“Aku rasa ibumu menyembunyikan sesuatu.” Jane dengan tatapan serius. “Ibumu bahkan sering melamun dengan tatapan kosong. Alin bilang, dia sering mendapati ibumu tidak tidur beberapa hari ini.”Mendengar perkataan Jane, Emma mulai gelisah. Sudah lama Emma juga menaruh curiga pada ibunya.-Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ibunya akan selalu menjawab baik-baik saja ketika ditanya.“Dua hari lagi pelatihan ini selesai. Pulang nanti aku harus membawa ibu kembali periksa. Sepertinya penyakit yang ia derita mulai kambuh dan tidak bernai menceritakan padaku atau Alin.” Emma mulai cemas.“Aku temani kamu,” ucap Ethand seraya menggenggam tangan Emma. Lelaki itu ingin memberi separuh kekuatannya pada wanita itu. Emma mengangguk setuju.Jane merasa bahwa berubahnya Ester bukan karena penyakitnya melainkan pada sesuatu yang seakan mengganggu ketenangan batinnya. Namun Jane tidak ingin mengatakan kebenarannya dan membiarkan Emma sendiri yang menanyakannya pada ibunya.“Jika kamu khawatir
Hari ini tidak ada kegiatan pelatihan sehingga tim IT memanfaatkan kesempatan itu untuk pergi ke air terjun. Begitu pula Emma dan Jane. Ditemani Ethand dan Juga Sobig, kedua wanita itu bagaikan ratu yang dijaga ketika menuruni jurang yang sedikit curam. Ethand bahkan berulang kali menawarkan diri untuk menggendong kekasihnya.“Jika kamu takut terjatuh aku bisa menggendongmu, Emma,” ucap Ethand dengan nada meminta. Wanita yang di tawar hanya bisa tertawa.“Kamu pikir aku wanita lemah?” tandas Emma seraya menuruni jurang dengan memegang akar pohon di sekitarnya.Jane yang ditemani Sobig hanya bisa menahan tawanya. Ia pikir hanya Ryan saja yang berlebihan memperlakukannya ternyata Ethand terhadap Emma juga.“Kalau begitu pegang tanganku.” Ethand mengulurkan tangannya.“Ada akar ini, Dimple.” Emma menunjuk pada akar besar yang menjalar di tepi jurang.“Aku tidak percaya pada benda itu, Sayang.” Emma mengangkat kedua alisnya melihat Ethand begitu berlebihan mengkhawatirkannya.“Kalau kamu
Jane mengambil batu dan melemparkannya ke arah kolam. Ia terlihat semakin kesal. Ryan sudah tiba di tempat itu namun ia lebih memilih menemuni Ethand terlebih dahulu daripada dirinya. Emma mengamati sahabatnya itu.“Ryan harus melaporkan pekerjaannya pada Ethand terlebih dahulu, Bestie,” ucap Emma seraya memeluk pundak Emma. Jane tidak menimpali perkataan Emma dan terus melemparkan batu ke dalam air.“Oh iya, Emma. Jika besok kamu kembali ke Vunia, saya ingin titip sesuatu untuk putriku,” ucap Mac.“Baik, Pak. Tapi dimana alamat rumah, Bapak?” tanya Emma.“Di apartemen yang sama denganmu. Tapi di lantai dua belas,” jawab Mac.“Jadi kita tinggal di gedung yang sama?” Emma tidak menduga jika ketua tim IT juga tinggal di Eves The Hill Vunia.“Iya, Emma. Saya juga baru tahu dari pak Ryan jika kamu juga baru masuk di apartemen yang sama.”“Baiklah. Saya akan sering berkunjung di rumah Bapak nanti,” ucap Emma seraya tersenyum.“Apakah pak Ryan sudah kembali?” tanya Mac ketika melihat Ryan s
“Apakah kamu mengenal nickname Ch4r7ch4 selama menekuni dunia peretas?” tanya Emma pada Sobig.“Ch4r7ch4?” Sobig mencoba mengingat namun ia menggeleng. “Tidak pernah. Sepertinya peretas baru,” ucapnya.“Dia mencoba meretas Alves Corp beberapa saat yang lalu dan meninggalkan nickname-nya,” ucap Emma.“Benarkah? Berarti bukan Melissa saja yang mengincar Alves Corp.”“Oh iya Sobig. Aku ingin tanya, pada saat Prima dan Alves Corp berseteru apakah kamu sudah bekerja di Alves?” tanya Emma.“Iya, NN. Aku sudah kerja selama setahun sebelum kejadian itu terjadi.”“Jadi kamu tahu siapa Melissa?” tanya Emma.“Aku pernah beberapa kali berjumpa dengannya. Dia orang yang sangat ramah dan baik. Aku bahkan tidak percaya kalau dia akan berpihak pada Prima sampai sekarang.”Mendengar jawaban Sobig, Emma merasa terkejut sekaligus heran. “Berpihak pada Melissa? Memangnya sebelumnya dia bekerja pada siapa? Alves atau Prima?” tanya Emma penasaran.“Dulu, pak Gregorio, pak Gustano dan Melissa adalah sahabat
Emma sedang mengemasi pakaiannya dan dibantu oleh Jane. Mereka berdua akan kembali ke Vunia hari ini. Tim IT sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti pelatihan terakhir sisanya mereka diijinkan untuk berkemah di bukit Maldaves. Selama ini mereka sudah bekerja keras jadi Harvey memberikan dua hari yang tersisa untuk mereka berlibur dan berkemah.“Apakah selama disini kamu baik-baik saja?” tanya Jane. Ia ingat ketika Emma berangkat dari Vunia, hubungannya dengan Ethand tidak baik-baik saja.“Baik-baik saja, Bestie. Hanya, beberapa hari yang lalu mantan kekasihnya datang dan mencoba menggodanya," jawab Emma. Jane langsung tersentak kaget.“Kenapa ada berita sepenting itu kamu tidak menceritakannya padaku?” tanya Jane marah.“Karena masih bisa ku atasi, Bestie.” Emma sibuk melipat pakaiannya.“Tetap saja, Emma. Bagaimana jika perempuan itu memukulmu?” Jane dengan nada kesal.“Tidak ada yang berani atas diriku. Kamu lihat sendiri kan kemarin ketika menuruni jurang itu?”Jane masih ingat b
Danau Zarpen yang belum diketahui oleh banyak orang, terlihat indah dengan airnya yang jernih. Dengan latar belakang gunung dan bukit yang hijau membuat danau itu terlihat biru kehijauan dan berkilau. Semakin dekat, dapat dilihat angsa-angsa berenang membentuk kelompok dan burung yang terbang dengan bebasnya. Di bagian barat danau Zarpen terdapat sebuah kastil dengan aneka bunga di halamannya.“Aku tidak tahu jika danau seindah ini di negara kita,” ucap Jane dengan nada kagum.Emma tidak bisa berkata-kata dan melihat ke seluruh danau. “Vunia serasa di Zwitzerland,” tukas Emma.Ethand menghampiri kekasihnya dan melihat mata wanita itu berbinar-binar. “Apakah kamu menyukainya?” tanya Ethand. Emma menganggukkan kepalanya senang.“Aku hanya melihat gambar di internet tentang danau Luzern di Zwitzerland ternyata di Vunia ada juga danau seindah ini.” Emma sangat mengagumi keindahan alam yang membuatnya bahagia. Selain kasih dan sayang, keindahan alam juga memberikan kesan tersendiri untuk k
Ester mulai cemas namun tetap berusaha tenang. “Ibu baik-baik saja, Emma,” tegas Ester.“Jika Ibu baik-baik saja, apakah bisa katakan padaku apa yang Ibu sembunyikan dariku?” tanya Emma. Setelah sekian lama memendam rasa penasaran dengan sikap ibunya, Emma akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada Ester.“Ibu tidak menyembunyikan apa-apa darimu.” Ester dengan dahi mengernyit.“Aku bisa merasakan jika Ibu sedang menyembunyikan sesuatu dariku dan Alin, Bu.” Emma dengan nada memohon. Matanya mulai berkaca-kaca menahan kecewa dan juga sedih.“Benar, Emma. Ibu tidak menyembunyikan sesuatu darimu.” Ester dengan nada tegas.“Apakah Ibu bisa menjelaskan darimana uang untuk membeli apartemen ini?” tanya Emma.“Itu adalah tabungan ibu dan ayahmu dulu, Emma.” Ester juga menahan sedihnya. Emma segera menghapus air matanya. “Aku sudah memeriksanya, Bu. Uang itu berasal dari akun yang tidak di kenal, Bu. Bahkan berasal dari bank luar negeri dengan nama yang tidak ku kenali.” Emma mengusap waj
Ethand dan Ryan dalam perjalanan menuju sebuah hotel ternama di Vunia. Mereka sudah ditunggu oleh investor dari Jerman. “Apakah Alves akan bekerja sama dengan mereka?” tanya Ryan. Melihat kebiasaan Ethand, ia tidak akan melakukan kerja sama dengan orang yang gampang berubah arah.Sebuah senyum yang sudah lama tidak dilihat oleh Ryan, senyum buaya dari seorang Ethand Giorgino Alves. Sepertinya atasannya sudah menyiapkan semuanya sebelum bertemu dengan para investor tersebut.“Sepertinya dewi fortuna tidak bersama mereka hari ini.” Ryan terus fokus ke jalanan dan mengendarai Buggati Chiron dengan lihainya. Sudah lama ia tidak seperti ini. Mereka berdua sibuk dengan urusan percintaan sehingga urusan perusahaan tidak sepenuhnya mereka laksanakan.“Mungkin ke depannya akan ada kejutan yang tak terduga. Siapkan semuanya,” ucap Ethand.“Siap, Pak!” Ryan dengan jiwa semangatnya.Di dalam hati Ethand merasa ada yang mengganjal setelah melihat Emma dan ibunya. Apalagi Ryan menemukan nama kontak