Setelah diketahui Ryan bahwa ada private lift bagi penghuni penthouse, kini Ryan disuguhkan dengan ruangan mewah dan modern. Penthouse itu memliki dua lantai dan ada tangga untuk berpindah di antara lantai yang terletak di dalam ruangan itu. Hunian milik Ethand juga memilki balkon besar yang membentang di sepanjang rumah, menciptkan outdoor yang besar dan nyaman untuk pemilik hunian. Alih-alih menggunakan bingkai kaca, hunian Ethand menggunakan panel kaca besar dengan pemandangan luar yang tidak terhalang. Lampu langit-langit yang besar membawa keindahan ke seluruh ruangan.
Ryan meletakkan tas atasannya di atas sofa. Sofa berwarna navy itu bisa digunakan Ryan untuk tidur, panjang dan empuk. “Duduklah,” ujar Ethand. “Mau minum apa?” “Ah… Saya ambil sendiri saja, Pak,’ jawab Ryan. “Baiklah. Dapur ada di ujung lorong.” Ethand menunjuk kea rah sebuah lorong dengan sedikit penerangan. EthanJatuh cinta adalah hak semua orang. Karena jatuh cinta adalah perasaan manusiawi dan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Banyak orang berusaha menggapai dan menyatakan rasa cintanya kepada orang yang dicintai dengan berbagai cara. Namun bagaimana jika rasa cinta dan hasrat kepada karakter atau tokoh fiksi?Hal ini terjadi pada Jane, sehingga istilah khusus untuk menggambarkannya, yaitu fictophilia. Fictophilia merupakan keinginan, perasaan cinta, daya tarik terhadap suatu karakter fiksi di buku novel, komik maupun film. Orang-orang yang mengalami fictophilia merasakan perasaan yang begitu besar terhadap karakter khayalan, sehingga terkadang membuatnya enggan berinteraksi dengan lawan jenis di dunia nyata.“Jangan karena masa lalu membuatmu jadi begini, Bestie,” ujar Emma. Ia sudah sejak lama merasa khawatir dengan sahabatnya ini. Enggan menjalin hubungan dan lebih menyukai kesendirian akibat trauma masa lalu.Jane terdiam dengan tatapan f
Ryan sudah rapi dan menunggu Ethand di ruang tamu. Jas dengan potongan slim fit sangat cocok di badannya. Ia mengecek jam di pergelangan tangannya. Kurang seperempat jam delapan malam. Sepuluh menit kemudian, Ethand pun datang. Ryan langsung fokus ke pakaian yang dikenakan Ethand.Lelaki itu mengenakan celana jeans dan baju kaos polos berwarna putih dipadukan dengan blazer berwarna biru tua. Sangat berbeda dengan Ryan yang mengenakan jas formal.“A-apakah saya harus mengganti pakaian saya, Pak,” tanya Ryan ragu-ragu.“Tidak perlu.” Ethand memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Mala mini kamu berperan menjadi atasan dan saya adalah bawahan kamu.”Ryan pun mengernyit. Ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan Ethand. “Maksudnya, Pak?”“Malam ini ada sebuah acara di klub Nuni’s. Untuk malam ini kamu menjadi atasan saya dulu.”“Apakah kita sedang menyamar, Pak?
Ester tiba-tiba datang menghampiri Emma diikuti oleh Jane di belakangnya. Mereka juga mendengar suara teriakan dari depan rumah.“Siapa itu, Emma?” tanya Ester dengan nada khawatir.“Orlando,” jawab Emma lalu pergi begitu saja. Ia terlihat acuh dengan kehadiran pria itu. Jika memang dijodohkan, mengapa ia dengan leluasa menikmati cumbuan di depan restoran tadi? Emma tidak habis pikir dengan lelaki itu. Sudah jelas-jelas Emma melihat keburukannya.Ester kembali menyusul Emma, sedangkan Jane berjalan keluar meladeni Orlando.“Mengapa dia kemari?” tanya Ester pada Emma yang sudah memasuki kamarnya. Emma yang sedang membuka bungkusan dan mengambil pakaian basanya hanya terdiam. Cokelat yang diberikan oleh Mac ditaruhnya di atas meja. Ia pun duduk di ranjang.“Paling datang minta maaf, Bu.”Ester mengusap bahu putrinya. Raut wajah dengan keriput yang mulai kelihatan, terukir kesedihan di sana. &ldqu
Ada beberapa hal seseorang meninggalkan peran bahkan hobinya. Bagi Emma, keahliannya dalam dunia IT pernah membuatnya menyesal karena mampu mengetahui hal yang disembunyikan seseorang di dunia maya. Dari posisinya berada bahkan file-file penting sekalipun. Ia tidak sengaja menemukan bahwa ayahnya pernah menikahi wanita lain di suatu tempat dan hanya dirinyalah yang mengetahuinya. Ester hanya memberitahukan bahwa ayah mereka telah pergi meninggalkan jauh namun ternyata ayahnya masih hidup. Semenjak mengetahui kebenarannya, Emma jarang masuk ke dala ruangan ini. Hanya Ester yang masuk untuk membersihkannya.“Dia sudah kembali ke tempatnya,” ucap Ester lega.“Apakah dia jarang masuk ke dalam ruangan itu, Bu?” tanya Jane penasaran.“Bukan jarang, tapi bahkan tidak pernah memasukinya. Baru hari ini.”Jane baru mengetahui jika sahabatnya itu tidak menekuni hobinya sejak lama. Namun, kemampuannya dalam bidang ini tidak ber
Dalam hubungan darah dan kakak beradik, tentu rasa sayang dan pengorbanan akan selalu ada. Sang kakak akan menjaga dan merawat adiknya begitu pun sebaliknya. Situasi yang di alami Emma sekarang mengharuskan dirinya untuk menggantikan Alin menemani seorang lelaki minum. Entah berapa lama waktu yang akan dihabiskan bersama lelaki itu. Emma juga tahu jika dirinya tidak bisa meminum alkohol. Namun ia juga tidak bisa membiarkan adiknya hancur dan dipermainkan oleh para lelaki di ruangan itu. Alin masih sangat belia. Belum waktunya untuk mengenal hal gelap semacam ini.Alin memegang lengan Emma dengan tatapan sedih dan juga menyesal. Emma di belakangnya juga ikut memegang blazer yang dikenakan Emma.“Pulang lah,” ucap Emma pada Alin dan Jane. Melihat raut wajah Emma yang datar membuat Jane sedih. Ia menggeleng dan tidak tega meninggalkan sahabatnya di sana. Ketika melihat tatapan Emma yang tidak biasa, Jane pun menarik Alin keluar.Alin memberontak ketika
“Apa yang Bapak cari?” tanya Ryan ketika melihat langkah kaki Ethand terhenti dengan pandangan menulusuri setiap sudut ruangan.“Tidak ada.” Ethand kembali menyusul Ryan yang menunggunya di sebuah meja dengan dua buah kursi.“Ingat maksud kedatangan kita kemari,” pesan Ethand karena Ryan masih memanggilnya dengan sebuatan bapak. Ryan langsung menyadari kesalahannya. Ia menegakkan bahunya agar terlihat seperti atasan pada umumnya.Mata Ethand menjelajahi tiap sudut ruangan dengan harap menemukan lelaki yang dicarinya selama ini. Akibat gemerlapnya cahaya dengan berbagai warna membuat mata Ethand sakit. Ia mengusap matanya sebentar dan melihat beberapa deretan minuman di bar.“Apakah ingin minum sesuatu?” tanya Ryan yang sejak tadi menahan diri untuk meneguk alkohol.Ethand tidak menjawab dan malah bangkit berdiri menuju ke arah bar. Ia pun langsung memesan beberapa minuman. Betapa terkejutnya Ryan ketika m
Ethand tidak bisa lagi mengontrol emosinya. Dengan langkah cepat langsung menendang lelaki yang menarik rambut Emma. Lelaki itu langsung terlempar ke arah sofa dan meringis kesakitan. Kemarahannya semakin memuncak kala melihat darah di wajah Emma.Melihat atasan mereka dipukul oleh Ethand, para lelaki yang duduk di sofa langsung geram. Mereka mengepalkan tinjunya untuk segera melumpuhkan lelaki ber-blazer navy itu. Namun, mereka bukanlah tandingannya. Satu persatu dikalahkan oleh Ethand dengan begitu mudah. Mereka meringis kesakitan dan juga ada yang pingsan.Beberapa wanita yang menemani para lelaki itu sebelumnya menepi ke sudut ruangan dengan takut. Tapi mata mereka menatap kagum ke arah Ethand. Ketika melihat netra hitam milik Ethand begitu marah para wanita dengan pakaian kurang kain itu langsung berlari keluar.Setelah melumpuhkan mereka, Ethand melangkah menuju lelaki yang diketahui merupakan atasan mereka. Ia berusaha bangkit namun sepertinya tulang rusu
Pertama kalinya raut wajah Ethand berubah menjadi gelisah. Alin hanya menatap kesal ke arahnya. “Apakah yang kamu katakan benar?” tanya Ethand lagi.“Iya.” Alin dengan arah pandangan ke pintu UGD. Ethand terlihat tidak tenang. Alin mengamatinya sejenak. “Apakah kamu takut?” tanya Alin dengan tatapan menyelidik.“Tidak.” Ethand langsung berjalan mendekati pintu ruangan UGD. Ryan yang melihat itu hanya menahan tawa.“Anda perlu mengganti pakaian, Pak,” ucap Ryan setelah melihat kaos polos dan blazer yang dikenakan Ethand terdapat bekas noda darah milik Emma.“Biarkan saja,” balas Ethand.Tidak lama kemudian pintu ruangan UGD terbuka. Seorang dokter keluar dari ruangan itu. Ethand yang sejak tadi berdiri tepat di depan pintu langsung mengajukan pertanyaan.“Bagaimana keadaan Emma, Dok?”“Sejauh ini dia baik-baik saja. Cedera kepala ringan dan akibat k