Share

Bab 2

"Bisakah kau diam?! Apa matamu buta?! Kau tidak tahu jam berapa sekarang?!" teriak seorang wanita yang umurnya kisaran di atas tiga puluhan. Ia terlalu emosi sampai urat di lehernya terlihat.

Wanita muda yang tadinya bersemangat pun menutup mulutnya rapat.

Ia memang melupakan bahwa ini sudah dini hari. Barulah ia menyadarinya ketika melihat pada jam tangannya yang bulat. Segera wanita muda itu menatapnya dengan penuh permohonan maaf. Karena saat ia akan berbicara, tetangganya itu sudah menyemprotnya kembali.

"Gara-gara kau, anakku jadi susah ditidurkan!" Setelah berteriak lagi, wanita itu masuk sambil membanting pintunya dengan keras.

Brak!

Dia tersentak seraya memejamkan matanya saat menikmati suara dentuman keras itu. Ketika membuka mata, dia mulai menyemangati dirinya lagi yang baru saja merasa begitu kaget.

"Tapi aku basah sekarang!" tatapnya pada sweater yang ia kenakan sekarang. Dari ujung rambut sampai setengah badan, ia basah kuyup saat ini.

Orang-orang yang ia sewa untuk mengangkut barang-barangnya pun hanya bisa diam dengan wajah prihatin ketika hal itu terjadi. Lagipula ini memang salahnya karena sudah berteriak-teriak di jam yang tidak semestinya.

Beberapa jam berlalu,

Dini hari berganti fajar ketika semua barang selesai dimasukkan ke dalam apartemennya. Wanita itu lantas menurunkan sudut bahunya yang semula tegak simetris. Lemah, letih, lesu, lunglai, rasa lelahnya kini ia keluarkan melalui deretan peluh di dahinya.

"Ternyata belum selesai!" Keluhnya pada barang-barang kecil yang belum ia rapihkan. Semuanya masih menunggu di dalam boks untuk diletakkan di tempat baru mereka.

"Ahh, masa bodoh! Lebih baik aku mandi dulu sekarang!" Murung di wajah itu seketika berubah menjadi ceria. Ia bersenandung sambil melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Wanita muda itu bernama Amberley Klarybel. Orang-orang di sekitarnya biasa memanggilnya Amber. Usianya menginjak dua puluh tiga tahun sekarang. Wanita ceria yang tak suka memusingkan sesuatu. Hidup harus dibuat sesimpel mungkin menurutnya.

Seperti sekarang, dikala rumah barunya masih berantakan, dia lebih memilih untuk mandi dan bahkan di kepalanya sudah ada niatan untuk merebahkan diri. Dia terlalu ngantuk, katanya di dalam hati.

"Pasang sprei lebih dulu!" ucapnya riang dengan nada ringan.

Kain persegi panjang dengan motif beruang dikembangkan di atas kasurnya yang sudah ia bersihkan terlebih dahulu. Lalu ia masukkan sisi yang tersisa ke bawah kasur agar terlihat lebih rapi.

Sekilas ia pandangi semburat jingga di langit sana melalui jendelanya. Di jam segini, biasanya orang baru akan bangun tidur lalu memulai aktifitasnya. Sedangkan dia, dia baru akan mulai masuk ke alam mimpinya. Wanita itu tersenyum tak peduli.

Amber melompat ke tempat tidur kecil yang sudah rapih seorang diri di antara barang lainnya di apartemen itu. Setelah menelungkupkan tubuhnya, Amber lalu telentang menghadap ke arah langit-langit kamar.

"Besok aku sudah harus mencari pekerjaan lagi!" Dia sedang menyemangati dirinya sendiri sambil menipiskan senyuman.

Amber pindah dari tempat tinggalnya yang lama karena tempat itu mendapat gusuran. Di kawasan tempat tinggalnya yang lama itu akan dibangun sebuah pusat perbelanjaan megah yang berdampingan dengan sebuah hotel mewah. 

Kenapa dia pindahan pada dini hari begini?! Tentu saja karena dia harus menyelesiakan pekerjaan paruh waktunya terlebih dahulu sebagai petugas minimarket. Jadi baru sekarang ini ia memiliki waktu.

Lagipula tempat tinggal yang ia pilih ini dekat dari kampus, sehingga bisa mempersingkat waktunya sehari-hari. Mungkin saja bisa menambah jadwal pekerjaan paruh waktunya. Hehe! Bola matanya berubah bentuk menjadi mata uang sekarang.

Tak sampai sepuluh menit, wanita itu pun terlelap dengan suara dengkuran keras. Mulutnya terbuka itu penyebab suara berisik itu semakin menggema. Beruntung saja dia hanya tinggal seorang diri. Jadi tidak ada yang terganggu dengan kebiasaan buruknya ini jika sudah kelelahan begini.

Dor!

Baru setengah jam Amber tertidur. Namun ia harus bangun dengan terengah-engah karena mendengar suara tembakan. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan perasaan waspada.

"Mimpi itu lagi!", Amber mendesah pelan seraya mengusap keringat yang sudah banjir lagi di keningnya.

ade eka

sudah bab 2,, selamat membaca ya teman-teman semuanya, semoga suka ☺️

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status