Ryan sudah rapi dan menunggu Ethand di ruang tamu. Jas dengan potongan slim fit sangat cocok di badannya. Ia mengecek jam di pergelangan tangannya. Kurang seperempat jam delapan malam. Sepuluh menit kemudian, Ethand pun datang. Ryan langsung fokus ke pakaian yang dikenakan Ethand.
Lelaki itu mengenakan celana jeans dan baju kaos polos berwarna putih dipadukan dengan blazer berwarna biru tua. Sangat berbeda dengan Ryan yang mengenakan jas formal. “A-apakah saya harus mengganti pakaian saya, Pak,” tanya Ryan ragu-ragu. “Tidak perlu.” Ethand memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Mala mini kamu berperan menjadi atasan dan saya adalah bawahan kamu.”Ryan pun mengernyit. Ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan Ethand. “Maksudnya, Pak?” “Malam ini ada sebuah acara di klub Nuni’s. Untuk malam ini kamu menjadi atasan saya dulu.”“Apakah kita sedang menyamar, Pak?Ester tiba-tiba datang menghampiri Emma diikuti oleh Jane di belakangnya. Mereka juga mendengar suara teriakan dari depan rumah.“Siapa itu, Emma?” tanya Ester dengan nada khawatir.“Orlando,” jawab Emma lalu pergi begitu saja. Ia terlihat acuh dengan kehadiran pria itu. Jika memang dijodohkan, mengapa ia dengan leluasa menikmati cumbuan di depan restoran tadi? Emma tidak habis pikir dengan lelaki itu. Sudah jelas-jelas Emma melihat keburukannya.Ester kembali menyusul Emma, sedangkan Jane berjalan keluar meladeni Orlando.“Mengapa dia kemari?” tanya Ester pada Emma yang sudah memasuki kamarnya. Emma yang sedang membuka bungkusan dan mengambil pakaian basanya hanya terdiam. Cokelat yang diberikan oleh Mac ditaruhnya di atas meja. Ia pun duduk di ranjang.“Paling datang minta maaf, Bu.”Ester mengusap bahu putrinya. Raut wajah dengan keriput yang mulai kelihatan, terukir kesedihan di sana. &ldqu
Ada beberapa hal seseorang meninggalkan peran bahkan hobinya. Bagi Emma, keahliannya dalam dunia IT pernah membuatnya menyesal karena mampu mengetahui hal yang disembunyikan seseorang di dunia maya. Dari posisinya berada bahkan file-file penting sekalipun. Ia tidak sengaja menemukan bahwa ayahnya pernah menikahi wanita lain di suatu tempat dan hanya dirinyalah yang mengetahuinya. Ester hanya memberitahukan bahwa ayah mereka telah pergi meninggalkan jauh namun ternyata ayahnya masih hidup. Semenjak mengetahui kebenarannya, Emma jarang masuk ke dala ruangan ini. Hanya Ester yang masuk untuk membersihkannya.“Dia sudah kembali ke tempatnya,” ucap Ester lega.“Apakah dia jarang masuk ke dalam ruangan itu, Bu?” tanya Jane penasaran.“Bukan jarang, tapi bahkan tidak pernah memasukinya. Baru hari ini.”Jane baru mengetahui jika sahabatnya itu tidak menekuni hobinya sejak lama. Namun, kemampuannya dalam bidang ini tidak ber
Dalam hubungan darah dan kakak beradik, tentu rasa sayang dan pengorbanan akan selalu ada. Sang kakak akan menjaga dan merawat adiknya begitu pun sebaliknya. Situasi yang di alami Emma sekarang mengharuskan dirinya untuk menggantikan Alin menemani seorang lelaki minum. Entah berapa lama waktu yang akan dihabiskan bersama lelaki itu. Emma juga tahu jika dirinya tidak bisa meminum alkohol. Namun ia juga tidak bisa membiarkan adiknya hancur dan dipermainkan oleh para lelaki di ruangan itu. Alin masih sangat belia. Belum waktunya untuk mengenal hal gelap semacam ini.Alin memegang lengan Emma dengan tatapan sedih dan juga menyesal. Emma di belakangnya juga ikut memegang blazer yang dikenakan Emma.“Pulang lah,” ucap Emma pada Alin dan Jane. Melihat raut wajah Emma yang datar membuat Jane sedih. Ia menggeleng dan tidak tega meninggalkan sahabatnya di sana. Ketika melihat tatapan Emma yang tidak biasa, Jane pun menarik Alin keluar.Alin memberontak ketika
“Apa yang Bapak cari?” tanya Ryan ketika melihat langkah kaki Ethand terhenti dengan pandangan menulusuri setiap sudut ruangan.“Tidak ada.” Ethand kembali menyusul Ryan yang menunggunya di sebuah meja dengan dua buah kursi.“Ingat maksud kedatangan kita kemari,” pesan Ethand karena Ryan masih memanggilnya dengan sebuatan bapak. Ryan langsung menyadari kesalahannya. Ia menegakkan bahunya agar terlihat seperti atasan pada umumnya.Mata Ethand menjelajahi tiap sudut ruangan dengan harap menemukan lelaki yang dicarinya selama ini. Akibat gemerlapnya cahaya dengan berbagai warna membuat mata Ethand sakit. Ia mengusap matanya sebentar dan melihat beberapa deretan minuman di bar.“Apakah ingin minum sesuatu?” tanya Ryan yang sejak tadi menahan diri untuk meneguk alkohol.Ethand tidak menjawab dan malah bangkit berdiri menuju ke arah bar. Ia pun langsung memesan beberapa minuman. Betapa terkejutnya Ryan ketika m
Ethand tidak bisa lagi mengontrol emosinya. Dengan langkah cepat langsung menendang lelaki yang menarik rambut Emma. Lelaki itu langsung terlempar ke arah sofa dan meringis kesakitan. Kemarahannya semakin memuncak kala melihat darah di wajah Emma.Melihat atasan mereka dipukul oleh Ethand, para lelaki yang duduk di sofa langsung geram. Mereka mengepalkan tinjunya untuk segera melumpuhkan lelaki ber-blazer navy itu. Namun, mereka bukanlah tandingannya. Satu persatu dikalahkan oleh Ethand dengan begitu mudah. Mereka meringis kesakitan dan juga ada yang pingsan.Beberapa wanita yang menemani para lelaki itu sebelumnya menepi ke sudut ruangan dengan takut. Tapi mata mereka menatap kagum ke arah Ethand. Ketika melihat netra hitam milik Ethand begitu marah para wanita dengan pakaian kurang kain itu langsung berlari keluar.Setelah melumpuhkan mereka, Ethand melangkah menuju lelaki yang diketahui merupakan atasan mereka. Ia berusaha bangkit namun sepertinya tulang rusu
Pertama kalinya raut wajah Ethand berubah menjadi gelisah. Alin hanya menatap kesal ke arahnya. “Apakah yang kamu katakan benar?” tanya Ethand lagi.“Iya.” Alin dengan arah pandangan ke pintu UGD. Ethand terlihat tidak tenang. Alin mengamatinya sejenak. “Apakah kamu takut?” tanya Alin dengan tatapan menyelidik.“Tidak.” Ethand langsung berjalan mendekati pintu ruangan UGD. Ryan yang melihat itu hanya menahan tawa.“Anda perlu mengganti pakaian, Pak,” ucap Ryan setelah melihat kaos polos dan blazer yang dikenakan Ethand terdapat bekas noda darah milik Emma.“Biarkan saja,” balas Ethand.Tidak lama kemudian pintu ruangan UGD terbuka. Seorang dokter keluar dari ruangan itu. Ethand yang sejak tadi berdiri tepat di depan pintu langsung mengajukan pertanyaan.“Bagaimana keadaan Emma, Dok?”“Sejauh ini dia baik-baik saja. Cedera kepala ringan dan akibat k
Siang Emma di payungi oleh atasannya dan malam ia di gendong oleh lelaki nomor satu di Alves Corp tersebut. Betapa malunya ia. Bagaimana ia akan bersikap ketika bertemu dengannya di kantor? Emma tidak habis pikir jika berhadapan dengannya nanti. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Emma sangat berterima kasih karena Ethand senantiasa ada ketika ia rapuh dan terancam. Seorang lelaki yang di kenal sangat dingin dan juga tegas kini sudah membantunya dua kali. Dalam hatinya berniat agar bekerja dengan serius untuk membalas budi pada atasannya.“Itu adalah hal memalukan, Alin. Bukan keberuntungan,” balas Emma pada adiknya yang pemikirannya masih polos dan lugu itu.“Kenapa memalukan, Kak?” tanya Alin ingin tahu. “Bukankah digendong oleh lelaki tampan dan kaya adalah impian semua wanita?”Emma melongo kaget begitu juga Jane. “Bagaimana menguntungkan? Sedangkan Emma tidak merasakannya alias pingsan.” Jane menggunakan kesem
Sepanjang perjalanan Ethand hanya duduk terdiam dengan ponsel di tangannya. Ryan hanya melihatnya dari spion depan tanpa bersuara. Melihat ekspresi atasannya, dapat dipastikan bahwa lelaki itu sedang menahan marah.“Ke menara Oricon.” Suara Ethand terdengar dingin. Ia seperti pada waktu pertama kali bertemu Ryan di bandara. Dingin, datar tanpa ekspresi.“Iya, Pak.” Ryan hanya mampu mengiyakan tanpa bisa bertanya. Menara Oricon adalah sebuah bangunan yang baru saja di bangun oleh Alves Corp.“Apakah harus bekerja selarut ini?” tanya Ryan dalam hati. Padahal hari ini dia begitu tampan dengan jas navi, namun ia cukup kecewa karena pertemuan dengan Jane hanya berlangsung sesaat. Ia juga menyesal karena belum sempat meminta nomor ponsel wanita itu.Lima belas menit kemudian mereka sampai di Menara Oricon. Kedatangan mereka langsung di sambut oleh beberapa penjaga yang sebelumnya di lihat oleh Ryan ketika di Nuni&