Share

Chapter 4 : Money, come here!

Setelah selesai di salon, mereka menuju hotel tempat makan malam berlangsung. Rasanya menjadi cinderella yang tiba-tiba bertemu pria tampan dan kaya. Sona menatap Nagara yang hanya memakai pakaian biasa sementara dirinya memakai gaun super cantik.

"Ehm, tuan muda. Anda tidak memakai pakaian formal sepertiku?" tanya Sona.

"Untuk apa? Hanya bertemu dengan kakekku saja."

Sona mengangguk, ia masih penasaran orang seperti apa Nagara ini? Apakah sekejam yang dikatakan orang-orang? Sepertinya tidak, jika saudara kembarnya sangat baik pasti sifat Nagara yang satu ini tidak jauh berbeda.

Setelah sampai hotel, mereka turun lalu segera menuju ke ruangan yang telah di sewa. Baru kali ini Sona masuk ke hotel mewah, dia langsung berlari menuju pintu kaca besar membuat kedua pria tampan itu heran.

"Foto 'kan dong! Jarang sekali aku datang ke tempat ini," ucap Sona sambil menyodorkan ponselnya.

Nagara melewatinya dan berbisik. "Jangan norak!"

Sementara Sekertaris Kai menatapnya dengan dingin lalu melewatinya mengikuti sang tuan. Padahal Sona yang dikenalnya tidak seperti ini.

Sona mendengus ia berteriak pada mereka.

"Aku bisa memfoto diriku sendiri! Dasar! Aku bukannya norak tapi hanya kagum saja," teriak Sona memandang mereka yang mulai masuk ke lift.

Sona yang sadar langsung berlari mengejar mereka. Nagara berdecih melihat wanita itu banyak tingkah.

Dia berlari sampai ngos-ngosan dan pada akhirnya sampai juga di lift. Dirinya menatap mereka dengan kesal.

Awas saja! Jika bukan karena uang aku tidak mau melakukan hal ini.

"Kakekmu tipe orang yang suka wanita bagaimana? Pendiam atau yang rusuh?" ucap Sona.

"Yang jelas tidak norak sepertimu."

"Hah... Yang tadi bukan norak tapi kagum saja. Eh tuan muda...."

"Diam kau!" ucap Nagara menyuruh Sona untuk tutup mulut.

Sona langsung terdiam, sekian detik mereka tanpa suara dan pada akhirnya sampai juga ditempat makan malam yang sudah disewa.

Nagara langsung menggandeng Sona, Sona sangat terkejut lalu mendongak memandang pria yang tingginya 20 senti lebih tinggi daripadanya. Benar-benar tampan dan rupawan.

Harusnya dengan wajah tampan seperti ini ia bisa memilih wanita idamannya. Namun kenapa dia harus berpura-pura menikah didepan keluarganya?

"Ini adalah wanita ke 7 yang kau bawa kemari, apakah dia wanita sewaanmu lagi?" tanya kakek sambil meminum anggur merah.

"Dia wanitaku yang terakhir, aku akan menikahinya," ucap Nagara datar.

Sekertaris Kai menarik kursi untuk pasangan itu. Mereka duduk bersebelahan, Sona sangat tidak nyaman dengan tatapan kakek tua itu.

Mereka lalu makan bersama, sedari tadi hanya hening tidak ada pembicaraan. Sona nampak kesusahan mengiris daging menggunakan pisau. Nagara yang melihatnya langsung membantunya, dia menyuapkan pada Sona.

Kakek tersenyum kecil, ia tahu mereka hanya akting saja.

"Sudah lama kalian saling kenal?" tanya kakek.

"Iya."

"Hem, idemu membangun apartemen mewah sangat brilian juga. Tapi kau yakin bisnismu akan lancar? Lihatlah saudara kembarmu! Walau bisnisnya terkesan sederhana yaitu berjualan online tapi dia sudah sukses besar. Kakek tidak mau kau membuang-buang uangku jika bisnis apartemen mewahmu gagal," ucap kakek.

Nagara melempar garpu ke meja lalu yang mengeluarkan bunyi nyaring. Dia sangat kesal selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya yang sukses tanpa bantuan dari sang kakek. Kakek melihat perubahan sang cucu yang arogan dan keras kepala. Masa lalunya yang kelam membuatnya seperti ini.

"Maka dari itu aku malas bertemu dengan kakek. Setiap bertemu yang kakek bahas hanya Dewa, Dewa dan Dewa. Jalan hidup kami sangat berbeda. Jadi jangan bandingkan aku dengannya lagi," ucap Nagara sambil berdiri.

Dia langsung pergi tanpa melanjutkan makan malam lagi. Dirinya yang emosian belum bisa mengendalikan amarahnya. Sekertaris Kai menunduk hormat pada Kakek Adhiatma lalu mengikuti sang tuan yang memilih meninggalkan makan malamnya.

Sona sangat bingung dengan posisinya, apakah dia harus menyusul Nagara atau melanjutkan makan malam dengan kakek calon suaminya itu?

Rasa canggung menyelimutinya, pada akhirnya ia melanjutkan makan malam berdua saja dengan kakek tua itu.

"Dibayar berapa kau dengannya?" tanya kakek.

Sona terkejut, ia tidak berani menjawab.

"Hahaha jujur saja! Kau adalah wanita ke 7 yang dibayar oleh Nagara untuk membohongiku."

”Saya dibayar 20 juta sebulan selama 6 bulan kedepan. Maafkan saya yang terlihat murahan! Saya hanya butuh uang," jawab Sona.

Kakek Adhiatma tersenyum kecil. "Berani sekali dia membayarmu tinggi? Padahal wanita-wanita sebelumnya hanya dibayar 3 juta saja. Apa kelebihanmu?"

Sona menggeleng, ia tidak tahu kelebihannya yang membuat Nagara berani membayarnya semahal itu hanya untuk menjadi pasangan palsunya.

"Aku tidak tahu sampai kapan kau akan bertahan dengan pria arogan seperti Nagara. Wanita-wanita bayarannya hanya bertahan tak sampai satu bulan dengan Nagara. Namun, aku akan memberikan bonus 100 juta jika kau benar-benar bisa memikat cucuku yang keras kepala itu," ucap kakek.

100 juta? Maksudnya aku harus membuatnya jatuh cinta padaku?

***

Keesokan harinya.

Hari ini Sona memasak makanan spesial untuk Nagara. Dia memasak nasi goreng beserta telur dadar yang menurutnya sangat lezat pasti bisa memikat hati Nagara.

Dia tak lupa memakai baju bagus dan berdandan cantik, kali ini ia harus membuat Nagara terkesima.

Sesampainya di kantor milik real estate Bimasena itu, dia langsung naik ke atas menuju ruangan pria menyebalkan itu. Kali ini aktingnya harus bagus supaya Nagara terpikat dengannya.

Saat sudah sampai atas ia di cegah oleh Sekertaris Kai.

"Minggir! Aku tidak ada urusan denganmu," ucap Sona.

"Tuan Nagara tidak ingin berjumpa denganmu lagi."

"Siapa bilang? Aku calon istrinya jadi kau harus membiarkanku menemuinya," ucap Sona.

Sekertaris Kai tersenyum kecil. Dia menunjuk pintu ruangan sang tuan yang terdapat kertas bertuliskan. "Wanita payah tidak boleh masuk! Melangkah satu langkah saja, akan aku penggal kepalanya."

Sona sangat terkejut, ia langsung memegangi lehernya namun ia tak semudah itu menyerah. Dia benar-benar ingin merebut hati Nagara.

"Kita lihat, jika dia tidak membolehkanku masuk maka dia yang harus keluar," ucap Sona menyeringai.

Sekertaris Kai memperhatikan Sona, gadis gesrek itu mulai menunjukan bakat aktingnya yang terpendam. Sepertinya tontonan kali ini akan asyik. Sona mengambil ancang-ancang dan siap beraksi.

"Ah... ah... Kak Kai... Jangan! Jangan! Ah... aduh... sakit Kak Kai... Aaaah... Iiihhh... Uuuuuh... Ampun Kak Kai!" teriak Sona mendesah sambil menyeringai.

Sekertaris Kai sangat heran dengan tingkah Sona. Berani sekali Sona tanpa malu melakukan itu. Pintu dari ruangan Nagara terbuka, Sona langsung menjulurkan lidah mengejek Sekertaris Kai karena caranya membuat Nagara keluar dari ruangannya sangat berhasil.

"Akhir-akhir ini aku sering berdelusi, aku mendengar suara monyet bernyanyi. Huhu a-aak huhu a-aak, begitu suaranya?" ucap Nagara heran.

Sekertaris Kai langsung tertawa kecil sedangkan Sona sangat kesal karena suaranya dikatai monyet.

Awas kau, Nagara! Baru kali ini suara merduku dikatai mirip monyet. batin Sona 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status