Tidak berhenti sampai disana, setelah
menyemburkan cairan lengket miliknya. Allen mengangkat tubuh Rose, melingkarkan dua kakinya ke pinggang tanpa melepaskan tautan tubuh bawah mereka.
Kaki Rose kebas, dia tidak bisa merasakan apapun karena dipaksa berdiri oleh pria berjambang itu selama satu jam pergulatan mereka.
"Kita masih belum selesai Rose…." bisiknya menggigit ujung telinga wanitanya.
Baju Rose sudah compang camping karena dirobek paksa oleh Allen. Pria itu kembali menyentak setelah dia membaringkan Rose ke atas ranjang.
"Kau harus menerima hukumanmu. Malam ini kita tidak akan tidur sampai pagi!"
Rose meringis merasakan benda panjang dan besar Allen kembali mempermainkan tubuh intinya.
Allen tidak membiarkan dua gundukan Rose terbebas begitu saja. Pria penuh nafsu itu memilin, memainkan ujung merah muda itu tanpa henti.
<"Apa yang kamu rasakan saat ini Rose?""Aku sudah jauh lebih baik Dokter, terima kasih….""Baguslah, aku sangat senang mendengarnya. Lain kali kalau Allen masih bersikap kasar, katakan saja padaku. Aku akan membawamu pergi jauh darinya," sahut Liam setengah berbisik."Coba saja kalau kau berani!" sela Allen mendengar ucapan dokter pribadinya itu."Aku akan menghubungimu Dok, tenang saja," balas Rose sengaja memanas-manasi Allen."Kemanapun kalian lari, aku bisa dengan mudah menemukan kalian!"Rose memutar bola mata malas dan kembali berbicara dengan Liam. Dia masih saja kesal dengan pria itu meski Allen sudah meminta maaf berulang kali."Kalau begitu aku pergi dulu, jangan lupa minum obatmu Rose. Kabari aku kalau ada apa-apa, ok?""Baik Dokter. Terima kasih…." Rose tersenyum seman
Setelah pertengkaran yang diikuti pergulatan panas antara Allen dan Rose, keduanya perlahan mulai terlihat lebih dekat.Meski Allen belum memperjelas hubungan yang ada diantara mereka, tapi pria itu perlahan mulai bersikap lebih lembut dan manis.Rose sampai heran melihat bagaimana pria itu datang membawakan makan siang untuk mereka."Makan dulu Rose," ujarnya mulai menyiapkan makanan diatas meja."Sebentar lagi, aku masih harus menyelesaikan laporan bulan ini."Allen berdecak dan mendekati meja kerja Rose. "Kau bisa melanjutkannya nanti. Ayo, aku sudah lapar. Temani aku makan."Allen menarik tangan Rose, memaksa wanita itu ikut berdiri mengikuti atasannya ke kursi sofa untuk makan siang."Aku membelikanmu spaghetti carbonara."Wangi aroma spaghetti kesukaannya langsung menyeruak ma
"Bagaimana mobil yang membawa Rose bisa hilang Ace?""Aku belum bisa memastikannya Bos, tapi dari arah GPS yang terlihat mobil itu berhenti di dekat tebing saat ini.""Kalau begitu kita kesana sekarang!"Ace mengangguk dan mulai melajukan mobil mereka dengan kecepatan penuh. Mengikuti arah GPS dimana mobil yang membawa Rose terakhir berada, Allen duduk dengan gelisah.Semoga saja tidak terjadi sesuatu pada wanita yang kemarin bertengkar hebat dengannya.Ternyata perasaan Allen yang sejak tadi tidak enak karena ini. Rose menghilang setelah mereka berbaikan dan makan siang bersama.Tidak butuh waktu lama mereka tiba di tempat yang ditunjuk arah GPS. Mobil hitam mewah keluaran terbaru yang masih mengkilap, terparkir begitu saja di dekat tebing dengan pintu penumpang belakang yang terbuka.Allen buru-buru keluar dan berlari
Rose merasa kepalanya berdenyut bukan main dengan rasa berat seperti dihantam batu.Perlahan wanita bermanik mata biru itu membuka matanya. Mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru, Rose sadar kalau dia tengah berada di tempat yang asing.Tunggu, ada dimana dia sekarang? Terakhir dia bertemu dengan Juliet bukan? Apa yang terjadi padanya? Apa wanita itu sengaja membius dan menculiknya?Rose berusaha bangkit dari ranjang berukuran 2x3 tersebut dan mencoba melangkah menuju jendela ruangan ini. Matanya membola sempurna saat melihat di depan sana hanya ada lautan.Dimana aku? Rose mencoba membuka paksa jendela itu namun seseorang malah masuk membuka pintu dengan kuat."Mau apa kau jalang?!"Juliet berjalan cepat dan menarik rambut panjang Rose, menyeretnya dan mendorong wanita itu ke lantai."Kau mau lari, hah? Kau pikir kau
"Mau apa kalian?!" pekik Rose terkejut mendapati dua orang berbadan besar mengangkatnya dari ranjang."Diam jika tidak mau kami berbuat kasar padamu!" sentak satu diantara dua orang itu."Lepaskan aku!" Rose terus memberontak hingga mereka berhasil mengikatnya ke dekat dinding dengan kaki dan tangan yang sengaja di tarik terbuka.Adam masuk ke dalam ruangan dimana Rose di sekap dan duduk menatapnya tajam."Lepas pakaiannya!" perintah pria itu pada dua orang tadi."A-apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" Rose berteriak histeris saat bajunya dirobek paksa hingga tersisa pakaian dalamnya saja.Adam tersenyum licik dan menatap penuh damba tubuh seksi Rose."Pantas saja Allen begitu terpikat padamu! Kau punya tubuh yang menggairahkan rupanya!""Brengsek! Lepaskan aku kau bajingan gila!" pekik Rose menatap nyalang Ada
Kediaman Robert Clark…"Selamat datang tuan-tuan, mari silahkan duduk…." sambut Robert menyapa dua orang pria yang sedikit lebih muda darinya."Terima kasih sudah memenuhi undangan aku hari ini." sambung Robert mulai berbasa basi."Ada apa kau ingin menemui kami?" tanya satu orang bernama West."Bagaimana kalau kita minum dulu? Tidak perlu terburu-buru, aku mengajak kalian kesini pasti karena ini akan sangat menguntungkan kelompok kita masing-masing!" sahut Robert tersenyum penuh arti.Dua pria itu saling bertatapan dan menerima gelas kristal berisi brandy yang diberikan Robert pada mereka."Untuk kesuksesan kita bersama!" Robert mengangkat gelas tinggi mendetingkannya sebelum mereka meneguk minuman memabukkan itu."Kau sepertinya sangat percaya diri dengan tujuanmu memanggil kami kemari Tuan Robert?" sahut seorang yan
Tepat pukul enam pagi di tengah embun masih membasahi rumput, Robert bersama dua kakak beradik yang menjadi sekutunya bergerak menyerang markas Blue Fire. Mata-mata yang Robert kirim untuk memantau pergerakan keponakannya mengatakan, kalau pria berjambang itu sudah berangkat dari tadi malam menuju pulau pribadi dimana Rose di sekap. Kesempatan ini digunakan olehnya untuk menyerang markas Blue Fire, yang dikenal memiliki tingkat keamanan cukup tinggi di negara mereka. "Perintahkan anggota kalian untuk menyerang dari sisi barat dan timur. Anggotaku akan menyerang dari sisi utara!" perintah Robert pada Bruno dan West. "Apa kau yakin Allen sudah pergi meninggalkan markasnya Tuan Robert?" tanya West tidak yakin. Entah kenapa perasaannya jadi tidak enak sekarang. Takut jangan sampai mereka justru datang mengantarkan nyawa kesini. "Mata-mata yang aku kir
"Ka-kau." Manik mata tua itu membola sempurna melihat Allen berdiri menjulang di depannya."Selamat datang di markasku," sahutnya membuka kedua tangan lebar. "Bagaimana penyambutanku hari ini Paman?" sambung Allen menyeringai licik."Kau tidak pergi?" tanya Robert masih terkejut."Kenapa? Apa kau berharap aku pergi menjemput wanitaku, hm? Mata-mata yang kau kirim sungguh tidak berguna!"Allen tertawa remeh dan memberi perintah pada anggotanya untuk mengikat Robert."A-apa maksudmu Al?""Mata-matamu sudah mati sebelum dia memberikan informasi tidak benar padamu!"Seorang anggota Blue Fire tidak sengaja mendengar laporan mata-mata yang dikirim Robert untuk mengawasi semua gerak gerik Allen kemarin malam, dan melaporkannya pada Ace.Pria itu bergerak cepat dan menyeret mata-mata tersebut kehadapan Allen