Share

4. Alergi Deffin

Di sinilah dia tumbuh, Rumah mewah di tengah perkebunan buah yang luas, rumah yang seharusnya sepi karena tanah ribuan hektar ini hanya milik kakek Deffin, akan tetapi malah banyak macam-macam mobil yang melewati kawasan ini, bukan untuk berbisnis tentang buah. Namun, surga dunia yang dicari mereka.

Rumah mewah berlantai tiga ini memiliki larangan, yaitu haram untuk semua orang menginjakkan kaki di lantai tiga, termasuk kakek Deffin sang pemilik rumah. Yang boleh menaikinya hanya Deffin sang pemilik kamar, Bik Mur sang kepala pelayan, dan nenek Deffin ketika dia masih mengasuh Deffin kecil.

Jadi hanya Bik Mur yang membersihkan seluruh lantai tiga dan dia juga yang mengantar makanan Deffin, karena sekalipun Deffin tidak pernah menginjakkan kaki di bawah terutama lantai dua. Di lantai tiga, hanya ada dua ruangan dan kolam renang, satu ruangan kamar Deffin, satunya lagi adalah tempat olahraga yang memiliki fasilitas lengkap.

Lantai dua adalah kekuasaan kakek dan wanita penghiburnya, bukan hanya satu atau dua wanita penghibur. Namun, sekitar dua puluhan lebih yang menghuni rumah itu, dan lantai satu adalah tempat untuk memuaskan para mafia yang berada di bawah kendali kakek Deffin.

Deffin sejak kecil meminta dibuatkan lift, karena ia tidak mau melihat adegan menjijikkan yang dilakukan kakek dan para mafianya.

Deffin waktu kecil sebenarnya dulu lelaki normal, biasa ketika dekat dengan wanita, tidak merasa mual. Namun, dia sudah jijik melihat para wanita milik kakeknya, maka dari itu jika di rumah dia tidak pernah turun, semua yang diperlukan harus Bik mur yang melayani.

Sampai suatu ketika tragedi itu terjadi, ketika Deffin kelas tiga SMA, hari di mana awal mula dia memiliki rasa mual dekat dengan wanita, bisa dikatakan dia sangat benci hari itu.

Pagi hari.

Lift yang berhenti di ruang tamu, mengharuskan Deffin melewati ruang itu untuk berangkat sekolah. Tidak seperti biasanya, hari ini sang kakek sudah dihibur dua wanita di sofa di jam Deffin turun. Suara desahan menjijikkan bersautan menggema di seluruh ruang tamu itu, mengusik pendengaran Deffin.

Prankk..

Suara vas di atas nakas dibanting di lantai, tepat di sebelah tiga orang itu. Dengan terpaksa kakek menarik jari yang berada di liang surgawi wanita muda tersebut, dan wanita yang beberapa tahun lebih tua itu menarik wajahnya dari wajah sang kakek.

"Apakah kau sengaja?! Apa ingin aku bakar rumah ini !!!" geram Deffin.

Deffin sangat marah, karena sudah pernah ada kesepakatan dengan kakeknya, yaitu di jam naik dan turunnya Deffin, tidak akan ada aktivitas menjijikkan di ruang tamu, entah mengapa saat ini kakeknya melanggar itu.

Sang kakek menaikkan resleting celana dengan santai. "Maaf, kakek sudah tidak kuat lagi menahan ketika melihat bidadari baru ini." Merangkul wanita muda yang usianya sebaya dengan Deffin, lalu mengecup pipinya.

"Bos mafia kota sebelah yang mengantarnya, katanya baru di sentuh dua kali, jadi masih agak sempit. Dia juga sangat pandai di ranjang, jadi kakek sedang uji coba, hehe ...." Kakek Deffin terkekeh, tidak peduli dengan raut wajah cucunya yang marah.

"Persetan," sahut Deffin, lalu melangkah keluar menuju mobil yang sudah terparkir.

Deffin mengendarai mobil mewahnya, memacunya di atas rata-rata. Dia menuju sekolah elit milik kakeknya.

Di sekolah Deffin juga tetap bersikap dingin, tidak ada wanita yang berani mendekat, pernah ada temannya yang centil mencoba merayunya. Ketika itu tiba-tiba gadis itu menggelayut manja di lengan Deffin, lalu tanpa berkata, dengan cepat Deffin langsung memelintir tangan gadis itu hingga patah.

Sejak kejadian itu hanya ada dua anak laki-laki yang berani mendekat jadi teman Deffin, yang lainnya memilih menghindar. Mereka adalah calon sekretaris Deffin, yaitu Roy. Sedangkan yang satunya lagi adalah Arnold, anak salah satu seorang mafia penguasa negeri ini yang setiap hari menempel kepadanya.

*****

Di rumah.

"Apa yang kau lakukan di sana? Bukankah sudah kuberitahu jika jam pergi dan pulang sekolah Deffin, tidak ada satu pun jalang yang boleh ada di ruang tamu," ucap kakek ketika melihat wanita penghibur muda tadi duduk dengan santainya di sofa ruang tamu.

"Maaf, Tuan." Langsung berdiri.

Sedangkan sang kakek mendekat. "Aku tahu kalau kau tertarik dengan cucuku, jika kau berani boleh saja kau menggodanya, jika kau berhasil, maka aku kasih kau salah satu hotelku. Ini kunci kamarnya, ambil saja jika kau sudah tidak sayang nyawamu." Menggantungkan kunci di tangannya, lalu dengan cepat diambil pelacur itu.

"Dengan senang hati, Tuan," ucapnya tersenyum manis, lalu ia menaiki tangga menuju kamar Deffin.

Wanita itu sudah siap dengan posisinya yang hendak menggoda Deffin di atas ranjang. Lalu tidak lama kemudian, terdengar kenop diputar, Deffin pulang dengan tas dan dasi yang langsung di lemparkan ke sofa.

Deffin belum menyadari ada orang lain di kamar itu, yang akan meledakkan amarahnya.

"Hai, Boy. Sudah pulang ...." sapa wanita seumuran Deffin dengan nada menggoda.

Deffin yang mendengar itu langsung mengumpat, dengan cepat memandang tajam wanita itu. "Apa yang kau lakukan di sini, jalang?" desisnya.

"Cepat pergi sebelum aku benar-benar marah."

Wanita itu tidak menggubris peringatan Deffin, dengan beraninya dia malah mendekat. Sekarang jarak mereka tidak kurang dari satu meter.

"Cepat pergi sebelum aku lenyapkan dirimu!!!" teriak Deffin hingga terdengar sampai ke lantai bawah, karena pintu kamarnya belum sempat tertutup.

Orang yang berada di bawah, langsung berkumpul dan mendongak ke atas ketika mendengar Tuan Muda berteriak marah.

Sedangkan di dalam kamar, sang wanita tetap dengan percaya dirinya kalau Deffin tidak akan sampai melakukan hal buruk. Wanita itu menganggap, Deffin sedang jual mahal karena tadi ia sudah dipakai oleh kakeknya.

Tangan Deffin sudah mengepal erat sampai baku jarinya memutih. "Sekali lagi kau mendekat, akan kulemparkan kau kebawah!!!"

Sang wanita tetap tak mengindahkannya, bahkan kini jemarinya telah meraba dada bidang Deffin hingga turun kebawah, membelai perut sixpack itu. Tidak cuma itu, lalu bibirnya membisikkan, "Ayo, kita mulai sekarang, Sayang."

Jiwa iblis yang tertidur lama, kini telah bangkit. Mata merah itu menyala bagaikan kobaran api, lalu dengan cepat Deffin mencekik leher wanita itu dan mendorongnya hingga sampai besi pembatas.

Terlihat orang yang berada di bawah, menatap ngeri kejadian itu. Tidak lama kemudian, Deffin langsung mengangkat tubuh wanita itu dan melemparkannya ke bawah begitu saja.

Setelah kejadian itu, tanpa menunggu atau menatap ke bawah, Deffin langsung masuk ke dalam kamarnya, dia merasakan mual hebat setelah agak lama menahannya ketika wanita itu mulai menyentuh tubuhnya tadi.

Deffin langsung memuntahkan semua isi perutnya, karena mencium bau wanita itu yang masih tertinggal di tubuhnya. Setelah membersihkan diri, Deffin langsung membereskan semua keperluannya, lalu ia turun menggunakan lift. Di bawah sana sudah ada kakek menunggunya di bawah.

"Masih ingat perjanjiannya kan, Pak Tua?! Kalau ada orang lain yang menginjakkan kaki di lantai tiga, aku tidak sudi lagi tinggal di sini." Menatap tajam sang kakek, lalu beralih ke Bik Mur yang sudah membawa tas jinjing lumayan besar miliknya.

"Ayo, Bik Mur. Kita pergi dari sini. Kedepannya Bik Mur saja yang sekali-kali menengok Pak tua bangka ini, sebagai ucapan terima kasih sudah merawatku sampai saat ini." Setelah mengatakan itu, Deffin melenggang pergi yang diikuti Bik Mur di belakangnya.

Sedangkan kakek hanya tersenyum, meskipun Deffin lebih kejam darinya, Deffin tetap mewarisi kebaikan hati ibu dan neneknya, yaitu buktinya adalah omongan terakhir Deffin tadi.

Semenjak itulah Deffin tidak tinggal bersama kakeknya lagi, lalu dia membeli rumah yang sampai saat ini ia tempati. Setelah meninggalnya sang kakek, rumah kakeknya dihancurkan dan diratakan dengan tanah, dan sekarang sudah di tanami buah seperti sekitarnya.

Sejak hari itu juga, Deffin tidak bisa berdekatan dengan wanita, hanya dengan Bik Mur dan neneknya saja dia tidak merasa mual, mungkin karena Bik Mur dan neneknya yang merawatnya sejak kecil.

Rumor yang beredar Deffin membenci wanita karena dianggapnya semua sebagai jalang, menjadi fakta karena dia tidak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun, paling dekat tubuh mereka harus berjarak satu meter.

Jika sampai ada wanita yang berani menyentuhnya, maka para pengawal akan langsung mematahkan tangan wanita tersebut.

Sampai akhirnya takdir mempertemukannya lagi dengan gadis itu, harum tubuh gadis itu bagaikan obatnya, dan pertemuan pertama kali yang bisa menggetarkan dadanya.

Maka di detik itu juga, Deffin tidak akan pernah melepaskan gadis itu...

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status