Share

Chapter 6 : Smart woman

Sona diseret oleh orang suruhan Nagara untuk menemui pria menyebalkan itu. Saat akan masuk mobil sudah ada Sekertaris Kai. Dia mendengus kesal dan menatap tajam kearahnya. Gara-gara pria itu ia selalu mendapat masalah yang tidak terduga. Sona duduk disebelah Sekertaris Kai, ia masih sangat kesal dengan pria itu. 

"Andai saja aku tidak kenal denganmu maka aku pasti tidak akan berurusan dengan Nagara si pria sombong itu," gumam Sona yang didengar oleh Sekertaris Kai.

Sekertaris Kai tidak menggubris ucapan  Sona, ia melajukan mobil menuju rumah sakit yang merawat Nagara. Dalam perjalanan, Sona sangat bergetar hebat. Apakah ia akan di tuntut? Sudah dua kali ia membuat masalah pada Tuan muda Nagara. Perasaannya tidak karuan, ia terus saja berdoa supaya Nagara tidak membawa kasus ini ke pihak kepolisian. 

Setengah jam perjalanan, mereka sampai juga di rumah sakit yang merawat Nagara. Sona tidak berani untuk masuk namun Sekertaris Kai menyeretnya tanpa ampun. 

"Kak Kai, kita ini pernah pacaran lho. Kali ini dengan penuh harap lepaskan aku!" ucap Sona memelas.

Sekertaris Kai tidak menggubris, ia menarik paksa Sona menuju ruangan Nagara. Wanita itu menghela nafas panjang dan berdoa supaya ia diberi umur yang panjang setelah masuk menemui pria menyebalkan itu. Tangan Sekertaris Kai memutar handel pintu lalu membuka perlahan, mata Sona mengintip Nagara yang tengah berbaring di tempat tidur dalam kondisi mata yang tertutup. Sona menghela nafas, ia tersenyum senang melihat Nagara tidur.

"Saya akan meninggalkan kalian berdua," ucap Sekertaris Kai.

"Eh... Aku juga mau keluar. Tuan muda 'kan tidur," ucap Sona.

Sekertaris Kai menunjuk dinding yang sudah tertempel kertas bertuliskan 'Jika kau keluar satu langkah dari pintu, maka aku tidak akan segan membawa kasus ini ke kepolisian'

Ya Tuhan, sedang sakit saja masih bisa menulis seperti itu? Dasar cowok aneh! Batin Sona. 

Sona tidak bisa berkutik lagi, ia harus tetap disana melihat Nagara yang sedang tidur. Sedangkan Sekertaris Kai berpamitan untuk keluar. 

Ya, sana pergi! Dasar mantan tidak berguna! Batin Sona.

Sekertaris Kai langsung menatap tajam Sona seolah tahu apa yang dipikirkan Sona. Sona memalingkan wajah dan bermain jemarinya.

"Huh... Panas sekali sih diruangan ini?" ucap Sona sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

Sekertaris Kai mulai membalikan badan dan keluar meninggalkan mereka berdua.

Sona memilih duduk di samping Nagara yang tengah tertidur, ia bingung harus melakukan apa. Dia melirik wajah tampan pria sombong itu lalu mencoba mencubit pipi Nagara. Sona mulai menyukai keisengannya, ia memegang pipi, telinga bahkan hidung Nagara yang sedang sakit akibat dari tendangannya. Namun, saat Sona mencoba mendekatkan wajahnya ke wajah Nagara tiba-tiba pria angkuh itu terbangun. Sona langsung mundur namun tangannya dicekal oleh Nagara. 

"Mau kemana kau?" tanya Nagara.

Wajah tegasnya seolah tak main-main, Sona hanya cengengesan sambil mencoba melepaskan tangan Nagara yang meremasnya kencang. 

"Sakit," lirih Sona.

Nagara melepas tangan Sona lalu menjitak kepala Sona, wanita itu kesakitan sampai mengelus kepalanya dengan cepat.  Sona mendengus kesal, baru kali ini ia diperlakukan seperti ini dengan pria. Dia melirik Nagara lagi lalu ketakutan tatkala Nagara menunjukan tatapan elangnya. 

"Jangan menatapku seperti itu! Maafkan, aku! Tadi seharusnya aku menendang Kak Kai namun malah terkena Tuan muda Nagara," ucap Sona mencari pembelaan. 

"Kau pikir aku bisa menerima alasan tak masuk akalmu? Kau sengaja menendangku dan ingin membalas dendam 'kan?" tanya Nagara sambil mencengkeram dagu Sona.

Sona langsung mundur perlahan sambil menepis tangan Nagara. Dia mengambil tas nya yang tergeletak di sofa, Sona ingin pergi sebelum Nagara berbuat hal yang tidak diinginkan. Mata Nagara mengikuti setiap langkah Sona menuju pintu dan dengan sekali gertakan membuat Sona langsung terhenti dari langkahnya. 

"Satu langkah melewati pintu maka aku akan melaporkanmu pada polisi," ucap Nagara.

Sona mundur teratur lalu mencoba untuk tersenyum kearah Nagara yang menunjukan sisi gelapnya. Setelah ia berdiri disamping tempat tidur pria angkuh itu tiba-tiba Nagara menoyor jidat Sona. 

Huh... Suka sekali melukaiku? Dasar! Batin Sona dengan kesal. 

"Aku ingin kau menulis kertas pernyataan supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi kepadaku," ucap Nagara.

Kau pikir ini sekolah yang pakai hukuman menulis surat pernyataan? Cih... Dasar tuan muda aneh! Batin Sona. 

Nagara menekan kening Sona dengan jari telunjuknya. Wanita itu refleks mundur dan menggigit bibir. Alasan apa yang bisa membuat Sona keluar dari tempat ini? Andai saja ada Sekertaris Kai, dia pasti akan melindungi Sona. Hem... Sepertinya tidak, justru Sekertaris Kai akan semakin mengompori supaya Sona ditindas oleh sang tuan. 

"Tuan muda, aku berjanji supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama, namun bisakah kali ini melepaskanku? Aku harus memberi makan anak-anakku dirumah," ucap Sona memelas.

Nagara menaikan alisnya lalu menurunkan jemarinya yang menekan kening Sona. Anak? Rupanya Sona sudah mempunyai anak? Pikiran Nagara berkecamuk, apakah Sona sudah berkeluarga? Itu yang ada dalam pikirannya. 

Sona menghela nafas, ia menceritakan kisah hidupnya yang harus memberi makan kelima anaknya yang masih kecil. Ayah dari kelima anak itu tidak bertanggung jawab dan Sona harus menjadi tulang punggung dari kelima anaknya. Nagara yang mendengar semua itu mendadak sedih. Wanita malang itu ternyata sangat menyedihkan. 

"Cukup!" ucap Nagara membuat Sona berhenti berdongeng. "Kau boleh pulang dan titip salam pada anak-anakmu," sambung Nagara. 

Sona tersenyum. "Benarkah, tuan muda? Anda membebaskanku kali ini?" 

"Hem. Pergilah! Baumu juga seperti telur busuk."

Sona tersenyum, ia menunduk hormat pada pria kaya itu lalu berjalan dengan sangat senang menuju keluar. Setelah Sona keluar, Sekertaris Kai masuk. Pria dingin nan kaku itu menyemprotkan parfum di ruangan VVIP yang merawat sang tuan. Sesekali ia melirik Nagara yang melamun tak jelas. Ekspresi Nagara sedih bercampur bingung.

"Ada apa, tuan?" tanya Sekertaris Kai.

"Jadi si Sona itu janda yang mempunyai 5 orang anak?" 

Sekertaris Kai mengernyitkan dahi menyerapi pertanyaan dari sang tuan. "Apa yang Sona katakan, tuan?" 

Nagara menjelaskan dengan detail apa yang dikatakan Sona tadi. Sekertaris Kai hanya diam dengan ekspresi yang tidak mudah ditebak, ia menyunggingkan senyuman membuat Nagara kesal melihatnya.

"Kenapa kau tersenyum?" tanya Nagara.

"Yang di maksud kelima anak-anak Sona adalah anak kucing, tuan. Sona memang memelihara kelima kucing di tempat kosnya," jawab Sekertaris Kai.

Nagara langsung mengepalkan tangan, bisa-bisanya ia ditipu oleh wanita menyebalkan itu lagi. Nagara melempar bantal ke arah Sekertaris Kai dan mengumpat padanya.

"Dasar bodoh! Kenapa diam saja? Cepat seret wanita itu! Sialan! Baru kali ini aku dipermainkan oleh seorang wanita," ucap Nagara.

Anda yang terlalu bodoh, tuan. Batin Sekertaris Kai. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status