Seojin baru melihat berita di koran hari ini tepat pukul lima sore, dan matanya sukses membelalak. Itu sungguh diluar dugaan. Mantan kekasihnya terjerat kasus narkoba, walaupun masih dinyatakan sebagai saksi. Belum genap satu bulan putus hubungan, Seojin sudah tak pernah menerima kabar apapun lagi dari Jaehyun. Pernah sekali, pemuda itu mengirim pesan singkat padanya, meminta agar Seojin mengembalikan semua barang yang sudah ia belikan dulu. Jin Jaehyun dan segala sifat brengseknya.
"Sunmi-ya, mau ke mana?" Ia bertanya pada sang adik yang sibuk menggulung lengan jaketnya. Aroma parfum Sunmi bahkan tercium sampai ke tempatnya duduk.
"Pergi minum bersama Myungsuk-oppa dan Jihyun," ujarnya singkat, masih tak memedulikan keberadaan Seojin yang sibuk sendiri.
Seojin mengernyit, kemudian meletakkan koran itu di meja. Kakinya melangka
"Brengsek! Apa yang mau kau lakukan, Hyun Myungsuk!?"Sebuah tamparan telak mendarat di pipi Myungsuk, membuat daging kenyal itu merasakan perih luar biasa karena kuatnya tamparan Sunmi. Tidak main-main, gadis Busan ini benar-benar sadis kalau sudah marah.Mau bagaimana lagi? Toh itu memang kesalahan Myungsuk. Selama ini Sunmi memang tidak pernah mengubris jika Myungsuk mulai melakukan skinship yang berlebihan. Sungguh, dia hanya-terlalu takut untuk itu semua, karena menurutnya sekarang bukan waktu yang tepat. Sunmi hanya minta sedikit waktu untuk memikirkannya, bukan dengan cara memaksa seperti ini. Dia tidak mau."Dasar pembohong! Kau bilang tidak akan memaksaku dalam hal apa pun, 'kan? Kenapa kau melakukan ini, Oppa!" Amarah Sunmi mencapai ubun-ubun, membuat suhu tubuhnya meningkat hingga panas menjalar di sekitar wajahnya. Deru nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya gemetaran luar biasa. Mata besarnya membulat sempurna,
Suara musik yang keras selalu terdengar di tempat ini setiap hari, walaupun dari luar tampak sunyi karena semua ruangannya kedap suara. Kalau saja Wooseok bukan pemilik studio ini, Sunmi mungkin tidak akan berani pergi ke tempat seperti ini lagi. Setahun yang lalu, harusnya ia merayakan keberhasilannya setelah ia lolos dalam audisi menyanyi, namun saat ia akan pulang ke Busan bersama Seojin, kecelakaan tragis itu terjadi hingga wajah dan hidungnya harus dioperasi. Pihak agensi yang saat itu telah menerimanya sebagai trainee memutuskan untuk mendiskualifikasi Sunmi dengan alasan kesehatannya. Padahal, ia tahu agensi itu hanya tak mau menunggu sampai ia sembuh karena mereka tahu bekas luka di belakang telinga Sunmi akan selalu ada dan membuat wajahnya menjadi tidak sempurna.Beruntung, studio musik tempat Wooseok bekerja itu tidak mengizinkan siapapun memasuki studio musik mereka secara sem
Musik underground yang diputar berulang kali memang hampir terdengar setiap malam di jalanan sepi. Hanya beberapa orang yang tertarik untuk menyaksikan penampilan orang-orang yang menunjukkan bakat mereka sembari memutar musik underground. Isinya hanya sekelompok pemuda seumuran anak SMA yang terkesan sangar dan berandalan. Jihyun sudah punya jadwal rutin mulai tahun ini. Ia rela pergi setiap bulan ke Daegu untuk menghadiri event tari. Kehidupan masa SMP membuatnya semakin sibuk.Tapi entah kenapa, sejak pertama kali menginjakkan kaki di stasiun Daegu, Jihyun merasa sedikit tertarik dengan kota ini. Apalagi setelah matanya menangkap gemerlap lampu jalanan dan musik mengalun keras di tengah kota. Para rapper underground memulai aksi mereka di malam hari, menyajikan pertunjukkan sederhana yang cukup memikat. Namun sayang, karena malam ini yang berlalu-lalang kebanyakan para ibu dan anak mereka, pertunjukkan itu tampak sepi.Jihyun masih berd
Pukul duabelas malam waktu Korea Selatan, Sunmi resmi debut dengan sebuah MV bertajuk Begin. Para remaja perempuan heboh di pagi hari, sadar bahwa beranda youtube mereka penuh dengan reaksi orang-orang terhadap MV milik Kim Sunmi. Semua orang tahu siapa itu Woody Seoul X, dan mendengar bahwa ia akan mendebutkan seorang juniornya, adalah sebuah kabar yang sangat bagus untuk para penggemar, dan juga sangat mengejutkan, mengingat proses panjang untuk debut di Korea Selatan adalah hal yang sulit. Sunmi sepertinya harus berterimakasih pada pemuda tinggi itu.Namun jauh dari perkiraannya, saat semua orang merayakan keberhasilan debutnya, hanya dalam hitungan jam semuanya akan berakhir."Kau sudah mencetak sesuai yang aku perintahkan?""Tenang saja, Bos. Ini tinggal dipublikasikan. Kapan kita akan memulainya?""Akan kita simpan untuk besok, jangan sampai gagal. Aku ingin mengungkap jati diri asli Dan T."
Pertemuan pertama Myungsuk dan Sunmi beberapa tahun yang lalu di musim dingin ....Stasiun kereta Busan selalu ramai setiap hari, menghidupkan atmosfirnya melalui langkah kaki orang-orang yang bersahutan. Dinginnya udara tidak pernah berhasil menghentikan para penumpang, mereka tetap datang dan pergi secara bergantian.Busan adalah kota yang ramai.Bruk."Ah, maaf!" Seorang remaja laki-laki berkacamata menghentikan langkahnya begitu mendengar bunyi benda jatuh di dekatnya. Ia menabrak seseorang hingga barang bawaannya berserakan.Remaja perempuan bermata besar yang ditabraknya hanya mengangguk kecil kemudian berjongkok, berusaha mengumpulkan kembali barang-barangnya yang jatuh. Si kacamata ikut berjongkok untuk membantunya. Dalam hitungan detik dahinya mengernyit begitu melihat benda-benda itu."Peralatan gambar, eh? Kau suka menggambar, ya?" Antusias te
"Seojin-noona, aku ingin kau mendengarkan ini." Hari itu Dantae bercerita dengan wajah berseri-seri di depan Seojin. Belum pernah ia melihat pria itu menatapnya dengan kedamaian. "Apa?" Ia menanggapinya pendek, tak lupa mematri senyum tipis yang membuat wajahnya terlihat makin cantik. Dantae mengedipkan sebelah matanya, lalu berkata, "Ini tentang seseorang yang berhasil menarik perhatianku sejak beberapa tahun ini." Oh, hal ini lagi. Seojin pernah diceritakan sebelumnya. Ia jelas bahagia karena Dantae akhirnya menemukan seseorang yang ia sukai. "Hm, pacarmu?" "Iya. Jangan khawatir, dia tahu soal penyakitku." Tak ada keraguan di wajahnya saat Dantae menjawab pertanyaan sederhana Seojin. Gantian wanita itu yang terlihat bingung, "Lalu?" Selanjutnya, ada jeda yang menahan jawaban lelaki di sebelahnya. Dantae tampak mengumpulkan keberaniannya sebelum me
"Dantae-hyung .…" Dantae mengenal jelas suara ini. Ingat betul bahwa pemilik suara baritone ini adalah penduduk Daegu, sama sepertinya. Myungsuk berdiri di depannya membawa sebuah plastik, sementara Dantae hanya mematai pemuda itu tanpa ekspresi di wajahnya. Entahlah apa yang ia lakukan hari ini. Sejak salju turun dengan lebat, ia memutuskan untuk keluar mencari Jihyun. Karena Dantae merasa aman, ia memberanikan dirinya pergi berjalan kaki di siang hari. Dantae tidak bodoh untuk membuat dirinya mati perlahan karena terkena sinar ultraviolet. Ia mati-matian menutupi seluruh tubuhnya, termasuk memakai masker dan sepatu boots tebal. Hanya karena sekarang musim dingin, bukan berarti Dantae bebas ke luar saat siang hari. Ia sengaja membebaskan dirinya hari ini. Membiarkan sepasang kakinya membawa tubuh berkeliling di sekitar kota, kemudian berhenti sejenak
Ini sudah memasuki waktu tidur bagi kebanyakan orang. Tapi tampaknya, dua insan yang kini terjebak dalam perasaan sesak masing-masing terlalu enggan untuk sekedar beranjak dari posisi duduk mereka. Jihyun diam mendengarkan keluh-kesah Dantae sejak tadi, tidak berani menyela perkataan kekasihnya sama sekali. Sudah cukup mengenai pertengkaran keduanya beberapa waktu yang lalu, seharusnya hari ini semuanya berakhir baik. Tidak perlu ada pertengkaran lagi di hari-hari berikutnya. Jihyun tidak perlu merasa lelah untuk waktu yang lebih lama karena terus menunggu Dantae hampir setiap malam dengan rasa khawatir yang berlebihan. Ia tidak perlu cemas lagi mengenai jadwal Dantae yang kian hari makin padat, seolah memperingatkan Jihyun bahwa kekasihnya benar-benar artis besar.Benar. Jihyun sudah tidak perlu mencemaskan semua hal itu lagi sekarang, karena Dantae sudah memintanya untuk berhenti. Tapi pada akhirnya, beginilah kisah mereka, tidak mampu mempertahankan sat