Share

PART 08

Mungkin pendekar penguji utama merasa belum saatnya untuk melawan dengan senjata sejenis. Setiap tebasan kedua parang di arahkan ke bagian-bagian tubuhnya yang mematikan, maka dengan cepat pendekar penguji menghindari sembari mengiblatkan pukulan dan tendangan dengan kecepatan tinggi. Beberapa pukulan dan tendangannya pun telak dan keras mengenai tubuh pendekar berparang kembar hingga terlempar beberapa tombak ke belakang dan terduduk. Namun, dengan semangat kejawaraan sejati, pendekar bertubuh ceking itu segera mengumpulkan kembali tenaga dalamnya, dan kembali melakukan penyerangan dengan gerakan jurusnya yang lebih lihai dan dahsyat lagi.

       Namun, mungkin karena tak ingin memperpanjang waktu, pendekar uji utama pun menyambut serangan itu dengan mengarahkan kedua kepalanya ke depan. Pancingannya kena. Saat pendekar berparang kembar mengarahkan tebasan kepada kedua pergelangan tangan pendekar utama, dengan cepat pendekar penguji menarik kedua tangannya kebawah untuk kemudian digerakkan secara melingkar ke kedua sisi, lalu menebas kedua sendi siku lawannya dengan menggunakan kedua sisi tangannya. Saat kedua tangan yang memegang parang itu terlempar ke samping, maka dengan secepat kilat pendekar penguji membenturkan kepalanya ke dada lawannya itu dengan amat keras.

      Bugggh!! Krekk..!!

     Terdengar suara tulang dada pendekar berparang kembar itu patah, yang disusul dengan terlemparnya tubuhnya ke belakang hingga beberapa tombak lagi, dan jatuh dengan dada membentur bumi. Hanya sesaat dia memandang tanpa berkedip ke arah pendekar uji, sebelum ia terkapar tak sadarkan diri dengan darah segar yang merembes keluar dari mulut dan kedua lubang hidungnya. Dan tanpa diperintah, sekelompok membopong dengan sergap masuk mengangkat tubuh yang terkulai itu ke luar kalangan. Sorak dan tepuk tangan pun kembali bergemuruh.

     Hongli menikmati pertunjukan itu dengan baik dan seksama, yang sekali-kali menilainya sambil tersenyum dan manggut-manggut.

     "Jawara penguji utama itu namanya La Singa Tambora," La Gunta memberitahukannya dengan setengah berbisik. "Namun di dunia persilatan dia lebih dikenal dengan julukan Jawara Kundunawa (Pendekar Perenggut Nyawa). Dia merupakan salah satu jawara terbaik dan utama yang dimiliki oleh kerajaan, dan merupakan pengawal kepala kerajaan."

      "Artinya, sampai saat ini belum ada seorang pendekar pun yang mampu melewatinya?" bertanya Hongli kepada La Gunta Marunta, dengan setengah berbisik pula.

       "Begitulah, Tuan."

       Keduanya tak melanjutkan lagi saling berbisiknya, karena saat itu pandangan mereka kembali terarah sepenuhnya ke dalam kalangan tarung. Saat itu tinggal dua pendekar calon lagi yang tersisa. Seorang bertubuh hitam tinggi dan kekar, tidak bersenjatakan apa-apa. Sedangkan pendekar peserta yang satunya lagi bertubuh cebol, gempal, berambut panjang, dengan memegang sebuah tongkat bambu kuning setinggi ukuran tubuhnya.

        La Singa Tambora kembali mempersilahkan di antara kedua pendekar itu untuk maju ke dalam kalangan tarung. Ternyata yang maju duluan adalah pendekar cebol. Pendekar ini hanya hanya menjura sesaat lalu dengan tiba-tiba menyerang La Singa Tambora dengan sangat cepatnya. Permainan tongkatnya pun sangat lihai juga. La Singga Tambora yang sudah siap dengan serangan mendadak tersebut, segera bergerak menghindar dengan melentingkan tubuhnya ke samping. Sebatang tongkat rotan yang disiapkan di pojok kalangan diraihnya, dan langsung menghalau sembari menyerang balik tongkat lawan.

        Pertarungan pun berlangsung dengan dahsyatnya. Suara dari beradunya kedua tongkat sakti itu terdengar demikian rapat dan gencar. Suara sorakan dan tepukan tangan para penyaksi serta gencarnya gendang dan serunai pengiring ditabuhkan dan ditiupkan menjadikan pertarungan antara kedua manusia yang sama-sama memiliki ilmu tinggi itu pun makin seru.

       Pendekar cebol, yang di kalangan dunia persilatan dikenal dengan julukan Jawara Poro Sape (Pendekar Cebol dari Sape), memang terkenal ampuh dengan permainan tongkatnya.  La Singa Tambora cukup kerepotan dalam menyambut setiap serangan dahsyat tongkatnya. Namun setelah pertarungan berlangsung hampir melewati sepuluh jurus, barulah La Singa Tambora berhasil mendaratkan satu pukulan pamungkas tongkatnya. Ujung tongkat rotannya berhasil menghantam tepat pada dahi pendekar cebol dengan sangat kerasnya, menimbulkan sobekan dan percikan darah segar. Tubuh pendekar cebol jatuh tergeletak dan langsung tak bergerak. Pingsan!

          Belum lagi La Singa Tambora mempersilahkan lawan terakhirnya, si pendekar tinggi hitam sudah meloncat ke dalam kalangan. Tanpa menunggu lagi, dengan cepat menggempur La Singa Tambora dengan serangan memutar kakinya dengan gerakan yang amat cepat.  

           La Singa Tambora dibuat kaget juga dengan serangan dadakan itu, sehingga sempat juga tubuhnya terkena sabetan kaki sang lawan, sehingga membuatnya sedikit tergeser ke belakang. Saat tendangan susulan lawan kembali berkiblat ke arah lehernya, dengan sebuah gerakan yang amat sigap dan cepat, La Singa Tambora menangkap dan mencengkeram kaki lawannya dengan kuat, sembari mengiblatkan satu tendangan keras ke dalam selangkangan sang lawan. Tak ampun lagi, sang lawan yg bertubuh besar tinggi itu pun terlempar ke belakang. Ia mengerang guling-guling sembari memegang bagian selangkangannya yang sakit tiada terkira. Ketika La Singa Tambora hendak maju melanjutkan penyerangan, lawannya segera mengangkat tangan tanda menyerah. Suara tawa penyaksi pun sontak menggelegar.

        "Apa masih ada lagi yang mau mencoba keberuntungan...?" bertanya La Singa Tambora, setelah semuanya tenang kembali.

Tak ada sahutan. Pendekar utama kerajaan sanggar itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling kalangan. "Apakah tidak ada lagi...?" tanyanya kembali. Masih tidak ada sahutan. "Kalau memang sudah tak ada lagi yang hendak mengadu keberuntungan, maka..."

     "Maaf, Tuan, hamba mau mencoba. Sudilah Tuanku untuk menerimanya..."

     "Hmmm...?" La Singa Tambora segera menoleh ke arah datangnya suara. Seorang laki-laki yang berwajah dan berpenampilan asing telah berdiri di belakangnya. La Singa Tambora memandang kepada calon lawannya itu dari ujung kaki hingga rambutnya yang bergelung dan diikat dengan sejenis pita putih yang sukup panjang dan lebar. "Siapa nama Tuan, dan berasal dari mana?"

      Laki-laki yang tak lain adalah Hongli, sedikit menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan, lalu berkata, "Nama hamba Hongli.  Hamba berasal dari negeri China. Tapi hamba memutuskan untuk menetap di negeri tuan ini. Jika diijinkan, hamba siap untuk mengabdikan diri untuk kerajaan ini...!"

       "Hmm, begitu?" ucap La Singa Tambora dengan suara berwibawa sembari mengangguk-angguk pelan.

       "Benar, Tuanku!"

       "Baiklah," ucap La Singa Tambora. "Kuijinkan kau untuk mengadu keberuntungan. Semoga kauberuntung!"

       "Terima kasih, Tuan!" balas Hongli dengan penuh hormat.

       Keduanya pun lantas mengambil jarak. Hongli memberi tabik dengan sikap yang demikian tenang, dan dibalas oleh La Singa Tambora dengan sikap serupa.

       La Singa Tambora tidak ingin bertindak gegabah untuk lawannya yang satu ini. Sebagai seorang yang memiliki ilmu kesaktian yang tinggi, tentu La Singa Tambora bisa menilai kalaulah lawannya itu bukanlah pendekar sembarangan. Pengalamannya sebagai bekas murid utama dari Poo Ling Pong Ah, setidaknya memberi gambaran kepadanya, bahwa pendekar dari negeri Tiongkok rata-rata memiliki ilmu bela diri yang mumpuni. Dan ketenangan yang ditampilkan oleh Hongli menunjukkan pengalamannya di dunia persilatan yang tidak singkat. Namun demikian, sebagai jawara utama di Kerajaan Tambora, La Singa Tambora bertekad untuk mempertahankan kedudukan dan nama besarnya itu. Dengan sekali hentakan kaki, La Singa Tambora pun segera melesat dengan cepat ke arah lawannya sembari sekaligus mengirimkan pukulan kedua tangan dan kakinya, dengan sasaran yang mematikan di tubuh lawannya.

       Hongli yang sudah sangat hafal dengan jurus-jurus dari pendekar utama Kerajaan Tambora itu, segera menyentakkan kaki kanannya dengan keras, sehingga membuat permukaan kalangan tarung terasa berguncang, menyusul gerak melesat tubuhnya menyambut serangan lawan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status