Share

Berkas Lamaran

Dua tahun kemudian

"Good morning Bos!" sapa seluruh karyawan A, Corp setiap kali bertemu dengan pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.

Allen yang selalu dingin dengan orang lain hanya mengangguk tanpa membalas sapaan karyawannya.

"Hari ini berkas lamaran untuk sekretaris baru Bos sudah ada diatas meja," ujar Ace sebelum membuka pintu masuk ruangan Allen.

Satu buah meja kerja bersama tempat duduk nyaman berwarna hitam dan satu stel kursi sofa berwarna abu-abu mengisi ruangan sang Bos Mafia di perusahaan ini.

Setumpuk berkas sudah tersusun rapi disamping kiri meja dan segelas kopi hitam yang masih mengepul berada disamping kanannya.

"Kamu mau kemana Ace?" tanya Allen saat melihat asistennya akan menutup pintu dan keluar dari ruangan dia.

"Aku akan pergi kebagian keuangan bos, laporan bulan lalu ada sedikit masalah. Aku harus mengeceknya langsung disana," sahut Ace.

"Ya sudah, kamu bisa pergi. Tapi nanti begitu kamu kembali darisana, jangan lupa untuk mengecek berkas-berkas itu untukku!" tunjuk Allen dan duduk dikursi kebesarannya.

"Tapi Bos, aku mungkin akan sedikit lama disana! Dan bukannya Bos sendiri yang mengatakan ingin memilih sendiri siapa yang akan menjadi sekretaris Bos kali ini?" sahut Ace mengingatkan perkataan Allen seminggu yang lalu padanya.

Allen menghembuskan nafas panjang, ternyata dia yang lupa akan apa yang dia ucapkan sendiri pada Ace.

Sekretaris Allen sebelumnya tidak ada satupun yang benar, mereka sengaja melamar disini hanya untuk bisa dekat dengan dia, ataupun menjadi kaki tangan musuh yang ingin menumbangkan dia melalui perusahaan yang Allen punya.

"Baiklah, kamu bisa pergi sekarang."

"Baik bos, saya permisi." Ace membungkuk memberi hormat dan menutup pintu tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Sebelum larut dalam dokumen lamaran untuk posisi sekretarisnya diatas meja, Allen terlebih dahulu menyeruput kopi hitam didalam gelas hingga tandas.

Kebiasaan lelaki itu sebelum memulai segala aktifitas dia dikantor, Allen akan lebih dulu menikmati cairan berwarna hitam pekat dengan satu sendok teh gula sebagai pemanisnya.

Ada sekitar dua puluh lima berkas lamaran yang diberikan pihak HRD setelah melalui tahapan pemeriksaan yang ketat dari mereka.

Untuk menjadi sekretaris seorang Allen Clarck diperusahaan ini, setidaknya para pelamar minimal harus bisa menguasai dua bahasa asing serta memiliki skill dan akademik yang tinggi.

Meski dia memiliki Ace sebagai asistennya, namun Allen ingin sekretaris dia juga bisa diandalkan dalam perusahaan dan terlebih dapat dipercaya.

Saat membuka berkas yang kesepuluh, Allen tersentak saat melihat foto close up seorang wanita yang selama dua tahun ini dia cari.

Wanita itu sedang tersenyum menampilkan giginya yang putih dan rapi dengan rambut yang diikat ponytail, serta memakai kemeja putih berlatar merah.

Allen seketika tersenyum sumringah dan menjadi bersemangat, dia membuka lembaran demi lembaran berkas lamaran wanita cantik bernama Rose White.

"Jadi namanya adalah Rose, pantas saja dia sangat wangi...," gumam Allen membayangkan wajah serta bau tubuh Rose waktu itu.

Bos mafia itu mengecek berulang kali berkas lamaran pekerjaan Rose dengan teliti dan hati yang membuncah.

Entah kenapa dia jadi sebahagia ini hanya karena satu wanita yang tidak bisa dia temukan.

Seminggu setelah kejadian penyerangan di gang dua tahun lalu, Ace atas perintah Allen bosnya mengecek cctv di dekat sana namun nihil.

Sama sekali tidak ada jejak apapun yang tertinggal saat kejadian itu, karena cctv yang ada disekitar sana sengaja dirusak oleh musuh agar Allen tidak bisa menemukan keberadaan mereka.

Karena alasan itu jugalah sampai Ace maupun Allen tidak dapat menemukan wanita yang sempat menemani dan mengajak bos mafia itu berbicara, ditengah kondisi dia yang semakin lemah karena kehilangan banyak darah.

Allen bahkan sampai harus menurunkan orang kepercayaannya untuk mencari sosok wanita yang tidak dia ketahui namanya waktu itu.

Dan kini, saat pencarian yang dilakukan Allen sudah dia hentikan. Rose malah muncul secara tiba-tiba dan melamar menjadi sekretarisnya.

Allen seketika penasaran dengan Rose yang masih mengingat dia atau tidak. 

Lelaki berjambang yang sedang bahagia luar biasa ini, mengambil ponsel disaku jasnya lalu menghubungi Ace dengan cepat.

"Halo Bos."

"Kesini sekarang!" perintah Allen dan menutup sepihak panggilan teleponnya.

Allen lalu berdiri sambil memegang berkas lamaran Rose ditangan, dan berbalik menatap pemandangan laut dari kaca jendela transparan ruang kantornya.

Gedung kantor berlantai dua puluh itu berada dikawasan South Beach yang bersebelahan dengan gedung hotel mewah milik Allen Clarck.

Tidak sampai lima menit, Ace tiba diruangan bosnya dengan langkah cepat.

"Ada apa Bos?" tanya Ace khawatir.

"Ini." Allen memberikan berkas lamaran pekerjaan Rose kehadapan asistennya.

"Apa ini bos?" tanya Ace lagi tidak mengerti.

"Itu wanita yang kita cari selama dua tahun ini Ace." tunjuk Allen pada foto close up Rose.

Ace seketika terbelalak tidak percaya melihat sosok wanita dalam foto yang telah membuat bosnya uring-uringan semenjak bertemu dengan wanita itu.

"Dia-"

"Dia yang akan menjadi sekretarisku Ace," ucap Allen cepat. "Kau segera hubungi dia dan suruh dia datang kemari besok pagi!" sambungnya lagi.

Ace mengangguk mengerti dan membaca sekilas biodata wanita bernama Rose White tersebut, lalu melangkah keluar dari ruangan Allen.

"Mau kemana lagi kamu Ace?"

Ace berbalik dan berujar. "Tadi Bos bilang hubungi nona ini."

"Iya, lalu?"

"Yah aku mau menghubungi dia dulu Bos." sahut Ace menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Telpon dia dari sini saja! Pakai nomor telepon ruanganku." tunjuk Allen pada telepon kantor yang berada diatas meja kerjanya. "Hubungkan kespeaker agar aku bisa mendengarnya!" sambung Allen lagi dan duduk dikursi sofa.

Ace hanya bisa mengangguk dan berjalan mendekati meja kerja sang Bos lalu mulai menekan nomor ponsel Rose, yang tertulis dalam CV nya.

Dalam bunyi sambungan kelima, panggilan telepon itupun diangkat. 

"Halo...," suara lembut Rose terdengar dari telepon kantor ruangan Allen dan membuat lelaki itu tersenyum tipis.

"Halo selamat siang, apa benar ini dengan nona Rose White?" tanya Ace memastikan.

Allen sedang duduk didepannya dan mendengarkan dengan seksama pembicaraan Ace dan Rose ditelepon.

"Iya benar, ini darimana?" sahut Rose lagi dari seberang sana.

"Saya dari bagian HRD perusahaan A, Corp ingin mengonfirmasikan kalau nona diterima bekerja diperusahaan ini sesuai dengan posisi yang nona lamar sebagai sekretaris. Nona bisa datang besok pagi pukul delapan untuk bicara lebih lanjut mengenai kontrak kerja dengan perusahaan kami."

"Apa? Benarkah? Oh astaga," pekik Rose bahagia antara percaya dan tidak percaya dengan kabar yang baru saja dia dengar. 

Allen dan Ace yang mendengar suara melengking antusias Rose tersenyum geli. Sepertinya sosok wanita yang akan menjadi sekretaris bos mafia paling ditakuti ini, akan membuat kehidupan datar keduanya menjadi lebih menarik.

"Ehemmm...!" Ace sengaja berdehem karena Rose sepertinya tidak sadar kalau panggilan telepon itu masih tersambung.

"Eh ya ampun ... maaf, maaf pak" sahut Rose tidak enak saat mendengar suara Ace dari ponselnya. "Baik pak, saya akan datang kesana besok pagi jam delapan. Terima kasih banyak pak!"

Tuuttt.. tuutt.. tuuuttt...

Rose menutup panggilan itu tanpa menunggu jawaban dari Ace, yang notabene akan menjadi atasan dia dikantor.

"Astaga, kenapa malah wanita ini yang menutup teleponnya?" ujar Ace menggelengkan kepala dan meletakkan gagang telepon kembali pada tempatnya.

Ace lalu berjalan mendekati Allen yang duduk diam dikursi sofa.

Lelaki itu sedang melamun hanyut dalam pikirannya sendiri tentang sosok yang akan dia temui lagi besok, setelah dua tahun lamanya mencari keberadaan wanita bernama Rose White.

"Aku ingin kamu mengatur satu meja baru untukku di dalam sini!"

"Apa Bos?" tanya Ace memastikan lagi perintah bosnya yang duduk dikursi single sampingnya.

"Apa kau sudah tuli sekarang Ace!" sentak Allen menatap tajam asistennya.

Ace tersenyum salah tingkah dan mengangguk. "Baik Bos, besok pagi meja yang Bos minta akan ada disini."

"Bagus, pilihkan kursi yang paling bagus dan nyaman untuk Rose. Aku ingin dia betah bekerja denganku nantinya."

"Oh jadi untuk nona Rose yah...," gumam Ace menatap menyelidik bosnya.

"Tidak perlu menatapku seperti itu Ace! Keluarlah, kembali ke tempatmu dan lanjutkan pekerjaanmu!" 

Ace tersenyum tertahan merasa Bos Mafia ini pasti ingin Rose satu ruangan dengan dia mulai besok. 

"Baik Bos," sahutnya dan berdiri meninggalkan ruangan Allen sambil bersiul-siul pelan untuk menggoda lelaki dingin itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status