"Mau kemana kau Rose?"
"A-apa? Aku mau mandi Al."
"Kita mandi bersama."
"Tidak! Kau saja yang duluan kalau begitu."
"Kenapa? Bukannya tadi kau bilang mau mandi? Kenapa sekarang malah tidak mau?"
"Aku…."
Rose memutar otak, kalau mereka mandi bersama … yang ada bukan mandi tapi malah main air di sana.
Astaga membayangkan rasa lelahnya di sodok Allen dalam keadaan berdiri sudah membuat lutut Rose lemas karenanya.
"Jangan berpikiran aneh! Aku hanya ingin mandi, ayo…." Allen menarik tangan Rose masuk ke kamar mandi dalam kamarnya.
Rose dibawa Allen ke mansionnya karena ingin menghabiskan waktu sampai malam disana bersamanya.
Setidaknya dia harus berpuas-puas melepaskan rindu bersama Rose, sebelum dia mengantarkannya pulang nanti.
Pembaca yang baik... Kemarin ada yang protes minta di up lebih banyak tiap hari... Maaf,, bukannya author tidak mau... Tapi author punya satu karya yang on going juga di platform lain.. Dan author juga sibuk bekerja dan mengurus rumah,, jadi harap maklum kalau author masih belum bisa up banyak... Mohon pengertiannya para pembaca sekalian... Tolong tinggalkan bintang yang baik juga buat karya ini yahh Terima kasih...
Pagi-pagi sekali Allen pergi menuju Pelabuhan Miami bersama asistennya Ace.Meninggalkan Rose sendiri di mansion, dia tidak sempat mengantarkan wanita itu pulang semalam karena Rose yang ketiduran karena kelelahan.Iya, Allen kembali meminta haknya setelah mereka makan malam bersama di kamar. Seakan tidak pernah ada kata lelah, pria berjambang itu terus menyodok wanitanya yang langsung tertidur pulas di sampingnya semalam.Jika mengingat itu, Allen seperti orang yang tidak waras tersenyum-senyum sendiri di kursinya.Ace memperhatikan bagaimana pria itu terlihat begitu bersinar pagi ini. Pasti semalam bosnya ini sudah mendapatkan jatah yang lebih dari cukup pikirnya. Tapi, apa orang yang sedang jatuh cinta akan bertingkah aneh seperti itu?Ace tidak habis pikir kenapa satu kata itu mampu membuat orang yang dulunya untuk tersenyum saja begitu susah, sekarang malah
Pulang dari kegiatan padatnya hari ini setelah berhasil menyergap musuh tadi pagi, Ace tiba di apartemen Sonya.Menekan kode pintunya pria itu berhasil masuk ke dalam dan tidak menemukan siapa-siapa disana. Kemana wanita itu? Gumamnya mencari ke seluruh ruangan apartemen.Merasa ada yang janggal, Ace membuka lemari pakaian kamarnya dan mendapati baju-baju Sonya tidak ada disana. Shit! Apa dia melarikan diri? Kesalnya dalam hati.Ace membuka sebuah fitur lacak di ponsel mahalnya, dan mulai mencari GPS ponsel Sonya.Gotcha, Ace berhasil melacak dimana Sonya berada. Dia tidak datang selama dua hari disini dan Sonya sudah melarikan diri darinya? Tidak semudah itu kau bisa melarikan diri dariku wanita aneh, kau tidak akan pernah bisa lari dariku!Tanpa sepengetahuan Sonya, Ace sudah meretas ponsel miliknya agar memudahkan pria itu mencari keberadaan Sonya jika sewakt
Sambil membopong Sonya di pundaknya, Ace membawanya masuk ke dalam apartemen pribadinya.Tidak ada siapa-siapa disana, hanya ada seorang asisten rumah tangga yang dipekerjakan Ace sampai jam lima sore, untuk membersihkan apartemen miliknya setiap hari.Masih dalam keadaan terikat dan mulut yang disumpal, Ace melemparkan tubuh wanita itu ke atas ranjang king size-nya.Jaket kulit yang dipakai Sonya tersingkap dan memperlihatkan pakaian yang biasa dia kenakan jika sedang bekerja di club malam itu.Melihatnya Ace kembali naik pitam, masih jelas teringat dalam benaknya bagaimana pria-pria hidung belang di club tadi menatap lapar pada wanita ini.Menarik dengan kasar lakban yang Ace tempelkan di mulut Sonya, wanita itu berteriak kesakitan.Belum sempat mengeluarkan kata untuk memaki pria gila di depannya, Ace dengan cepat menyambar bibir tipis Sonya.
"Bos, ada kiriman paket untuk Anda…."Adam meletakkan berkas di tangannya dan mengambil paket itu dari anggotanya."Dari siapa?""Dari pemimpin misi yang kemarin menyerang kapal musuh kita, Bos."Adam mengangguk dan membuka paket yang di rekatkan rapat dengan selotip itu. Dua matanya terbelalak saat melihat ada bola mata dan potongan bibir manusia disana."Brengsek!" pekiknya melempar paket tersebut."Apa yang kamu berikan padaku ini, hah?!" sambung Adam menunjuk anggotanya tadi."Ma-maaf Bos, saya tidak tahu kalau itu berisi hal yang menjijikkan, Bos…." sahutnya mulai ketakutan.Adam yang marah dengan pekerjaan anggotanya yang tidak becus, mengambil pistol miliknya di atas meja dan menembak kepala anggotanya tersebut hingga mati."Dasar tidak berguna!" marahn
"Al…!" teriak Rose kaget mendapati pria itu pingsan di lantai ruang kerjanya."Al, bangun Al…." Rose mencoba membangunkannya dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya namun tidak berhasil.Wanita itu pun terpaksa menghubungi Ace yang tengah sibuk bermain panas dengan kekasihnya Sonya."A-ada apa, Rose?" tanya pria itu dengan nafas terengah-engah."Ace, kau kesini sekarang. Allen pingsan, aku tidak bisa membangunkannya sejak tadi. Cepat kesini!" ujarnya panik dan menutup panggilan itu sepihak.Ah, sial! Kenapa juga harus disaat yang tidak tepat seperti ini, gumamnya kesal."Ada apa Ace?" tanya Sonya dengan mata berkabutnya."Bosku katanya pingsan, aku harus ke mansionnya sekarang." sahutnya menarik keluar miliknya dari dalam kelembutan Sonya."Maaf meninggalkanmu sendirian disini, So. Aku janji akan cepa
"Bagaimana perasaanmu, Al?" tanya Liam dokter pribadinya."Aku baik-baik saja…." sahutnya dingin.Pria itu mencabut jarum infus di tangannya dan bergegas bangun dari ranjang."Kamu mau kemana Al?" cegat Rose. "Tubuhmu masih lemah, jangan pergi kemana dulu…," sambungnya khawatir."Aku sudah tidak apa-apa Rose. Tenang saja, aku harus ke markas sekarang.""Untuk apa?""Ada yang harus aku pastikan disana, aku tidak bisa mengantarkanmu pulang!" ujar pria bermanik mata biru itu berlalu dari kamarnya."Ace!" panggil Allen."Siap Bos," sahutnya mengikuti bosnya dari belakang.Rose hanya bisa menatap bingung pria yang sudah membuatnya khawatir sejak semalam.Apa yang terjadi padanya? Rose ingin sekali menanyakan itu pada Allen.
Terhitung sejak tiga hari setelah kejadian Allen pingsan di ruang kerjanya, Rose tidak pernah bertemu lagi dengan pria berjambang itu.Allen tidak pernah menampakkan batang hidungnya di perusahaan bersama Ace. Dua pria itu bertingkah sangat kompak satu sama lain, dengan menghilang dan tidak bisa dihubungi.Rose duduk di sebuah cafe menunggu kedatangan sahabatnya Sonya. Menikmati secangkir cappucino hangat dengan roti tawar, Rose termenung sambil melihat ke arah luar jendela menikmati hujan yang turun cukup lebat sore ini.Dalam pikirannya Rose masih menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi pada Allen, kenapa pria itu bisa tiba-tiba pingsan dan apa yang sedang dia sembunyikan padanya.Rose kecewa, apa Allen tidak menganggapnya selama ini? Dia sadar kalau mereka tidak sedang menjalin hubungan apapun.Allen hanya memerlukannya jika dia sedang ingin memuaskan hasrat lelak
Keesokan harinya Rose menyibukkan diri di toko bunga milik ayahnya, Alex. Sibuk dengan dunianya sendiri bersama Allen, membuat wanita cantik bertubuh seksi itu tidak terlalu memperhatikan keadaan ayahnya yang hari ini sedang sakit."Dad … pergilah tidur, biar aku yang menyelesaikan pesanan kita di toko.""Tidak perlu Rose, Daddy sudah lebih baik. Daddy sudah minum obat tadi…."Pria paruh baya itu tetap bersikeras membantu Rose dan pegawainya mengepak pesanan yang hari ini memang cukup banyak, bahkan bisa dikatakan membludak.Mereka harus mengirim hampir lima puluh pesanan dalam jam yang sama, hingga dua pegawai dengan Rose yang ikut membantu tidak akan cukup waktu untuk mengirimnya pikir Alex.Meski sudah di tegur beberapa kali oleh Rose dan diminta untuk beristirahat, tapi Alex tetap memaksakan dirinya untuk ikut membantu.Hin