Share

Bab XXXVIII

Athanasia mendudukkan bokongnya di kursi taman yang berada tepat di bawah pohon beringin. Ia terdiam sejenak dengan mata yang sudah bengkak. Air mata yang terus-menerus mengalir membuat jemarinya menghapus jejak air matanya. Kepalanya terus menunduk menatap tanah dengan perasaan gusar, menunggu sang kekasih datang.

"Sia," panggil seseorang dengan suara yang begitu amat ia rindukan, siapa lagi kalau bukan Arsa.

Athanasia mengangkat wajahnya menatap laki-laki yang berdiri dan tersenyum ke arahnya, senyuman lelaki itu membuat hatinya seperti tersayat bilah pisau yang tajam. Seketika air matanya mengalir begitu saja tanpa permisi. Athanasia berdiri sembari menghapus air matanya.

"Maaf ngebuat lo khawatir. Seharusnya dari awal kita ga—" Ucapan Arsa terpotong tatkala Athanasia berlari ke arahnya dan langsung memeluk tubuhnya ta

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status