Ryan terus memuji dirinya sendiri ketika beraksi merebut pistol dari lelaki berbadan kekar di meeting room tadi. “Percuma berbadan kekar tapi tidak cekatan,” ucap Ryan dengan tatapan meremehkan.Ethand hanya terdiam dan terus berjalan menuju lift. “Ke toko perhiasan,” ujar Ethand.“Apakah kamu ingin membeli perhiasan untuk ibumu?” tanya Ryan.“Aku sudah merindukan ibuku.” Setelah kembali di Vunia, Ethand belum pernah mengunjungi ibunya. Jadi hari ini ia berniat untuk mengunjungi Giorgina di rumah sakit Cinta Kasih.“Baik, Pak,” jawab Ryan.Buggati Chiron sudah terparkir tepat di pintu keluar hotel, seorang lelaki petugas jasa valet memberikan kunci mobil pada Ryan. “Terima kasih,” ucap Ryan pada lelaki tersebut lalu membuka pintu untuk atasannya.“Apa model liontin yang disukai oleh wanita saat ini?” tanya Ethand. Ryan yang baru saja masuk ke dalam mobil langsung mengeluarkan ponselnya.“Keluaran terbaru dari Bvlgari adalah yang terbaik, Pak,” balas Ryan seraya menunjukkan ponsel pada
Emma sudah masuk ke dalam penthouse milik Ethand. Ia langsung berjalan menuju tangga. Sesuai dengan perkataan Ethand, ia mencari buku yang lumayan tebal lalu menggesernya. Tidak lama kemudian rak buku langsung bergeser dan tampaklah sebuah pintu da nada kode keamanan dekat handle pintunya. Emma segera memasukan sandi ‘Maldaves’ yang dikatakan Ethand sebelumya. Pintu ruangan itu langsung terbuka.Ruangan yang lumayan besar dan berisi komputer yang super canggih. Emma berdecak kagum ketika melihat begitu banyak alat elektronik semuanya tersedia di ruangan itu. Di dinding terlihat inisial huruf ‘NN’ dengan bentuk yang indah. Emma langsung mengulum senyumnya ketika melihat inisial tersebut. Mata Emma melihat ada sebuah benda yang diketahui Emma jika fungsi alat itu adalah penangkap jaringan.Emma kemudian membuka komputer dan menarik kursi agar lebih dekat dengan keyboard karena badannya yang lebih pendek dari Harvey. Ia mulai melakukan aksinya. Matanya tajam seperti biasanya mencermati k
Di sebuah ruangan yang tampak redup, Darek atau yang dikenal sebagai Melissa tertunduk sambil meneteskan air matanya. Ia menangis tertahan ketika putri sulungnya akhirnya menemukannya. Di satu sisi ia merasa bahagia di sisi lainnya ia menyesal karena telah menciptakan luka dalam hati putrinya. Darek telah membuat luka yang dalam bagi Emma yang tengah menjalin cinta dengan CEO Alves Corp.“Maafkan ayahmu, Emma,” ucapnya berulang kali dengan nada sedih.BOOM!Pintu seketika terbuka dan menimbulkan suara keras. Dari depan pintu tampak dua lelaki berjalan terburu-buru ke arahnya. Darek segera menekan beberapa tombol di keyboardnya.“Jadi NN itu adalah putrimu, Darek?” tanya Prima dengan wajah memerah dan mata memelotot.Sebelumnya Jenaver mamantau Melissa dan tidak sengaja melihat percakapan kedua peretas itu. Mengetahui hal itu, Jenaver segera memberitahu ayahnya dan menuju ke tempat Melissa.Prima memegang kerak baju Darek dengan kasar. Lelaki yang ditatapnya masih dengan wajah sendu na
Pertama kalinya dalam hidup Ester melihat Emma begitu marah. Bahkan kata-katany sudah tidak terkontrol lagi. Alin yang mendengar hanya bisa mengernyit sebelum mengerti sepenuhnya.“Ayah? Ayah yang mana? Ayah kandungku?” Alin juga nampak kaget namun masih terlihat bingung.Ester membeku. Hal terbesar yang disembunyikannya selama ini akhirnya ketahuan. Ia merasa bingung dan tidak kuat bagaimana menghadapi kedua putrinya.“Aku sudah tidak bisa ada di rumah ini lagi. Jangan mencariku!” Emma memegang tali ranselnya dan mulai berjalan keluar dari apartemennya.“Emma…”“Kakak?”“Rumah yang kuanggap adalah tempat pulang dan pemberi kenyamanan ternyata menyimpan luka dan bom yang kini membunuhku dengan kejinya. Membunuh harapan dan juga cinta dalam hatiku. Ibu juga tahu bagaimana kejadian Alves dan Prima tapi masih berlaku baik di depan Ethand. Betapa memalukan itu, Bu. Aku sudah tidak punya muka di depannya. Kedua lelaki yang kini ku cintai adalah musuh.” Air mata kembali mengalir dari hodeed
Ethand tidak peduli jika ada pengendara lain yang mengumpatnya karena mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan beberapa kali menyalib tanpa menyalakan lampu sign terlebih dahulu. Yang ia pikirkan adalah mencegah Emma agar tidak mengetahui kebenarannya.Setelah sampai di apartemen, lelaki itu langsung berlari menuju lift. Ia terus mencoba menelepon Emma namun panggilan itu tidak terhubung lagi. Ethand menggenggam erat ponsel dan menatap tajam lift yang tertutup di depannya.Ketika keluar dari lift dan berjalan menuju pintu penthouse-nya, jantung Ethand berdetak kencang. Sesuatu pasti menunggunya di sana. Entah itu kabar buruk atau pun sebaliknya.Ia segera mendorong pintu dan masuk ke dalamnya. Lelaki itu menarik napas dalam sebelum melangkah menuju tangga.Kepalanya terasa pusing ketika melihat ruangan di balik tangga terbuka lebar. Ia segera mempercepat langkahnya dan masuk ke dalam ruangan itu. Ia melayangkan pandangan ke seluruh ruangan namun tidak menemukan Emma di sana. Laya
Emma keluar dari rumah tidak membawa banyak pakaian ataupun uang. Wanita ini sudah menyimpan sebagian uangnya di paypal dan berupa bitcoin. Selama ini ia tidak mengambilnya karena menganggap bahwa uang itu tidak bersih namun setelah dipikir-pikir, ia tidak mencuri uang itu dari orang lain. Emma mendapatkan uang itu setelah melewati proses panjang. Dimana ia harus mengalahkan para peretas luar negeri dan mengumpulkan keuntungan dari turnamen tersebut. Bahkan Emma tidak tahu berapa banyak uang di dalam akunnya.Hari ini Emma meminta bantuan dari wanita yang baru beberapa jam dikenalnya. Apalagi wanita itu adalah mantan kekasih Ethand.“Silahkan isi sandinya, Emma.” Caroline memberikan laptop pada Emma. Mereka berdua akan menghitung berapa banyak uang Emma.“Sudah.” Emma meletakkan laptop itu ke atas meja. Tidak lama kemudian sebuah laman terbuka dan Emma harus mengonfirmasi bahwa itu akun itu adalah miliknya. Ia kemudian memasukkan beberapa kata kunci lagi agar diizinkan masuk.“WOW!”C
Ryan dan Jane sudah kembali setelah seharian mencari keberadaan Emma. Mereka bahkan mencari sampai di rumah lama Emma namun tidak menemukannya. Jane terlihat sedih begitu pula Ryan. Sepasang kekasih itu memutuskan untuk kembali.“Kamu temani ibu Emma dan adiknya. Aku harus menghibur Ethand.” Ryan yang membuka sabuk pengamannya dengan lemah. Sepertinya hari ini ia sudah banyak mengeluarkan tenaganya.“Baiklah. Kamu ingat istirahat, Sayang.” Jane dengan lembut memperlakukan Ryan. Walaupun hatinya sedang sedih.Ryan menganggukkan kepalanya lalu keluar dari mobil. Jane menunggu kekasihnya agar melangkah bersama menuju lift.“Padahal Ethand sudah berniat melamarnya.” Ryan dengan nada sedih. Jane di sampingnya seketika berhenti melangkah.“Be-benarkah?” tanya Jane.“Benar, Sayang,” jawab Ryan. Jane mendesah kesal dan merasa iba pada Ethand.“Emma juga sudah lama menantikannya. Namun, kenyataan membuat keduanya malah menjauh.”“Karena itu aku membelikan ini untukmu sebagai hadiah. Tunggu aku
Fashion Ghotic style yang identik dengan warna gelap terutama hitam dan abu-abu kini dikenakan oleh Emma. Ia berubah sepenuhnya seperti wanita kelas atas yang cantik dan memesona. Wajahnya tetap memakai masker dan kacamata hitam yang menutupi hodeed eyes miliknya. Di tangannya tergantung sebuah tas merek chanel.Di samping Emma berjalan seorang wanita dengan dress yang lumayan ketat dan dipadukan dengan long coat abu-abu dan tidak lupa pula kacamata hitam yang selalu bertengger di hidungnya.Ketika mendekati lift, Emma merasa gugup jika kembali bertemu Jane atau pun yang lainnya. Apalagi lelaki yang dirindukannya semalaman. Caroline melihat kegugupannya dan tersenyum.“Kamu tidak jauh berbeda dengan kayu kering, Emma,” ucap wanita itu.“Aku takut ketahuan,” balas Emma.“Aku saja hampir tidak mengenalimu, apa lagi mereka.” Caroline berusaha menenangkan Emma.Emma mengambil napas dalam lalu dihembuskannya perlahan. Ia terus mengulanginya sampai ahtinya sedikit tenang.Ting!Lift terbuka