apa-apa. Gadis Busan itu memegangi perutnya yang terasa sakit karena tertawa keras. Seojin meringis, sesekali curi pandang pada teman kuliahnya yang tak bereaksi sejak tadi—atau belum."Yaampun, Seojin-eonnie. Aku tidak habis pikir dengan lawakanmu. Aku tahu Dantae-oppa itu sangat misterius, tapi percayalah, dia tidak akan membawa gadis murahan seperti Bae Jihyun sebagai teman kencannya." Kedua sudut matanya ikut berair, tangannya sesekali menyeka air yang keluar dari sudut matanya. Menyaksikan bagaimana si pemilik tawa itu terlihat sungguh pu
Sesi pemotretan berjalan dengan lancar setelah keadaan berhasil dikendalikan—termasuk Wooseok yang harus merelakan sofa kesayangannya. Myungsuk dan Dantae memulai pemotretan mereka dengan foto tunggal, kemudian berdua. Sepanjang pemotretan, Myungsuk tak berhenti mencuri pandang pada si pria cuek yang merupakan kekasih partner menggambarnya itu."Jadi, sejak kapan kau pacaran dengan Jihyun?" Seolah sudah kenal lama, Myungsuk bertanya tanpa rasa canggung. Ia pikir karena mereka sama-sama berasal dari Daegu, mereka juga bisa berteman. Oh? Lagipula Kim Myungsuk memang memiliki julukan sebagai social butterfly. Terbukti, julukan itu memang cocok disematkan untuknya.Dantae terkekeh saat suara baritone milik Myungsuk terdengar, sesekali maniknya mencuri pandang pada sang kekasih yang sedang asik mengobrol dengan Seojin."Sudah hampir empat tahun. Aku kenal dia enam tahun yang lalu," ujarnya pelan, kedua matanya fokus menat
Jihyun hanya diam mendengarkan bagaimana para pebisnis ini saling berbicara. Demi semua koleksi boneka beruang milik Dantae, sesungguhnya sejak tadi ia dan Seojin saling melemparkan kode untuk mencari cara agar bisa keluar dari situasi ini, minimal izin ke toilet atau semacamnya. Tapi sialnya karena jarak duduk mereka yang lumayan jauh, Jihyun sulit menjangkau Seojin. Belum lagi tentang Wooseok yang asik berbicara dalam bahasa inggris dengan seorang pria bule—atau justru sedang menjadi penerjemah untuk Dantae—membuat Seojin dan Jihyun hanya bisa diam sambil berusaha menikmati makanan mereka.Jihyun tidak suka situasi ini. Apa sulitnya makan dengan satu tangan, kenapa harus ada garpu dan pisau segala. Sumpah, ia gerah, apalagi duduk diapit laki-laki tidak dikenal dengan suara yang lebih berat dari Wooseok. Seojin tak beda jauh dengannya, bergerak gusar di kursinya, masih mencoba untuk mendapatkan atensi Wooseok."Jihyun-ssi, apa
"Hyun Myungsuk!"Keduanya menoleh secara bersamaan saat suara familiar itu terdengar jelas di antara deru angin malam. Myungsuk membulatkan matanya ketika menyadari Sunmi berdiri di sana dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. Minuman kaleng yang menggelinding semakin mendekati tubuhnya, tapi gadis itu masih terdiam di tempatnya."Sunmi, minumannya-""Apa yang kau lakukan dengannya!?" Pekikan Sunmi terdengar makin keras, membuat Jihyun terperanjat. Ia sadar apa yang sedang Sunmi pikirkan. Sial, ia pasti akan kena masalah lagi karena pasangan aneh ini.Jihyun berdecak saat Sunmi mulai melontarkan kalimat-kalimat penuh cacian yang ia tujukan untuk Myungsuk. Sayang sekali, si pemuda Daegu tak mampu membalas satupun perkataan pedas kekasihnya. Karena demi apa pun, Jihyun berani bertaruh r
"Sudah puas marahnya?"Dantae melirik Jihyun yang masih terdiam di sofa ruang tengah. Kekasih imutnya itu sama sekali belum mengajaknya bicara sejak insiden di hotel. Ini sudah bukan tentang Sunmi atau Myungsuk, tetapi mengenai rekan bisnisnya. Memang tidak ada yang salah, mereka berkata dengan sangat benar. Jihyun tidak nyaman dengan jamuan resmi, dan ia harus mengakuinya. Tapi sekarang, itu sudah tidak jadi masalah. Yang penting membuat Jihyun mau bicara lagi dengannya. Sungguh, hanya itu yang Dantae inginkan.Gadis itu menggeser tubuhnya saat Dantae ikut duduk di sebelahnya. Bibirnya cemberut, persis seperti anak kecil yang tidak dibelikan es krim oleh ibunya. Kalau dipikir-pikir, saat Jihyun merajuk begini, Dantae jadi kelihatan seperti ayahnya, bukan pacarnya."Sudahlah, Jihyun-ah. Jangan dengarkan mereka lagi." Kalau Dant
Seojin baru melihat berita di koran hari ini tepat pukul lima sore, dan matanya sukses membelalak. Itu sungguh diluar dugaan. Mantan kekasihnya terjerat kasus narkoba, walaupun masih dinyatakan sebagai saksi. Belum genap satu bulan putus hubungan, Seojin sudah tak pernah menerima kabar apapun lagi dari Jaehyun. Pernah sekali, pemuda itu mengirim pesan singkat padanya, meminta agar Seojin mengembalikan semua barang yang sudah ia belikan dulu. Jin Jaehyun dan segala sifat brengseknya."Sunmi-ya, mau ke mana?" Ia bertanya pada sang adik yang sibuk menggulung lengan jaketnya. Aroma parfum Sunmi bahkan tercium sampai ke tempatnya duduk."Pergi minum bersama Myungsuk-oppa dan Jihyun," ujarnya singkat, masih tak memedulikan keberadaan Seojin yang sibuk sendiri.Seojin mengernyit, kemudian meletakkan koran itu di meja. Kakinya melangka
"Brengsek! Apa yang mau kau lakukan, Hyun Myungsuk!?"Sebuah tamparan telak mendarat di pipi Myungsuk, membuat daging kenyal itu merasakan perih luar biasa karena kuatnya tamparan Sunmi. Tidak main-main, gadis Busan ini benar-benar sadis kalau sudah marah.Mau bagaimana lagi? Toh itu memang kesalahan Myungsuk. Selama ini Sunmi memang tidak pernah mengubris jika Myungsuk mulai melakukan skinship yang berlebihan. Sungguh, dia hanya-terlalu takut untuk itu semua, karena menurutnya sekarang bukan waktu yang tepat. Sunmi hanya minta sedikit waktu untuk memikirkannya, bukan dengan cara memaksa seperti ini. Dia tidak mau."Dasar pembohong! Kau bilang tidak akan memaksaku dalam hal apa pun, 'kan? Kenapa kau melakukan ini, Oppa!" Amarah Sunmi mencapai ubun-ubun, membuat suhu tubuhnya meningkat hingga panas menjalar di sekitar wajahnya. Deru nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya gemetaran luar biasa. Mata besarnya membulat sempurna,
Suara musik yang keras selalu terdengar di tempat ini setiap hari, walaupun dari luar tampak sunyi karena semua ruangannya kedap suara. Kalau saja Wooseok bukan pemilik studio ini, Sunmi mungkin tidak akan berani pergi ke tempat seperti ini lagi. Setahun yang lalu, harusnya ia merayakan keberhasilannya setelah ia lolos dalam audisi menyanyi, namun saat ia akan pulang ke Busan bersama Seojin, kecelakaan tragis itu terjadi hingga wajah dan hidungnya harus dioperasi. Pihak agensi yang saat itu telah menerimanya sebagai trainee memutuskan untuk mendiskualifikasi Sunmi dengan alasan kesehatannya. Padahal, ia tahu agensi itu hanya tak mau menunggu sampai ia sembuh karena mereka tahu bekas luka di belakang telinga Sunmi akan selalu ada dan membuat wajahnya menjadi tidak sempurna.Beruntung, studio musik tempat Wooseok bekerja itu tidak mengizinkan siapapun memasuki studio musik mereka secara sem