Share

PART 09

Pertarungan antara kedua pendekar adisakti itu pun berlangsung dahsyat. Pergerakan keduanya pun demikian cepatnya, sehingga sulit diikuti oleh pandangan mata awam.

Namun sebagai seorang pendekar dengan julukan besar di negerinya, Hongli  bisa melihat kemampuan lawannya. Dalam jurus-jurus awal, ia sengaja bertahan dulu terhadap serangan-serangan gencar lawannya dengan gerakan supercepat  dan sengaja membuat bingung lawannya. Namun saat itu ia ingat dengan peraturan tarung itu, bahwa ia akan menghadapi pertarungan-pertarungan beberapa tingkat lagi dengan jumlah lawan yang bertingkat pula, yang tentu akan membutuhkan tenaga lebih. Jadi dia harus menghemat tenaga.

          Maka setelah lebih dari sepuluh jurus

menghindar ia peragakan, Hongli pun memperagakan jurus serangan yang sangat cepat, sehingga membuat serangan lawannya menemui udara kosong. Sampai pada suatu momen yang tepat, yang dibarengi dengan satu bentakan yang keras, Hongli mendaratkan satu bogem mentahnya dengan amat keras dan telak pada rahang La Singa Tambora.

        Krakkk...!

       "Auwwww...!"

       Pukulan keras laksana hantaman godam baja itu membuat rahang La Singa Tambora retak, dan membuat tubuh pendekar utama Kerajaan Tambora itu terjungkal ke luar kalangan tarung. Hanya sesaat ia menjerit tinggi, lalu terkapar tak sadarkan diri.

         Ketika menyaksikan peristiwa itu, lima orang pendekar penguji tingkat kedua serentak meloncat ke dalam kalangan, dan langsung menggempur Hongli dari berbagai penjuru dengan menggunakan jurus andalannya masing-masing.

         Namun sebagai seorang pendekar besar, Hongli pun langsung menyambut serangan kelima pendekar penguji itu gerakan kaki tangan yang amat cepat. Ketika kedua kepalan tangan menghantam keras ke tubuh dua lawannya di depan, saat itu juga sebelah kakinya berkiblat ke belakang dengan amat cepatnya dan membentur dengan keras dada dua lawannya sekaligus. Empat tubuh lawan terlempar ke belakang, dan jatuh terduduk dengan sama-sama mengerang kesakitan sembari memegang dadanya masing-masing.

         Melihat keempat temannya terlempar hanya dengan satu gebrakan, salah seorang pendekar penguji yang tersisa segera meloncat ke pojok kalangan dan langsung meraih sebilah pedang untuk kemudian dipakainnya untuk menyerang Hongli dengan gencarnya.

       "Hmm...?"

       Betapa kagetnya pendekar terakhir itu, karena tau-tau ujung pedangnya telah  terjepit dengan kuat oleh jari manis dan telunjuknya sang pendekar dari Negeri China, dan ia tidak mampu untuk menariknya kembali. Lalu diluar dugaan, tangan penjepit itu bergerak memutar dan amat cepatnya, sekaligus membuat tubuh pemegang gagang pedang itu terputar tanpa terkendali. Dan pada saat itulah kaki kanan Hongli berkiblat, dan menghantam keras dada sang lawan,

       Buggkh!

       "Auuuwww...!" jeritan setinggi langit keluar dari mulut pendekar terakhir bersama tubuhnya terlempar ke luar kalangan tarung, jatuh terkapar di antara kaki-kaki penonton. Hanya sesaat laki-laki tegap itu menoleh agak mendongak, sebelum nafasnya berhenti. Darah kental dan bergelembung merembes dari mulut dan hidungnya.

       Naga-naganya Hongli tidak diberi kesempatan untuk mengatur ulang nafasnya. Begitu lima lawan tahap ujian kedua telah ia bereskan, sepuluh orang pendekar uji tahap ketiga pun segera berloncatan ke dalam kalangan tarung. Hongli pun tidak mau kecolongan tenaga alami, karena pertarungan demi pertarungan masih akan ia hadapi. Karenanya ia tidak bergeser dari tempatnya berdiri.

        Dan ketika sepuluh pendekar uji itu serentak menyerangnya dari segala arah, Hongli segera menyambut mereka dengan sebuah jurus yang namanya    Jurus Kepal Dewa Pemusnah Naga. Sebuah jurus tingkat menengah tapi sangat mematikan. Kedua kepalan kukuh tangan  Hongli dikiblatkan ke berbagai arah dengan menimbulkan hawa panas yang mematikan. Gerakan pukulan tangan kosong yang cepat laksana kitiran itu pun menghantam tepat pada dada dan tengkuk lawan-lawannya. Satu demi satu tubuh para pendekar uji terlempar ke belakang dan jatuh tergeletak. Hanya sesaat mereka mengerak kesakitan, lalu tak sadarkan diri dengan masing-masing mulut dan hidung mereka mengeluarkan darah segar. Hanya dalam waktu singkat kesepuluh pendekar uji pun dapat dibereskan dengan baik.

        Sekarang Hongli harus menyambut pendekar uji tahap ketiga yang terdiri dari lima puluh orang pendekar uji. Karena dirasa kalangan tarung terasa tidak cukup untuk orang sebanyak itu, maka sebelum kelima puluh pendekar uji itu belum sempat terjun di kalangan tarung, Hongli pun dengan sebuah sentakan gerakan yang amat cepat dan ringan keluar dari kalangan, berpindah ke arah alun-alun yang luas dan terbuka. Ke lima orang pendekar uji bertongkat  mengejarnya, lalu menggempur pendekar agung dari negeri China itu dari segala penjuru.

         Untuk mematahkan serangan itu, maka Hongli harus menggunakan Jurus Dewa Api Pemusnah Naga. Sebuah jurus tingkah menengah yang jauh lebih tinggi dan mematikan dari Jurus Kepal Dewa Pemusnah Naga. Hongli menghentakkan kaki kanannya membuah bumi alun-alun yang telah diubah menjadi arena pertarungan itu pun bergetar, menjadikan kelima puluh pendekar penggempur yang hendak menyerangnya kaget dan serentak menghentikan gerakan mereka. Keseimbangan mereka terasa gontai. Maka pada kesempatan itulah Hongli berteriak nyaring, tumbuhnya melenting ke udara sembari mengirimkan serentetan pukulan jarak jauh berupa berupa ribuan larik cahaya merah laksana ribuan tombak cahaya yang sangat panas, langsung menghujam ke setiap tubuh pendekar uji tanpa mampu dihindari. Seluruh pendekar uji yang tak beruntung itu pun pada bertumbangan. Jeritan pilu kesakitan terdengar ramai memekakkan telinga, membuat alun-alun terasa bergetar sesaat, lalu hening.

       Akan tetapi, baru saja keheningan berakhir, mendadak alun-alun digetarkan lagi dengan pekikan seratus pendekar uji berpedang yang datang menyerang dari delapan penjuru angin. Keseratus pendekar uji bergerak melesat laksana seratus kawanan tawon api raksasa. Naga-naganya mereka ingin langsung memusnahkan pendekar asing itu dengan satu serangan gabungan yang amat mematikan.

        Hongli yang sudah mengantisipasi akan datangnya gelombang serbuan itu, segera menyiapkan satu jurus andalannya, yaitu Jurus Tapak Seribu Dewa. Jurus ini hanya ia keluarkan ketika menghadapi suatu peperangan besar saja.

         Namun karena tak ingin membuang-buang waktu yang lebih lama, maka terpaksa Hongli harus mengeluarkannya. Ketika serbuan dahsyat dari seratus pendekar uji itu, dengan mengiblatkan ujung pedang mereka, nyaris menjadikan tubuhnya sebagai sasaran empuk, tiba-tiba Hongli segera mengeluarkan pekikan melengking  dahsyat yang efeknya amat menyakitkan gendang telinga dan urat saraf bagi yang mendengarnya. Pekikan yang laksana suara ribuan elang itu bersamaan dengan melentingnya tubuh pendekar asing itu ke angkasa. Pekikan itu tidak berhenti saat tubuh Hongli kembali menukik tajam ke bawah sembari memperlihatkan kedahsyatan Jurus Tapak Seribu Dewa. Kedua tapak tangan sang pendekar agung itu terlihat terbagi-bagi menjadi ribuan tapak tangan raksasa yang masing-masing mengandung hawa yang teramat panas. Keseratus pendekar uji yang menyaksikan jurus yang teramat dahsyat itu, hanya melongo sesaat, kemudian kocar-kacir untuk menyelamatkan diri.

       Tetapi fatal. Sebelum mereka sempat menyelamatkan diri, ribuan tapak raksasa itu telah lebih dahulu menghantam tubuh mereka. Bahkan hanya sekejap mereka mengeluarkan pekikan, sebelum ajal menjemput. Tubuh mereka rata-rata setengah terpendam ke bumi dengan warna tubuh yang menghitam. Semua yang menyaksikan peristiwa yang amat tragis itu menjerit tertahan sembari membuang pandangan mereka masing-masing.

      Sebagai seorang pendekar besar, Hongli tak lupa menjura takzim kepada keseratus lawannya yang telah tak bernyawa itu sebelum ia melangkah meninggalkannya. Kesenyapan pun tiba-tiba meledak dengan teriakan-teriakan sanjungan yang ditujukan kepadanya. La Gunta Marunta dan ayahnya, La Mbila, segera menyerbu dan langsung memeluk tubuh Hongli. La Mbila tak mampu menahan bening haru di matanya. La Gunta Marunta memanggul tubuh Hongli dan membawanya ke hadapan Paduka Sangaji  dan Sang Jenateke di serambi istana.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Papah M Arsyad
ceritanya seru tapi sayang selalu koin untuk membuka bab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status