Share

2 - Hiburan Brandon

Brandon sudah menghabiskan dua porsi sushi karena ia memang cukup lapar. Dan, makanan japanese adalah favoritnya. Tidak akan mungkin Brandon habiskan sedikit.

Crystal pun suka. Namun, keponakannya itu belum menyentuh ramen yang dipesan tadi. Diam melamun sembari memegang sumpit.

Brandon sebenarnya ingin membiarkan. Ia merasa harus memberi ruang untuk Crystal. Akan tetapi, ia juga harus memastikan jika sang keponakan makan dengan baik.

Crystal punya sedikit gangguan di lambung. Tentu, tidak bagus bagi kesehatan Crystal sendiri, saat pola makan berantakan.

Brandon sudah berjanji juga pada sang ibu angkat untuk menjaga Crystal dengan baik. Ia akan lakukan penuh rasa tanggung jawab.

"Crys ...," panggilnya lembut. Posisi sudah lebih mendekat pada sang keponakan.

Crystal menoleh dengan pancaran kedua mata sayu. Tak ada senyuman juga yang diperlihatkan seperti biasanya.

Brandon pun menduga suasana hati Crystal masih tidak bagus. Perlu waktu bagi sang keponakan untuk bisa kembali ceria.

"Kapan kau akan makan ramen itu?" tanya Brandon seraya melirikkan mata ke arah mangkok di hadapan Crystal.

"Aku sedang tidak lapar."

Brandon menggeleng sembari tempatkan salah satu tangan di dagu sang keponakan hingga Crystal memandangnya.

Tangan yang lain meraih sumpit sedang dipegang oleh Crystal. Kemudian, digunakan untuk mengambil ramen.

"Aku ingin kau makan. Aku tidak suka kau membuang makanan, Crys."

"Aku juga tidak mau kau sakit. Jadi, kau harus habiskan ramen ini. Oke?"

Brandon menambah lebar senyuman, ketika membawa sumpit yang sudah dililitkan mie ke hadapan Crystal. "Akan aku suapkan."

"Kau harus makan, Kepokananku."

Cara Brandon membujuk dengan nada yang lembut, membuat Crystal menurut. Ia pun membuka mulut.

Tak lama kemudian, ramen sudah disantap. Crystal mengunyah dengan pelan sembari memerhatikan Brandon terus.

Tidak ingin satu detik pun waktu dilewatkan untuk mengabadikan senyuman menawan pria itu. Detak jantungnya kian kencang.

"Ayo lagi, Crys. Cepat telan."

Lagi-lagi, Crystal tidak bisa menunjukkan bantahan. Ia lakukan seperti apa yang sang paman katakan. Kunyahan dipercepat. Dan, telan mie dengan segera pula.

Mulut dibuka beberapa detik kemudian, menerima suapan ramen Brandon. Crystal mengunyah sebentar. Lalu, ditelannya.

Terjadi berulang kali hingga ramen di dalam mangkuk habis. Hanya tersisa kuah saja.

"Gadis Kecil Uncle yang pintar."

Mendadak, Crystal menjadi kesal. Panggilan Gadis Kecil yang dilabelkan oleh Brandon pada dirinya, sudah menimbulkan rasa jengkel sejak memasuki usia dewasa.

"Aku bukan Gadis Kecil lagi. Kau tahu bukan usiaku sudah seperempat abad."

"Hahaha. Aku tahu, Crys."

Selalu begitu reaksi Brandon, tertawa dan menjawab santai, saat Crystal menunjukkan ketidaksukaannya secara gamblang.

Tak akan pernah dianggap serius keluhan yang Crystal perlihatkan. Sekalipun, sudah dipamerkan ekspresi jengkel.

Brandon selalu punya cara menghilangkan kekesalannya. Pria itu akan bersikap manis, seperti memberi usapan-usapan halus di kepala. Maka, Crystal akan luluh.

Sekarang saja, Brandon melakukannya. Dan, tak bisa lama dipertahankan kejengkelan.

"Aku tidak menganggapmu sebagai Gadis Kecil lagi. Kau sudah menjadi perempuan yang manis dan cerdas, Crys."

Wajah Crystal memanas. Apalagi, belaian halus dilakukan Brandon di salah satu pipinya kini. Crystal semakin gugup. Tentu, berharap Brandon tidak akan sadar.

"Kau sudah pantas memiliki pasangan juga, Keponakanku. Kapan kau akan kenalkan padaku kekasih hatimu, Crys?"

Crystal membelalak. "Kekasih?" ucapnya dengan nada terkejut.

"Kau tidak punya kekasih?"

Crystal segera saja memberikan tanggapan. Ia menggeleng. "Tidak," jawabnya tegas.

"Tapi, aku memiliki orang yang aku sukai."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status