Share

Chapter 5 : Oh Damn!!!

Sona menunjukan keahliannya dalam bersilat lidah, ia mengoceh kesana kemarin didepan.

Nagara yang hanya mengorek telinga dengan jengah. Sampai pada akhirnya Nagara lelah sendiri dan membiarkan Sona mendongengkannya.

“Tuan muda, aku juga membawakan jamu langgananku. Jamu ini membuatmu selalu bertenaga dan tidak mudah lelah. Tuan muda, aku membawakan nasi goreng spesial untukmu. Aku membuatnya sendiri penuh cinta,” ucap Sona.

Nagara mulai berbicara. “Kai?”

“Iya, tuan.”

“Seret burung beo ini! Mengganggu saja.”

Sona langsung berlari menghindar dan mendekati Nagara. Dia meminta perlindungan Nagara dan tidak ingin keluar sebelum pria sombong itu memakan makanannya.

Nagara berdiri lalu langsung mendorong Sona diatas meja kerjanya, tangannya

mengunci tubuh Sona supaya setengah badannya terbaring di atas meja.

“Hei wanita payah! Aku sudah membatalkan perjanjian kita. Aku tidak jadi menikah denganmu. Kau membuatku muak saja,” ucap Nagara.

“Tapi tuan muda, kau sudah membayar DP nya padaku.”

Nagara menekan dagu wanita itu dengan kuat. “Anggap saja itu uang sedekah untukmu.”

Nagara menarik tangan Sona sehingga wanita itu berdiri. Kenapa semua pria selalu mempermainkannya? Sekertaris Kai dan bahkan kini Tuan muda Nagara juga membuatnya kecewa. Ya, dia kecewa karena gagal akan mendapat uang banyak bukan karena gagal mendapat cinta dari Tuan muda Nagara yang sombong itu.

“Untuk kalian yang sudah membuatku terluka, semoga kalian mendapatkan hal setimpal karena sudah mempermainkan anak yatim piatu sepertiku,” ucap Sona memandang kedua pria tampan itu.

“Hahahahaha...” tawa Nagara menggelegar di seluruh ruangannya.

Sona mengelap air matanya yang berjatuhan, apakah ini semua lucu baginya? Apakah ini sebuah hiburan baginya? Betapa teganya ia menertawakan gadis yatim piatu

seperti Sona.

“Lucu sekali, kau menjadikan yatim piatu sebagai tamengmu? Wah... Tidak ada gunanya. Kita sama-sama anak yatim piatu,” ucap Nagara.

“Tapi setidaknya kepergian orang tuamu meninggalkan banyak harta benda. Sedangkan kepergian orang tuaku hanya meninggalkan hutang. Huh... Kenapa aku harus curhat kepadamu? Dunia memang tidak adil,” ucap Sona sambil mengelap air matanya.

Sona mengambil plastik yang berisi nasi goreng buatannya, ia melangkah menuju pintu sambil mengelap air mata yang berjatuhan. Sekertaris Kai mengeratkan tangan, ia sangat tidak tega kepada wanita yang sangat dicintainya. Nagara memperhatikan sang sekertaris, dia mendekatinya.

“Kau tidak terima aku mempermainkannya? Hahaha... hoaaam, pertunjukan tadi membuatku mengantuk. Hus... sana pergi! Aku mau tidur,” ucap Nagara.

Sekertaris Kai langsung keluar untuk mengejar Sona. Wanita itu belum berjalan cukup jauh lalu masuk ke lift, Sekertaris Kai ikut masuk membuat Sona tidak nyaman. Sona menjauhi Sekertaris Kai dan memalingkan wajah. Pria yang tinggi itu mencoba mengajak mengobrol sang mantan pacar.

“Maafkan, aku!”

Sona menaikan alisnya lalu tersenyum kecil. “Tuanmu adalah pria unik yang pernah aku temui. Aku jadi semakin penasaran dengannya.”

“Apa maksudmu? Kau berusaha untuk mendekatinya lagi?”

Sona menggeleng, untuk apa melakukan itu? Membuang waktunya saja. Sekertaris Kai memeluknya dari belakang. Dia meminta maaf kepada Sona karen sudah ikut melukainya. Hubungan mereka yang terjalin sudah satu tahun harus kandas karena Nagara. Sona mengangguk, ia menerima dekapan sang mantan kekasih. Dia tidak punya siapa-siapa selain Sekertaris Kai yang selalu ada untuknya. Namun mereka memang tidak bisa bersama lagi karena orang tua pria itu tidak merestui hubunngan mereka. Ya, sosok Sona yang miskin menjadi alasan utama orang tua Sekertaris Kai tidak merestui mereka. Pintu lift terbuka, Sekertaris Kai segera melepas dekapannya. Sona tersenyum lalu mengulurkan tangan pada pria tampan

itu.

“Walau kita sudah putus tetapi kita masih bisa menjadi teman ‘kan?” tanya Sona.

Sekertaris Kai menerima uluran tangan Sona, mereka berjabat tangan. “Ya, kita masih bisa menjadi teman.”

Namun Sona malah meremas tangan pria itu dengan kuat, semakin sekertaris Kai ingin melepaskannya semakin kuat juga genggaman erat dari Sona. Sona tersenyum menyeringai pada pria dingin tanpa ekspresi itu.

“Siapa juga yang ingin menjadi temanmu? Kau pasti sudah mengompori tuan muda untuk membatalkan pernikahan kontrak kami karena kau cemburu ‘kan?” ucap Sona.

Gadis itu memang jago berakting bahkan membuat Sekertaris Kai terkecoh. Sekertaris Kai menarik tangan Sona dan membuatnya berputar lalu punggung wanita itu menabrak pada dada bidang Sekertaris Kai. Tangan pria itu mengunci leher Sona sehingga gadis itu tidak bisa bergerak.

“Lepaskan aku!” teriak Sona.

Para pegawai memperhatikannya tapi langsung memalingkan wajah sebab sangat takut dengan Sekertaris Kai yang diam-diam menghanyutkan. Dia sama kejamnya seperti Nagara

yang memberikan hukuman.

“Tuan Nagara sudah tidak membutuhkanmu, sebisa mungkin kau jangan pernah menginjakkan kakimu

disini lagi,” ucap Sekertaris Kai.

Sekertaris Kai mendorong Sona, Sona mendengus kesal lalu menatap Sekertaris Kai yang akan membalikan badan. Sona mengambil ancang-ancang untuk menendang pria menyebalkan

itu dan.... “Awas kau, Kairoooossss!”

Sekertaris Kai menghindar namun tendangan itu tepat mengenai hidung Nagara yang mancung.

Nagara langsung terjatuh ke lantai dengan hidung yang berdarah-darah. Semua pegawai berteriak tatkala sang bos seketika pingsan. Sona menutup mulutnya karena terkejut ketika salah sasaran. Sona malah kabur karena ketakutan. Sedangkan Sekertaris Kai memanggil ambulan. Pasti setelah sang tuan sadar akan terjadi perang besar. Sona berlari ketakutan, ia langsung naik ojek menuju tempat kosnya.

Sore hari saat di kampus.

Hari ini Sona kedapatan ada kelas sore, semua orang yang melewatinya memandangnya dengan

sinis membuta wanita itu heran. Sona memperhatikan dari ujung rambut sampai

ujung kaki tidak ada yang aneh.

“Heh.. Wanita bar-bar. Apa yang kau lakukan pada tuan muda kami? Kau melakukan kekerasan padanya sehingga membuatnya masuk ke rumah sakit,” ucap Rosa.

Sona heran, apakah berita itu sudah tersebar ke semua orang?  Rosa menarik Sona ke kamar mandi lalu

menyiramnya dengan air. Teman-teman Rosa melempari Sona dengan telur busuk. Sona tidak tinggal diam, ia membalas perlakuan  geng rusuh tersebut. Tangannya mengambil selang  air lalu menyiramkannya pada mereka. Mereka pergi sebelum Sona mengamuk semakin parah.

Sona menghela nafas, ia berkaca pada cermin. Dia seperti gembel yang kehujanan ditambah aroma busuk menusuk hidung. Sona terlihat anak yang kuat namun jauh di lubuk hatinya ia menangis sedih. Hidupnya begitu pilu sampai tidak ada siapapun

yang peduli. Sona membersihka  diri,

namun mau dibilas beberapa kali pun aroma telur busuk itu sudah melekat pada

tubuhnya.

Awas saja! Aku akan melempar uang

kepada mereka yang menghinaku jika kau kaya nanti. Batin Sona

Sona keluar dari kamar mandi, semua orang menutup hidung ketika melewatinya. Sona tidak peduli, tujuannya disini untuk belajar lalu mendapat gelar supaya mendapat pekerjaan yang layak.

Disisi lain,

Nagara di rawat di rumah sakit, hidungnya masih sakit.

“Kai?” ucap Nagara.

“Ada apa, tuan?” tanya Sekertaris Kai.

“Seret gadis itu kemari! Akan ku jitak hidungnya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status